Bagian 2

6 1 0
                                    

Alley Oop – NCT 2023

Aku dengar suara Jaemin, sungguh membuat aku mabuk kepayang. Suara Jaemin itu, sangat-sangat maskulin banget ya. Apalagi Jisung. Tapi, aku paling suka Mark, sih, karena biasku itu Mark Lee.

Haha. Maaf, aku terlalu terbuai dengan suara-suara mereka. Aku suka sekali, soalnya.

Aku mengingatnya, saat itu, bocah lelaki itu. Yang selalu membuatku tertawa hanya dengan mendengar suaranya saja. Suaranya tidak maskulin seperti Jaemin, Jisung ataupun Mark. Bahkan suaranya seperti tikus terjepit.

Suara cemprengnya itu menjadi ciri khasnya, walaupun dia pernah masuk seleksi bernyanyi saat itu. Tapi itu juga menjadi daya tariknya, sih, menurutku.

Selain suaranya yang menjadi ciri khasnya, keterampilan dia dalam pramuka juga patut diacungkan jempol.

Aku masih ingat saat itu, saat kita terpilih menjadi anggota anak pramuka. Kamu yang menjadi wakil ketua regu laki-laki dan aku ketua regu perempuan.

Banyak Latihan yang kita lewati bersama. Kamu yang selalu siap tanggap dan cepat belajar, hanya dari sekali lihat saja. Tidak hanya kamu, temanmu juga sama. Selalu membuat ulah saat waktu-waktu materi disampaikan.

Ah... aku juga ingat saat sekolah kita melakukan persami.


ヾ(@⌒ー⌒@)ノ


Uh...

Sinar matahari di bulan Juni itu sangat-sangat mengenyat, ya? Parah sekali, padahal baru jam 10 pagi.

Lutfi menghela nafasnya, melihat kesana-kemari. Teman-temannya sudah meninggalkan dirinya sendiri dengan beberapa tongkat bambu dan segulung tali pramuka di tangan.

Ditinggal makan, dan dirinya harus masih mengurus tongkat-tongkat bambu di hadapannya untuk dijadikan sebuah pionering tiang bendera. Belum lagi harus membuat sebuah tandu.

"Pada kemana yang lain?"

Lutfi mendongak, sinar matahari sangat silau. Setelah seseorang itu tepat dihadapannya berjongkok serta mengambil salah satu bambu yang tergeletak di tanah. Menatap Lutfi sekali lagi, "Yang lain pada kemana?"

Lutfi tersenyum kikuk, "Oh, lagi pada makan, tuh dibelakang."

Orang di depannya ini melirik ke belakang tenda yang tepat juga dibelakang tubuh Lutfi. Lalu ia menatap kembali kearah Lutfi yang sedang sibuk membuat simpul pada kedua bambu yang berada di tangannya.

"Mau dibantu?"

Haa? Lutfi terbengong, lalu menatap lelaki itu dengan tidak percaya, tapi untuk apa terkejut juga? Dan untuk apa jaim?

"Mau..." Lutfi pasrah. Ia tidak bisa membuat pionering tiang bendera dengan tongkat bambu sendirian, ia butuh teman, dan bersyukur sekali, ia datang diwaktu yang tepat.

Erza itu baik banget, ya?

Bukannya membantu Erza yang sudah siap dengan posisinya dan juga bambu dan tali ditangannya. Lutfi malah asyik menatap Erza yang sedang beraksi.

Ah... Lutfi merasa senang sekali sekarang. Mereka seperti sepeasang kekasih, ya?

Berduaan. Saling membantu. Berdiskusi. Bahkan bercerita disela-sela kegiatan yang dilakukan. Dan tertawa.

Bukankah itu, lucu?

Lutfi tidak menyangka, setelah kejadian Buku Orange yang di rampas oleh Erza terjadi. Satu kelas menjadi tahu kalau Lutfi menyukai Erza. Tidak hanya itu bahkan, anggota anak-anak pramuka juga tahu!

Setelah Dia, Masih DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang