Pukul 04.56 pagi tertera pada jam digital di meja. Cahaya dari setiap angkanya bergabung dengan satu lampu belajar di sampingnya yang tidak cukup terang untuk menerangi luas kamar asrama.
Namun siluet barang terlihat apa saja yang ada di kamar ini. Seperti dua tempat tidur bertingkat yang masing-masing menempel pada sisi dinding yang hanya di pisah oleh dua meja belajar yang di gabungkan menjadi sebuah meja kotak besar dengan kursi di setiap sisinya, tumpukan buku juga alat tulis lain terlihat berserakan di sana.
Dua lemari baju juga terlihat bersisian, di tempatkan di samping pintu kamar mandi, dan di seberangnya rak sepatu kecil tepat berada di samping pintu keluar. Jarak yang tercipta diisi dengan karpet berbulu.
Jika kembali ke luar, di pintu kamar ini tertulis nomor 14. Melihat ke samping kiri, pintu lain tertulis nomor 15, 16, dan seterusnya, sampai nomor 20 di ujung sana. Ini merupakan lantai 3 dari salah satu gedung asrama laki-laki. Di atas sana masih ada lantai 4 dan 5 yang juga di isi kamar-kamar yang berurutan.
Setiap kamar berisi 3-4 orang.
Seperti kamar nomor 14 ini di isi oleh empat orang pemuda yang masih bergelung dengan selimut musim semi di kasur masing-masing. Tampak tenang. Sebelum akhirnya ketenangan itu di renggut alarm sekolah.
Alarm berbunyi keras lewat speaker yang terpasang di setiap sudut koridor setiap lantai semua gedung asrama.
Semua orang tersentak untuk bangun dengan umpatan dan keluhan kesal.
Pukul 05.00 pagi tepat.
Di awali dengan suara 'kring' yang keras dan lama, lalu ucapan dengan kata-kata penyemangat yang berbeda setiap harinya dan di akhiri dengan lagu mars sekolah ini.
Umumnya setiap siswa baru akan bersemangat mendengar alarm ini, dengan semangat dan kekaguman akan sistem sekolah ini. Namun, lama kelamaan mereka menjadi muak mendengar alarm ini.
"Selamat pagi! ayo bangun. Hari ini akan menjadi hari yang cerah untuk belajar yang menyenangkan. Hal-hal yang baik menantimu di depan sana. Semangat!"
Seperti itu lah pesan yang di sampaikan alarm untuk pagi ini.
Setelah itu terdengarlah lagu mars sekolah yang biasa di putar.
"Hal-hal yang baik menantimu di depan sana? Huh, yang ada hanya hal buruk!" Keluh Haechan, karna saat alarm berbunyi tubuhnya mendapat serangan kejut, yang membuatnya langsung terbangun dengan posisi duduk menghadap ke meja belajar dengan buku tugas yang menumpuk.
Awal harinya sangat buruk.
"Kenapa aku dulu sangat memaksa ingin masuk ke sekolah ini?" Matanya melirik orang di seberangnya yang juga terbangun dengan wajah masam, namun segera bangkit dan membereskan tempat tidur.
"Karna kamu bodoh," sautan suara serak terdengar dari ranjang di atasnya di barengi dengan suara menepuk bantal dan melipat selimut.
Mata Haechan bergulir ke atas, berdecak kesal. "Anak baru diam saja ya!"
Orang yang mendapat julukan 'Anak baru' menuruni tangga ranjangnya dan melempar bantal tepat mengenai wajah Haechan dengan keras.
"Jaemin!"
Protes Haechan tidak didengar oleh Jaemin.
"Boleh aku mandi duluan?" Tanya Minho, orang yang bangun dengan wajah masam tadi.
Jaemin yang awalnya akan membuka lemari untuk mengambil handuk mengurungkan niatnya. Dia menoleh pada Minho yang baru selesai membereskan tempat tidur dan mengangguk, "Silahkan, kak Minho."
Selain di tentukan untuk jumlah orang di satu kamar, untuk teman sekamar juga di tentukan berasal dari kelas dan tingkat yang berbeda. Seperti Jaemin dan Haechan yang berada di tingkat 2 dan kelas yang sama, harus mempunyai teman sekamar, yaitu Minho yang sekarang menempuh tingkat akhir, dan satu lagi adalah Jisung, yang paling muda di kamar ini berada di tingkat satu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Crash And Burn
Fantasía[JENO X JAEMIN] "-Kamu akan melakukannya?" "... Tidak. Tidak untuk saat ini." "Aku menantikan waktu itu." bxb! Yang tidak suka, silahkan menjauh...