16. TERKEJUT

961 32 2
                                    

Besok malamnya keluarga Av kembali berbenah dan menyiapkan diri karena ternyata kemarin Yusuf mengiyakan ajakan ta'aruf tersebut setelah menimang ucapan Azril, memang benar sebagai seorang suami haruslah ia mampu membimbing istrinya, ntah kenapa Yusuf jadi tertarik dan tertantang untuk dapat merubah seseorang agar lebih dekat dengan sang Qadir

Kini Alice sudah siap mengenakan pakaian tertutup dengan kepala yang berselimut jilbab ala kadarnya, baju itu milik anak perempuan Rara

Hatinya kembali bergemuruh ia takut kembali mendapatkan penolakan seperti kemarin namun karena Rara meyakinkan dirinya ia jadi sedikit lebih tenang

Hidangan aneka kue, roti, snack dan minuman tertata rapi di atas meja guna menghormati para tamu yang datang berkunjung

Namun...

Beberapa kali Rara menengok pada jam dinding yang menunjukkan angka lebih dari jadwal perjanjian, tak apa mungkin macet, mungkin masih berbenah, sabar tunggu lima menit, sepuluh menit, tiga puluh menit, enam puluh menit, enam puluh menit lagi namun sayang yang di tunggu tak kunjung datang-datang

Alice semakin gelisah, berkali-kali ia berganti posisi duduknya mencari ketenangan dan kenyamanan dengan jari-jari yang ia mainkan satu sama lain

"Mas coba di hubungi" perintah Rara pada sang suami

"Udah ra, tapi hpnya mati, mas juga udah tanya pengajar di pesantren tapi dia gak ada di sana" ya sedari tadi Azril tak lepas dari hpnya

Rara mendegus kesal "Ya Allah mas ini udah hampir tiga jam" keluhnya sembari mengelus punggung Alice untuk menenangkan gadis itu

"Heem"

Suara deheman Av membuat ketiga orang itu memandang dirinya, sejak kapan Av kemari dan bergabung duduk dengan mereka

"Bismillahirrahmanirrahim"

"Saya Av Altan Athallah ingin menyampaikan niat baik saya guna untuk melamar Kralice Basimah"

"Maukah kamu Kralice Basimah menjadi istri saya untuk menyempurnakan separuh agama ini?"

TERKEJUT, semuanya benar-benar terkejut mendengar penuturan Av, baik Azril Rara maupun Alice, bahkan Azril menjatuhkan hp yang ia pegang, meski kemarin Av berkata akan melamarnya namun tetap saja ia tak menyangka jika perkataan itu benar

Rara berjalan mendekat ke arah putranya

Plak

"Ha-ha-ha, gak lucu Av" Rara tertawa hambar sehabis memukul pundak Av pelan

"Jangan bercanda Av" tegur Azril sembari memungut hpnya, namun wajah datar bercampur serius Av mengalahkan segalanya

"Ah iya kamu gak suka bercanda"

"Oh iya kamu kan gak pandai melucu"

Jawaban serentak dengan kalimat berbeda namun mengandung artian yang sama terlontar dari pasangan suami istri tersebut

Alice menatap satu persatu wajah yang bisa ia tatap, rasa ragu dan takut tentu saja ada apalagi mengingat kejadian yang tak mengenakan pernah menimpa diantara mereka berdua

"Alice gak usah di paksakan, kamu bisa menolaknya" ujar Azril memberi nasehat

Rara mengangguk setuju atas ucapan suaminya "Kamu berhak menolak" ujarnya lembut

"A... aku" tangannya saling bertautan meremas jari-jemari untuk menghilangkan kegugupan

"Ma...mau" suaranya seperti berbisik hampir tak terdengar, namun anggukan kepalanya yang membuat semua yakin bahwa gadis itu mau menerima lamaran Av

Tak ada yang berkata Alhamdulillah, justru Rara dan Azril terlihat khawatir dan ingin berucap Astaghfirullah, Av hanya diam memasang wajah datar saja, ntah apa yang ia rasakan sekarang... rasanya aneh

Katanya ketika kita handak melamar orang maka akan ada perasaan gugup dan debaran jantung yang kuat, ketika jawaban dari lamaran iya maka ia akan merasa bersyukur, senang sekaligus lega, namun ketika jawabannya tidak maka ia akan merasa sedih, kecewa dan mungkin malu karena ditolak

Namun Av tak merasakan apapun, tak senang juga tak sedih, hanya satu yang ia pikirkan sekarang, ia harus bisa menerima Alice yang menerobos masuk dalam hidupnya dan membimbing wanita itu sebagai tanggung jawab yang besar dan jangan lupa Alice yang harus bisa menerima dirinya

***

"Beneran ma kak Av mau nikah, emang ada yang mau sama dia" celetuk Aim, ia menarik-narik gamis ammanya yang sibuk memasak cumi asam manis kesukaan putri bungsunya

"Iya, kamu duduk sana dulu jangan di sini nanti kena api" tegur Rara

"Dihhh aku dah bisa masak telor sendiri kali ma, gak takut sama kompor" celetuknya, ia menyebikkan bibirnya, amma dan appa nya selalu menganggap ia masih kecil padahal kan ia sudah berumur 10 tahun

"Siapa nanti yang jadi istrinya kak Av ma" gadis kecil itu masih saja penasaran

"Kak Alice" jawab Rara meski meragukan jawaban itu, ia mematikan kompor dan mulai memindahkan cumi asam manis itu ke wadah lain

"Hah beneran?"

Aim malah panik sendiri, mungkin ia tak rela kalau orang selembut Alice mendapat suami kayak patung liberty

"Gimana dong ma, masak iya" rengek Aim yang masih tak menyangka akan hal itu

"In Syaa Allah im, kamu doain aja ya"

"Gak gak bisa ma" Aim menggeleng

"Kenapa eeemm, gak rela nih kakaknya diambil orang" goda Rara

"Hah"

"Ya gak lah ma, aku cuma gak rela orang selembut kak Alice dapat patung wajah murung... eh suram"

"Hahahaha" Rara tertawa mendengar kejujuran putri bungsunya

"Ihhh amma kok ketawa, selamatin kak Alice dong"

"Selamatin kayak gimana, amma kan bukan superman bukan power ranger juga"

"Gak usah khawatir im, nanti appa akan mengajarkan berbagai macam cara buat kakak mu itu" suara bariton itu terdengar dari pintu masuk dapur

"Cara apa pa?"

"Cara agar ia memiliki berbagai macam mimik wajah" jawab Azril serius

"Beneran ya pa, biar kak Alice gak takut, kasian dia lihat patung liberty terus tiap hari" wajah melas Aim terlihat menggemaskan, gadis kecil itu benar-benar mengkhawatirkan Alice

"Hahaha liberty" Rara tertawa mendengar ucapan putrinya

"Ma jangan ketawa ini serius" sentak Aim polos

"Iya iya sayang, hahaha patung liberty katanya mas hahaha" Rara masih saja cekikikan tak karuan

"Oh ya ma pa mana kak Av?" tanya Aim, ia hendak memberikan petuah untuk sang kakak agar tak melukai Alice

"Di kamarnya mungkin" jawab Azril

"Gak mas dia udah kabur ke pondok" timpal Rara

Azril mengerutkan keningnya "Kapan?" tanyanya bingung

"Semalam mas, habis lamaran dia kabur coba, dasar patung liberty" Rara mengikuti gaya bicara Aim tadi

Azril hanya menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan apa yang terjadi saat ini

"Ada-ada saja" batinnya

"Yahhh kalau gitu Aim mau main dulu ya pa ma assalamualaikum" Aim berlari, tujuannya saat ini adalah main ke rumah tetangga

"Aim makan dulu" teriak Rara namun bocah itu sudah menghilang saja

"Astaghfirullah tuh anak susah banget di suruh makan, padahal udah dimasakin makanan kesukaannya" dumel Rara

"Sabar" bisik Azril pelan, ia memeluk tubuh istrinya dari belakang

"Dia lagi memberikan waktu berdua buat kita sayang"

Ucapan Azril membuat Rara bergidik ngeri

"Ayo sekarang kita suap-suapan"

My Cool UstadzWhere stories live. Discover now