"No. I love her. Kalau waktunya sudah tepat aku pasti bawa dia ketemu Papa dan Mama. Jadi tolong berhenti buat bicarakan perihal perjodohan sama aku, aku punya pilihan sendiri buat pasangan hidup aku."
Papaku justru tertawa. "Rama, memangnya Papa nggak tau kalau setelah putus dengan Priska kamu masih sendiri sekarang. Jadi, perempuan mana yang sekarang sedang kamu bicarakan?"
Ya memang tidak ada sih, itu aku cuma mengarang saja agar pembicaraan tentang perjodohan ini berhenti.
Jadi setelah aku tahu kalau aku akan kalah debat lagi dengan Ayahku, maka kuputuskan untuk meninggalkan sarapanku dan menyalami mereka kemudian pergi. Membuka toko lebih pagi lebih baik daripada harus menjadi durhaka karena terlalu banyak berbohong kepada orangtua.
Mobilku belum berjalan, masih terparkir dengan rapih di bagasi rumahku. Pintu pagar sudah terbuka lebar, namun aku justru merasa enggan untuk melewati pintu pagar itu. Aku hanya duduk diam, di dalam mobil dengan mesin yang menyala. Aku terdiam, tiba-tiba merasa rindu dengan suasana manis saat aku pertama kali bertemu dengan Priska.
Banyak yang keliru menyebutnya sebagai perempuan baik, padahal ternyata dialah luka terhebat. Senyumnya menggores hati, menaburkan sedih yang tak berkesudahan. Orang-orang selalu memanggilnya perempuan baik dan berkelas. Tapi sebenarnya, semua yang ada pada dirinya adalah sebaliknya arah pandang orang-orang yang menganggapnya baik.
Dan bodohnya aku justru mencintainya.
Aku sudah terlalu banyak bersedih untuknya tanpa dia tahu sampai sudah tidak ada lagi sedih yang tersisa untuknya.
Dan anehnya, kenapa aku tetap masih mencintainya?
Aku sudah terluka untuk waktu yang lama atas segala hal terpahit yang dia berikan kepadaku.
Tapi lagi-lagi, aku masih saja tetap mencintainya.
Bodoh memang aku ini.
Sedari dulu, aku sudah terlalu mahir menyimpan segala sesuatunya seorang diri. Aku selalu menjalani dengan ikhlas apapun yang garis takdir berikan kepadaku, namun dengan perempuan satu itu aku justru tidak pernah bisa melupakan hal terkahir yang dia berikan kepadaku. Aku memang masih mencintainya, tapi aku juga tidak akan munafik kalau aku kecewa kepadanya.
Setelah dia berhasil memberikanku luka yang cukup dalam, aku justru tidak berhasil untuk membencinya. Bahkan, setelah aku kehilangannya pun aku tidak bisa untuk membencinya. Aku tidak tahu apa yang membuatku seperti ini, apa yang membuatku sulit sekali untuk membencinya. Kadang-kadang kalau dia menelpon dan mengabari kalau harinya berjalan buruk, aku masih bisa untuk mengkhawatirkannya. Jika terjadi sesuatu padanya, aku mencemaskannya padahal semua orang pun tahu kalau dia sudah menyakitiku.
Adikku bilang, kenapa Priska selalu kembali kepadaku, selalu mencariku setiap kali dia bertengkar dengan pacarnya adalah karena bukan dia masih mencintaiku. Bukan pula karena dia juga mempunyai ketulusan yang sama denganku perihal mencintai, hanya saja dia tahu hanya aku yang setulus itu padanya sebab itu dia selalu kembali.
Kalau itu benar, aku sama sekali tidak keberatan. Setidaknya, aku menunjukan padanya kalau ketulusan itu pernah hadir dalam hidupnya dan dia telah melewatkannya.
Mengambil ponsel yang tergeletak di kursi samping kemudi, aku mendial nomor telfon Priska. Aku tahu ini masih pagi, dan aku juga tahu kalau mungkin saja Priska sedang bersama pacarnya. Itu pun kalau pacarnya menjemputnya untuk berangkat bersama ke kantor, dering pertama tidak mendapatkan jawaban. Hingga akhirnya aku menelponnya lagi, dan barulah panggilan itu mendapatkan jawaban. "Hallo?" Sapanya.
"Pris?"
"Siapa ini?"
Aku tertawa. Bisa-bisanya dia bertanya 'ini siapa' kepadaku setelah kami bahkan hampir setiap hari bertukar kabar setelah dia kembali dari pelariannya, dia pasti sedang bersama dengan pacarnya maka kuteruskan saja keusilanku. "Ini aku, chat yang selalu kamu hapus setiap kali kamu pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serigala Jantan (Anya Series)
Fiksi Remajafollow dulu sebelum membaca... -Serigala Jantan- Hidup kamu mau gini-gini aja? Sebuah pertanyaan sederhana dari Ayahku entah mengapa membuatku mati kutu. Memang apa sih yang salah dari hidupku? aku masih rajin ibadah, aku juga tidak menyentuh narkob...