⚠️ SABAR YANG INDAH

2 0 0
                                    

Ⓜ️𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐒𝐮𝐧𝐧𝐚𝐡 𝐍𝐚𝐛𝐢

Sabar, ya?demikian ucapan yang biasa kita dengar dari orang yang hendak menenangkan seseorang yang sedang emosi atau tengah dilanda duka. Sebenarnya apa hakikat sabar yang biasa terucap itu?

Menurut syariat, sabar adalah menahan diri dalam tiga urusan:

1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

2. Sabar dalam menjauhi apa yang dilarang oleh Allah subhanahu wa ta’ala

3. Sabar dalam menghadapi takdir Allah subhanahu wa ta’ala yang pahit.

Kita lihat satu per satu macam kesabaran di atas.

*■ SABAR MENJALANKAN KETAATAN*
Seorang insan harus bersabar ketika menjalankan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sebab, ketaatan itu sebenarnya berat dan sulit bagi jiwa. Terkadang, berat pula bagi jasmani karena pada diri seseorang ada kelemahan dan kepayahan. Ibadah yang harus mengeluarkan harta juga berat, seperti mengeluarkan zakat dan berhaji.

Intinya, dalam ketaatan itu ada rasa berat bagi jiwa dan jasmani sehingga dibutuhkan kesabaran untuk menjalankannya.

*■ SABAR MENJAUHI LARANGAN*
Seseorang harus menahan jiwanya dari berbuat maksiat. Sementara itu, jiwa itu ammarah bis su’, suka mengajak kepada kejelekan. Oleh karena itu, seorang insan harus membuat sabar jiwanya. Contoh hal yang diharamkan ialah berdusta, berkhianat, ghibah, memakan riba, mendengarkan musik, zina, mencuri, dan sebagainya.

Seseorang harus menahan jiwanya agar tidak melakukan semua itu. Dia harus berjuang untuk melawan ajakan berbuat haram dan mesti mengekang hawa nafsunya. Sabar di atas ketaatan lebih utama daripada sabar dalam menjauhi maksiat.

*■ SABAR MENGHADAPI TAKDIR*
Ketahuilah, ada dua macam takdir Allah subhanahu wa ta’ala yang mengenai manusia: mula’imah dan mu’limah. Mula’imah adalah yang sesuai dengan keinginan dan menyenangkan seorang insan. Orang yang menerima takdir ini harus bersyukur. Syukur termasuk amal ketaatan. Dengan demikian, sabar dalam hal ini termasuk jenis kesabaran yang pertama.

Mu’limah adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, pahit dirasakan. Seseorang diuji pada tubuh, harta, dan keluarganya. Dia harus bersabar menghadapi musibah tersebut dengan tidak melakukan apa yang dilarang oleh Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu berkeluh kesah, menampakkan marah atas musibah tersebut, apakah diucapkan dengan lisan, disimpan dalam kalbu, ataupun ditunjukkan dengan perbuatan anggota badan.

*■ TINGKATAN MANUSIA MENGHADAPI MUSIBAH*
Saat terjadi musibah, manusia berada di antara salah satu dari empat keadaan berikut.

*1. Dia murka atas musibah yang menimpanya.*
Kemurkaan tersebut bisa terjadi dalam hati, terucap dengan lisan, atau diperbuat oleh anggota badan. Marah dengan kalbu terwujud dengan tersimpan dalam hatinya protes kepada Allah subhanahu wa ta’ala, marah, tidak terima, serasa ingin menuntut, menyalahkan Allah subhanahu wa ta’ala, dan merasa dizalimi dengan musibah tersebut. Na’udzu billah.

Marah dengan lisan terwujud dengan terucap doa kejelekan untuk dirinya karena musibah tersebut, Duhai, celaka aku!, Betapa sengsaranya diri ini!, atau Mengapa harus datang musibah ini?

Marah dengan anggota tubuh, terwujud dengan menampar pipi, menarik-narik rambut, merobek baju, meraung-raung, berguling-guling di lantai sambil meratap, dan sebagainya.

Orang yang berbuat hal-hal seperti di atas kala musibah melandanya adalah  orang yang diharamkan mendapatkan pahala. Sudah pun tidak sukses dengan musibah tersebut, dia justru berdoa kejelekan untuk dirinya. Akhirnya, dia tertimpa dua musibah, yaitu musibah pada agamanya dengan marah tersebut dan musibah pada dunianya dengan ditimpa hal yang menyakitkan.

MOTIVASI DAN MATERI TENTANG ISLAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang