BACKBURNER
Rasanya sangat menyakitkan ketika kita mencintai seseorang namun tak mampu terbalaskan, saat inilah Ligar merasakannya. Ingin memaksa pun tak ada gunanya, karna pada hakikatnya cinta tak bisa dipaksakan.
***
Kini hujan sedang mengguyur kota Bandung mendukung rapuhnya pemuda yang berteduh di halte bus. Ligar terdiam dengan pandangan lurus menatap kedua insan sedang tertawa bahagia di seberang sana, senyuman pahit ia sunggingkan di bibir tipisnya,
Tatapannya kini teralih keatas menatap langit yang menghitam disertai gemercik hujan, helaan nafas ia hembuskan menunjukan dirinya sudah bosan menunggu hujan reda,
Badannya sedikit berjengit kala mendengar suara dering ponsel menggema dalam saku celana sekolahnya,
"Halo?"
"halo ini bunda, kenapa belum pulang a? Padahal udah jam 5 sekarang teh," Suara wanita paruh baya di sebrang sana terdengar sangat khawatir
Ligar menggaruk tengkuknya bingung, pasalnya beberapa jam sebelumnya sekolahnya sudah bubar, namun dengan bodohnya ia malah mengikuti sang pujaan hati dan berujung sakit hati.
"Aa tadi mampir dulu ke alfa bun, terus ujan turun gede banget, jadinya neduh dulu di halte, tadinya sih mau trobos... tapi malah makin gede," Bohongnya pada sang bunda, hatinya sedikit tak enak tapi bagaimana lagi
"Yaudah atuh kalo ujannya udah reda atau ga deres banget mah, pulang ya? udah sore banget, ayah nyariin tuh"
"Siapp laksanakan!," Sambungan telfon diakhiri sang bunda. Ligar menatap sekitar, hujan sudah mulai mereda, ia memutuskan untuk segera pulang, khawatir bundanya marah, terlebih lagi ayahnya.
Sebelum memutar pedal gas motornya, Ligar sedikit terkejut kala sepasang matanya menatap ke sebrang sana, dilihatnya Fajar mengecup puncuk kepala Zidni perempuan yang disukainya sejak 2 tahun lalu.
Menutup kaca helm fullfacenya kesal sebelum kemudian terdengar keras suara motor ninja hitam membelah jalanan dengan kecepatan diatas rata rata.
***
Matahari begitu terang mrnyinari kota Bandung, bertambah indah ketika burung berkicauan merdu di ranting-ranting pohon pinus.
Bising kicauan burung tak menganggu lelapnya pemilik kamar berpintu kayu mengkilap bertuliskan Ligar Buana. Dalam kamar bernuansa serba hitam, seorang remaja masih menggulung tubuh di dalam hangatnya selimut.
Ligar menggeliat kecil dalam tidurnya, hari minggu memang hari paling menyenangkan untuk bermalas-malasan, terlebih bagi seorang Ligar Buana.
Mengerjapkan matanya lucu, sambil sedikit mengusak rambut acak-acakannya,
"Jam berapa dah sekarang?," Tanya Ligar entah pada siapa dengan suara serak khas orang bangun tidur.
Menyibak selimutnya malas lalu terduduk diam di tepi kasur dengan kaki menjuntai malas, "Kok bunda tumben ga bangunin gua ya?"
Muka bantalnya kentara jelas terlihat, ditambah rambut acak-acakannya. Ia menatap kosong kedepan masih mengumpulkan setengah nyawanya, sebelum suara ketukan pintu membuyarkan lamunan,
"Buka aja bun, ga di kunci kok," Ucapnya seakan tau siapa yang mengetuk pintunya, yang tak lain yaitu bundanya.
Setelah mendapat ijin dari sang pemilik, Riri tersenyum manis. Masuk membawa nampan kayu berisikan nasi goreng dengan toping irisan timun dan telur mata sapi, tak lupa dengan segelas air putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backburner
Teen Fictionseputar kehidupan ligar (jung jaehyun) yang menjadi sosok orang kedua, atau bisa disebut backburner mungkin? ©dixxas 15 oktober 2023 [awal nulis]