Bagian 1

8 2 1
                                    


One Call Away - Charlie Puth.

Musik dari penyanyi sekaligus penulis dan produser lagu asal Amerika Serikat ini menemani aku dalam membuat cerita yang akan sampaikan kepada kalian semua.

Cerita yang aku jalani selama beberapa tahun ini, yang akan aku tulis kedalam buku kecil. Perjalan cintaku yang entah kenapa selalu saja membuat aku tertawa. Tertawa karena lucu dan juga bodoh.

Aku terjebak dalam cinta monyet. haha, lucu bukan?

Kenapa orang-orang bilang itu cinta monyet, ya? Kenapa tidak cinta harimau atau cinta gajah? Menurutku itu lebih bagus. Tapi, nanti artinya berbeda ya, haha.

Sebelumnya perkenalan diri terlebih dahulu apa ya? Heum... okay mari kita saling mengenal untuk masuk dalam ceritaku ini.

Hai, namaku Lutfiana Rumi Aliyah. Kalian bisa panggil aku Lulu, Lutfi, Umi, Alya, sayang juga boleh, cinta juga boleh, bebas aja. Aku tinggal di bumi, lebih tepatnya di daerah yang cukup strategis dan bisa juga dikatakan tidak strategis, yaitu diskotik (di kota sisi saeutik, saeutik adalah dikit). Jadi aku tinggal di daerah sedikit kota dan sedikit desa, ya seperti itu lah.

Mungkin, segitu dulu saja sesi perkenalan, aku akan mulai berbagi ceritaku tentang kisah cintaku yang agak rumit, namun dialami oleh banyak orang.


ヾ(@⌒ー⌒@)ノ


Suasana ramai kelas yang tidak adanya guru mengajar didepan sana membuat anak-anak sangat senang. Apalagi saat ini kondisinya adalah kami hampir lulus, hanya tinggal menunggu ujian nasional. Semua sudah selesai.

Seragam merah putih yang kami pakai, menandakan seberapa gaduhnya isi kelas. Karena kami semua masih berada di usia yang sangat-sangat bandel saat itu.

"Serius kamu suka dia?"

Gadis mungil dengan hijab jeblus dari merk delima itu menolehkan kepalanya pada teman disampingnya. Ia tersenyum malu, lalu menatap seseorang yang dituju.

"Mungkin iya?" jawabnya kurang pasti, tetapi tatapannya menandakan bahwa ia yakin.

Temannya itu kembali beruasa, "Lu, serius? Padahal kamu tau lho kalau dia itu pernah pacaran sama temen-temen se-geng kamu sebelumnya."

Lutfi, gadis yang baru saja diberikan sebuah pernyataan itu kembali menolehkan wajahnya lalu menghadap teman paling berharga baginya, Alma. "Aku tau, tapi aku suka, bagaimana dong?"

"Sejak kapan?" Alma bertanya. Lutfi tampak berfikir, iya juga ya, sejak kapan Lutfi menyukai lelaki yang kini sedang makan dengan kotak makan berwarna pink itu?

Lutfi, "Aku enggak tau," jawabnya dengan kekehan kecil lalu memasukan satu buah permen pada mulutnya, yang entah sejak kapan Lutfi mengupasnya dan dapat darimana.

Sejak saat ini, Lutfi dan Alma selalu membicarakan lelaki sekelas mereka yang hanya berbeda jarak satu kursi di depan mereka. Selalu bercanda hal-hal yang menurut mereka lucu bahkan aneh.


ヾ(@⌒ー⌒@)ノ


Lutfi kini duduk bersama Alma di kursi paling belakang, benar-benar paling belakang dan pojok sekali. Seragam merah putih yang mereka pakai sudah basah oleh keringat karena cuaca panas.

"Kali ini kamu diapain sama geng kamu?" ucap Alma dengan nada kesal. Lutfi tersenyum, "Aku bukan anggota geng mereka lagi, Al."

Alma menghela nafasanya, "Oke, kamu diapain kali ini sama bekas geng kamu? Dan, mereka keterlaluan banget, Lu,"

Setelah Dia, Masih DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang