37. Siapa yang paling butuh obat?

138 20 12
                                    

sedang menulis sesuatu untuk di taro di kaca jendela biar bisa dibaca Aira:"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sedang menulis sesuatu untuk di taro di kaca jendela biar bisa dibaca Aira:"

°
°
°

Selamat membaca!

*****

Malam semakin larut. Makanan sudah banyak yang habis. Hikaru mendapat jatah membersihkan meja, Mina dan Yoshi mencuci piring, Aira dan Shiyo membuang sampah. Mereka semua menjalankan tugas masing-masing dengan kompak.

20 menit kemudian, pintu lift lantai 5 kembali terbuka. Aira dan Shiyo kembali dari lantai bawah setelah menyelesaikan tugasnya. Di depan Pintu, Shiyo menepuk pelan lengan Aira membuat gadis itu menoleh.

"Nih," kata Shiyo sambil memberikan sebuah permen milkita rasa melon pada Aira.

Aira menerimanya dengan bingung, kedua matanya membulat sambil memutar-mutar permen tersebut. "Dapet darimana? Mungut pas di tempat sampah tadi, ya?"

"Enak aja," dengus Shiyo, "itu permen beli di kantin tadi pagi tau."

"Terus kenapa dikasih ke aku?"

Shiyo membuang pandangan sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Ya, gak pa-pa. Cuma buat ucapan terima kasih aja. Buat pertolongan lo dihari minggu, dan kata-kata lo pas di rumah sakit. Sama itu, masakan mamah lo enak, makasih udah ngundang gue."

"Iya sama-sama. Terus kado aku mana?"

"Kado?" tanya Shiyo bingung.

"Iya, kado. Kan, aku dapet rangking 3. Masa gak dikasih hadiah."

"Emang permen doang gak cukup, ya? Inget, jadi manusia itu harus bersyukur."

"Bersyukur itu harus, tapi sekali-kali minta lebih juga boleh."

"Mana ada?"

"Ada! Buktinya pembeli kalo dikasih kembalian lebih pada seneng."

Shiyo menarik nafas. Rasanya seperti berhadapan dengan bocil kematian. Padahal Shiyo sudah biasa menghadapi banyak adik kelas dengan sifat yang agak lain, tapi yang ini kayaknya kelainan.

"Nih," katanya memberikan satu-satunya permen terakhir yang ada di dalam sakunya pada Aira.

"Tumben so sweet."

"Yoshi yang nyuruh."

Aira terkekeh. Senang karna mendapat permen dari Shiyo. Padahal ia hanya bercanda, tapi laki-laki itu benar-benar mengikuti permintaannya. Aira terus tersenyum menatap kedua permen tersebut dan tanpa sadar membuat Shiyo ikut tersenyum juga kearahnya.

Karna waktu semakin berlalu dan acara-acara makan telah selesai. Si kembar pun pamit pulang dengan banyak wadah berisi makanan pemberian Mina. Aira mengantar mereka berdua hingga pintu lift lantai 5.

Hoodie Boy [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang