Part - 1

738K 11.1K 195
                                    

            Sore itu, di sebuah kampus beberapa kerumuan mahasiswa keluar dari kelas dengan berbagai macam raut wajah. Yang paling terlihat adalah raut wajah kelelahan yang teramat menyebalkan bagi setiap orang yang melihatnya. Namun, raut wajah tersebut sedikit tertutupi karena mereka telah usai menjalani pertempuran segit antara dosen dan mahasiswa untuk memecahkan beberapa masalah pembelajaran yang sangat membosankan. Bertemu dengan teman-teman di luar kelas juga sangat berperan aktif pengaruhnya untuk merubah raut wajah tersebut. Mereka terlihat bercanda tawa seperti tidak ada masalah sama sekali, telag melupakan begitu mudahnya pertempuran yang terjadi di kelas beberapa saat yang lalu.

Tidak jauh dari sana, seorang laki-laki sedang menunggu dengan sabar dengan sesekali menarik senyum tipis. Tidak sedikit di antara mahasiswa yang berlalu lalang menoleh padanya. Memperhatikan dari ujung kaki hingga sekitarnya. Laki-laki itu sedang menyandarkan badannya pada mobil mercedez Benz sportnya yang kemungkinan besar miliknya sambil mensedekapkan tangan di dada, tangan kanannya menggenggam sebuah benda kecil berwarna hitam.

Setelah ekor matanya menemukan orang yang ditunggu, ia melambaikan tangan kirinya yang menggenggam benda tersebut dengan seulas senyum terpantri di wajahnya. Rala. Lebih tepatnya seringaian cabul.

Orang yang dituju, yang ternyata seorang gadis melebarkan kembali kedua matanya hingga terlihat seperti hendak keluar dari tempatnya seperti kemarin saat bertemu dengannya. Ia berhenti dan menyadari bahwa teman-temannya melirik dirinya dan laki-laki yang tidak dikenal tersebut dengan tatapan curiga.

"Tunggu sebentar." Gadis itu berpamitan pada temannya

"Siapa dia?" Alexia mengikuti arah pandangan sahabatnya itu dengan rasa penasaran yang tidak bisa di bendung lagi. Tanpa dijelaskan lagi, dia memiliki rasa keingin tahuan tingkat dewa. Melihat laki-laki yang dimaksud oleh sahabatnya seperti itu, dia ingin meengulitinya hingga ke epidermisnya. Kulit bagian terdalam kalau tidak salah. Dia sedikit mengingat pelajaran biologi sewaktu masih di bangku putih abu-abu.

"Hanya orang tua gila yang kesasar." Jawab gadis itu sadis, kemudian menghampiri dengan langkah cepat pada orang tua gila yang dimaksud.

"Ada apa kau ke sini?" Tanya gadis itu marah. Kedua alisnya bertaut dan ekor matanya menatap taam, sehingga memperlihatkan jika dirinya seorang gadis judes. Persis seperti induk ayam yang baru melahirkan. Tidak, maksudnya baru menetaskan telur. Tidak menyukai jika ada yang menganggu anak-anaknya.

"Kau tidak menginginkan ini?" Laki-laki itu mengibas-ibaskan benda kecil tersebut di wajah gadis yang sedang berdiri sangar di depannya. Sebuah dompet kulit berwarna hitam.

Gadis itu memasang kuda-kuda untuk merampas paksa dompet berwarna hitam tersebut. Sreettt.... Tangannya hanya bisa menggapai udara, tidak dengan benda kecil tersebut yang masih melekat sempurna di genggaman tangan kanan laki-laki itu. Laki-laki itu mempermainkannya. Sialan.

"Apa yang kau inginkan? Cepat berikan itu padaku" Amuk gadis itu berapi-api. Laki-laki tersebut tidak mengindahkan ucapan sang gadis, dia semakin menjauhkan dompet itu agar tidak bisa dijangkau oleh si gadis mungil.

"Lepaskan aku, cabul!" Tekan gadis itu ketika sebuah tangan kiri melingkar sempurna di pinggangnya karena berusaha meraih dompet dari tangan laki-laki tersebut.

"Ayo, ikut aku," kata laki-laki itu

"Jangan mimpi." Elak gadis itu sinis

"Baiklah kalau begitu." Laki-laki itu semakin mengeratkan pelukannya hingga gadis tersebut terpekik tidak nyaman "Sepertinya teman-temanmu memperhatikan kita sedari tadi." Bisiknya di telinga sang gadis. "Kau ingin membuat drama disini?"

My Maid ✅ [DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang