Tekanan

85 15 2
                                    

Happy Reading 🤍

Hampir 2 minggu Zaki bekerja, tidak ada yang special hanya beberapa pekerjaan yang masih membingungkan namun bisa teratasi. Hanya saja dia merasa badannya cepat sekali lelah mungkin karena pekerjaan baru jadi energi lebih banyak terkuras.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya ini. Ia sudah memiliki teman yang bisa dia ajak berbincang terutama Shareen yang pertama kali ia temui saat masuk di perusahaan ini. Ia yang pertama mengajak Zaki berbincang dan beristirahat bersama. Ia mengatakan bahwa ia seperti menemukan saudara laki-laki didiri Zaki saat pertama kali bertemu. Ia yang akan selalu membantu Zaki jika ada hal yang tidak dimengerti soal pekerjaan walaupun mereka beda devisi.

"Besok pasti menegangkan" celoteh Shareen tiba-tiba

"Kenapa?"

"CEO muda kita kembali besok. Pasti banyak hal yang akan direvisi karena ia sangat perfeksionis untuk hal perusahaan"

"Bukankah itu bagus, lalu apa yang menegangkan?"

"Memang, tapi aura yang mengintimidasi saat berbicara itu membuat suasana yang berbeda."

"Banyak orang yang dulunya pandai bicara menjadi seperti orang bisu dibuatnya" lanjut Shareen.

"Apakah semenakutkan itu?" tanya Zaki penasaran.

"Tidak, ada wajah tampannya yang mengalihkan haha"

"Cih.. kau selalu saja bilang begitu"

"Haha.. jika kau penasaran, kau bisa rasakan atmosfer yang terjadi di perusahaan besok"

"Hah.. kuharap tidak mendapat masalah diperjalanan karirku yang masih sangat muda ini" Zaki serius dengan ucapannya. Tidak mungkin ia yang baru bekerja hampir 2 minggu dipecat karena berurusan dengan sang CEO perfeksionis itu.

"Kau tenang saja, asal kau tidak melakukan hal aneh dan bekerja sesuai prosedur dapat dipastikan kau memiliki karir yang panjang di perusahaan ini" Shareen meyakinkan Zaki untuk hal itu.

Mereka berjalan keluar perusahaan karena sudah jam pulang kerja. Pergi ke caffe depan perusahaan seperti yang sering mereka lakukan seminggu terakhir lalu berpisah setelah mendapat secangkir kopi favorit masing-masing.
.
.
.

Pagi ini seluruh karyawan sudah bersiap untuk menyambut CEO mereka. Berbaris rapi didepan pintu lobby dengan pakaian rapi begitu pula dengan Zaki dan Shareen.

"Aku tidak mengira suasananya akan semencekam ini" bisik Zaki ke Shareen yang ada disebelahnya.

"Sudah kukatakan mendengar namanya saja mereka sudah gemetaran"

"Tapi kau terlihat biasa saja"

"Mengapa aku harus takut? Aku tidak melakukan hal aneh jadi tidak usah takut"

"Terserah kau, ngomong-ngomong namanya?" Mereka dari kemarim menceritakan CEO muda tapi Zaki belum tau namanya.

"Itu dia bernama Da.." ucapan Shareen terputus karena orang yang dibicarakan sudah tiba.

"Perhatian, CEO kita sudah sampai"

Semua orang menunduk kala mendengar pengumuman itu. Langkah sepatu terdengar memasuki lobby semua staff tak ada yang berani mengangkat kepala kecuali Zaki. Ia ingin sekali melihat wajah CEO nya itu. Ingin membuktikan perkataan Shareen yang mengatakan bahwa ia memiliki aura yang mengintimidasi dan wajah yang tampan.

Zaki mencoba melirik sedikit ke arah sang CEO ketika jarak mereka sudah dekat. Tidak disangka sang CEO pun sedang menatap Zaki jadilah mata mereka saling pandang. Namun beberapa detik Zaki mengingat wajah itu dan membuat perutnya bergejolak hampir muntah.

SanctuaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang