Selamat hari rabu ...
Apa kabar?
Lagi banyak yang kena DBD di sekitar rumahku, semoga kalian sehat selalu ya ...
Enjoy ...
***
"Nyokap gue berisik banget ya sampe lo milih buat kabur?"
Mara mengabaikan pertanyaan Rayyan, dia berlalu begitu saja melewati pria itu. Tidak ingin membuang waktunya yang berharga untuk meladeni pria aneh itu.
Rayyan menarik pergelangan tangannya, membuat Mara berbalik untuk memberinya tatapan tajam yang menusuk. Dia tidak suka disentuh siapapun, bahkan oleh keluarganya. Dia risih.
Mara menghentakkan pergelangan tangannya, membuat pegangan Rayyan terlepas dengan mudah. Dia mendengus, mengusap pergelangan tangannya dengan kasar, berusaha menghilangkan jejak Rayyan di sana.
"Sorry, gue nggak bermaksud," Rayyan tampak merasa bersalah, namun Mara sudah terlanjur terbawa emosi.
"Gue tahu lo brengsek, tapi nggak perlu sejelas ini." pelan, namun menusuk. Mara selalu seperti itu, dia pandai menyakiti lawan bicaranya hanya dengan kalimat yang dia ucapkan.
Rayyan terkekeh, menggeleng pelan. Mungkin tidak menyangka jika Mara akan mengatakan hal setajam itu.
"Gue cuma tanya, lo nggak perlu semarah ini," Rayyan masih berani menatap Mara tepat di matanya, dia spesies yang sulit dipukul mundur.
"Jawaban apa yang lo harapkan dari gue?" sinis sekali, Mara tidak akan membiarkan pria di hadapannya merasa menang.
Rayyan bergumam, seperti sedang berpikir, "jawaban jujur pastinya."
Mara menghembuskan napas lelah, dia tidak suka buang-buang waktu untuk hal seperti ini. "Iya." katanya singkat. Rayyan mengerutkan keningnya, mungkin tidak bisa menangkap maksud Mara. "Jawaban pertanyaan lo tadi, Iya."
Rayyan menyeringai, tatapnya berubah lebih intens. "Gue nggak tahu kalau lo ternyata seblak-blakan ini." karena siapa sangka, Mara dengan tegas mengatakan ibu Rayyan berisik di pertemuan pertama mereka.
Lagi, satu helaan napas lelah datang dari Mara. Dia memutar bola matanya malas, "lo sendiri yang minta jawaban jujur, jadi jangan salahin gue kalo lo tersinggung."
"Gue kira tampilan lo doang yang terkesan kasar, tapi ternyata aslinya memang kasar, ya." Rayyan tersenyum sinis, membuat Mara tersulut emosi.
"Ini pertemuan kedua kita, lo bahkan baru sekali ngobrol secara langsung sama gue, dan lo udah bisa menarik kesimpulan tentang gue?" entah kenapa, kali ini Mara merasa tidak nyaman dengan penilaian Rayyan, padahal sebelumnya dia tidak pernah terganggu dengan penilaian orang lain terhadap dirinya.
Rayyan tersenyum, "oke, sorry."
Dia ingin mengabaikan Rayyan, kembali melangkahkan kakinya, namun pria itu kembali mengatakan sesuatu.
"Gue ingin menawarkan sesuatu," Rayyan berusaha menahan Mara agar tidak melanjutkan langkahnya.
"Gue nggak tertarik," Mara bahkan tidak menoleh, dia tetap melangkahkan kaki, membiarkan Rayyan bergerak mengejarnya.
"Lo yakin nggak mau dengar dulu apa yang mau gue tawarkan?" Mara menyeringai mendengarnya, Rayyan terlalu percaya diri.
"Apa yang akan lo berikan sebagai bayaran udah buang-buang waktu gue, seandainya gue nggak tertarik sama tawaran lo?" mereka masih berjalan beriringan, mungkin posisi Rayyan lebih di depan, pria itu ingin mendapatkan perhatian Mara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Princess of Kalingga
ChickLitMaira Alby Kalingga. Cucu ke lima Keluarga Kalingga. Setelah kepergian Roseanna, Mara secara otomatis menduduki posisi sebagai cucu perempuan pertama Keluarga Kalingga. Menjadi yang paling dijaga dan paling dituruti. Menurut banyak orang, menjadi M...