Di antara riuhnya kendaraan yang berlalu-lalang, lebih riuh lagi isi kepala. Seperti tidak pernah usai untuk terus memikirkan banyak hal. Terlalu rumit jika terus-menerus di pikirkan.
Duduk dibalkon rumahnya, sambil memandang bintang yang terang. Dan mendengarkan alunan musik yang menenangkan disertai angin malam.
"Kamu sudah besar ya, nak"
"Iya bu"
"Seperti apa pertumbuhanmu"
"Masih begini-begini saja bu"
"Tapi, aku sangat bahagia bisa tumbuh dari seorang wanita yang cintanya begitu besar seperti mu, bu.""Apa rencanamu selanjutnya?"
"Sangat banyak untuk bahagiamu juga, bu"
"Tapi, mungkin aku hanya bisa merancang kebahagiaan yang sederhana untukmu, tidak apa-apa kan bu?"Kebahagiaan seperti apa itu nak?"
"Entahlah, buu.."
"Tapi akan ku usahakan semampuku, sehebat dan juga sebaik-baik yang ku bisa"."Semoga Allah memberimu itu ya, nak"
"Iya, Aamiin buu.."
"Lalu, apa ada hal yang kamu takuti?"
"Sejauh ini selama aku bersama ibu, kurasa tidak ada, tapi mungkin..." ucapan itu berhenti.
"Apa nak?"
"Apa boleh aku seterusnya bersama dengan ibu?"
"Boleh, tapi mungkin tidak di bumi ini lagi".
"Kenapa begitu bu?"
"Nak, kamu harus tau nanti kita akan pulang masing-masing, termasuk ibu. Ibu hanya bisa bertemu denganmu hingga batas langit dunia, tidak apa-apa kan nak?"
"Kamu tau? Betapa keramatnya cinta Allah di bumi""Pada hati ibu, ada cinta yang dari dulu sudah ada tanpa menunggu kedatanganmu di dunia. Bahkan cinta yang sudah di tulis dari ribuan tahun sebelum di izinkan melihat dunia".
"Jadi, percayalah nak. Padamu ibu akan selalu memberikan cinta pada nanti hingga pada jauh hari nanti".
"Apakah ibu boleh meminta suatu hal kepadamu, nak?" lanjutnya.
"Tentu saja boleh bu.."
"Tolong pandanglah ibu hari ini nak. Sebagai cinta yang jika nanti sudah waktu nya tidak ada lagi di dunia, apa boleh?"
"Boleh aku meminta sesuatu hal juga kepadamu, buu?"
"Boleh, apa itu nak?"
"Tolong hidup lebih lama lagi ya? Aku ingin sekali menceritakan bagian paling menyenangkan dalam mencintai ibu. Seperti diriku sendiri, yang sudah cukup menjadi bagian takdir yang sudah sangat hebat ibu sempurnakan"
"Bisa kan bu? Begitu saja, semoga Allah memberi waktu lebih lama lagi, di setelah teduhnya dunia tempat Allah menurunkan cinta, agar setiap waktu aku mencukupkan segala rasa syukur karena dirawat saja sudah cukup untuk aku menjadi manusia"
"Hingga nanti, bahkan jika Allah menutup semuanya. Kemudia perjalanan cinta takdir dari dunia tak lagi ada. Hingga pada suatu hari nanti Allah memberiku kesempatan untuk membuka mata, lalu aku akan mencintai ibu kembali"
"Tetap tumbuh disegala musim waktu ya bu, ketahuilah hal-hal ini akan selalu ada, akan selalu hidup, dan akan selalu dijaga dengan penuh cinta, cinta Allah".
Hari yang menurutnya paling terberat adalah di tinggalkan oleh seseorang yang sangat amat ia cintai, yaitu ibu.
Menurutnya, cinta nya hanya untuk ibu nya itu. Orang yang memberikan dia segalanya, termasuk nyawa nya sekalipun.
Bukan kah itu tidak mudah? Mengurus nya seorang diri, sampai dia bisa berdiri di kaki sendiri.
Sungguh tidak ada anak yang ingin menjadi seorang diri dalam hidupnya. Tidak mempunyai satupun keluarga di dunia ini.
Ternyata benar kata ibu "Kita tidak akan selalu bersama".
Memandang bintang dengan air mata yang tiba-tiba menetes.
"Buu, apa ibu liat aku? Betapa hancurnya aku saat ini tanpa ibu?".
Bukan sakit lagi yang ia rasakan, tetapi hampir kehilangan semangat hidupnya lagi.
Ia adalah NABILA ADRIANA seorang gadis asal jakarta berusia 19 tahun, menginjak 20 tahun pada november nanti. Terlahir dari keluarga yang tidak utuh. Bahkan Ia sama sekali tidak ingat siapa Ayahnya.
Yang Ia tau, yang merawatnya selama ini hanyalah Ibu nya seorang.
----------
Pagi yang cerah Nabila membuka mata nya yang sembab, setelah menangis semalaman. Bahkan Ia tidak sadar kalau hari ini ada panggilan Interview.
"Ahhh, kenapa mata ini sembab kali" mungucek matanya secara kasar.
Berlari menuju ke arah kamar mandi, dan bersiap-siap untuk pergi ke tempat Interview.
"Duhh telat ga ya ini" ucap Nabila sambil memakai heels yang tidak terlalu tinggi.
Karena mobil Nabila belum di ambil dari bengkel, akhirnya dia memesan ojek online untuk berangkat menuju kantor.
Menyusuri kota jakarta yang banyak polusi, dan padatnya penduduk membuat Nabila tidak bisa berhenti tegang karena takut terlambat.
"Pak bisa cepat dikit ga? Saya sudah terlambat mau Interview".
"Duh mba, ini kan macet banget jadi gabisa ngebut".
"Yaelah pak Shiva aja walaupun gowes sepeda bisa cepet soalnya dia bisa terbang".
"Shiva siapa neng?" tanya bapak gojek heran
"Ituloh pak, yang di kartun. Masa bapak gatau sih?".
"Yaelah neng, itu kan di kartun. Yaa kalau di dunia nyata mana ada".
"Udah ah pak, cepat. Nanti saya terlambat ini".
"Sabar neng, ini sebentar lagi sampai".
----------
"Nahhh, sampai neng".
"Oke pak, makasih banyak ya. Kembalinya untuk bapak saja" ucap Nabila berlari meninggalkan bapak gojek
"Nengggg, neng helm saya mau dibawa kemana" teriak bapak gojek pada Nabila yang masih memakai helm gojeknya.
Tanpa sadar Nabila memasuki kantor dengan memakai helm. Karyawan kantor pun heran melihat tingkah nya itu.
"Ini kenapa pada ngeliatin ya?" monolog Nabila
"Mba, itu helm mau dipakai aja?" ucap seorang karyawan sambil tertawa
Nabila langsung memegang kepalanya, dan membuka helm. "Astagfirullah, kenapa aku malu-maluin ajasih. Ini pasti si bapaknya nyariin".
"Nenggggg"
"Ehh bapak, helm ya? Hehe" ucap nabila sambil tersenyum memperlihatkan gigi kelincinya.
"Dasarrr, cantik-cantik pelupa neng" ucap bapak gojeg mengambil helm dan bergegas pergi dari kantor.
Begitupun juga dengan Nabila, ia bergegas untuk ke ruang Interview
Lanjut ga nih? Kalau menurut kalian seru aku bakal lanjut. Btw, BERSEMI KEMBALI masih tetap aku lanjutin nanti ya. Belum bisa aku tamatin. Masih mencerna ending yang bagus gimana SAD OR HAPPY?
Oiya, sebenernya seru ga seru aku tetap lanjutin sih. Jadi jangan lupa vote dan komen gais! Aku ga maksa untuk kalian suka ya hehe
