03

15 3 0
                                    

20.00 tepat.

"Sudah ku duga, si bajingan kecil itu tidak akan datang!" Haechan melemparkan penanya hingga berbunyi 'tuk' mengenai buku.

Saat ini mereka, Jaemin, Haechan, Chenle, Han dan Sungchan sudah duduk melingkar di karpet berbulu milik penghuni kamar no 14. Sebelumnya Haechan dengan tidak tahu diri mengusir Minho dari kamar ini, dengan segala umpatan Minho pergi mengungsi ke kamar temannya yang lain. Jaemin jadi tidak enak hati, beberapa kali dia minta maaf, tapi Minho segera mengelak, dia bilang tidak apa-apa, dia juga memiliki urusan dengan temannya, jadi mereka bisa belajar dengan leluasa tanpa takut menggangunya.

Kembali pada diskusi, kali ini Chenle yang pada dasarnya senang sekali menjelek-jelekkan orang menambahkan bubuk cabai, "Huh, dia benar-benar tidak tahu diri. Sudah untung kita masih mengundangnya untuk belajar bersama. Tapi dimana dia sekarang? Padahal nilai saja pas-pasan, banyak bolosnya, angkuh pula. Huh heran, kenapa dia bisa naik kelas sih?"

"Mungkin dia punya backing orang besar di sekolah," timpal Sungchan.

"Benar! Ku dengar kepala sekolah adalah kerabatnya Renjun," Han mencondongkan tubuhnya saat berbicara dan tanpa perintah teman-temannya pun ikut mencondongkan diri kecuali Jaemin yang tidak terlalu tertarik. Han bicara sangat pelan, seolah di ruangan ini banyak orang dengan telinga yang berbahaya yang kapan saja bisa mengadu, dan menjadi boomerang untuknya.

Haechan melotot, dia menyangkal. "Tidak tidak, setahu ku dia tidak punya backing seperti itu, apalagi kepala sekolah."

Sungchan :"Eh ehh, kamu tahu dari mana bahwa itu tidak benar? Apa kamu ayahnya?"

Chenle tanpa berdosa berkata,"Dia kakeknya!"

"Bajingan! Ayah dan kakek kepalamu! Aku tahu dari gosip yang beredar."

Han berdecak, dia kembali menjauh menegakan tubuhnya, dan seperti anak bebek yang mengikuti induknya, mereka bertiga juga mengikuti Han. "Itu berarti informasinya belum jelas!"

"Informasi kamu juga tidak jelas, kamu juga dengar dari gosip kan?" Haechan tak mau kalah.

"Iya sih, tapi kamu juga tidak menyangkal kan bahwa kamu juga sedikit curiga pada si Renjun itu? Dia jarang sekali masuk sekolah, tugas-tugasnya tidak pernah selesai semua, tapi sekolah sama sekali tidak bertindak apa-apa. Seolah itu adalah hal yang wajar untuk dilakukan dan hal yang tidak melanggar aturan."

Haechan, Sungchan dan Chenle mengangguk. Sedang Jaemin masih abai, dia menyibukkan diri dengan melingkari nomor-nomor soal yang akan di bagikan pada teman-teman yang asik bergosip ini.

Chenle mengambil satu kemasan keripik kentang dari banyaknya jajanan yang memang dipersiapkan untuk teman belajar. Dia menjepit kedua sisi kemasan lalu menariknya secara berlawanan hingga menimbulkan suara keras saat kemasan terbuka. "Dan apa kalian ingat kejadian tahun lalu?" Dia mengambil tiga lembar keripik dan langsung memakannya.

Sungchan menaikan alisnya dan tangannya mengambil beberapa keripik dari Chenle, dia memakannya sambil berpikir, mencoba menemukan memori yang merekam kejadian-kejadian mencolok satu tahun lalu. Tapi sebelum dia bisa menemukannya, Han segera memberi pencerahan.

"Ah! Benar. Perkelahian itu kan ya?"

Sungchan mengernyit dan Jaemin selesai membagi semua soal menjadi lima kelompok.

Jaemin sekarang diam, ikut menyimak obrolan teman-temannya. "Perkelahian?"

Mereka bertiga menatap Jaemin dengan semangat. Haechan mengangguk, ikut memberi penerangan. "Itu benar-benar heboh pada masanya. Sampai sekarang aku masih tidak tahu apa motifnya."

Sungchan akhirnya ingat dan berseru, "Ah iya, tidak ada satupun yang tau motif aslinya. Ada yang mengatakan itu karna perempuan yang mereka sukai adalah orang yang sama, ada juga yang mengatakan bahwa itu salah paham, atau masalah pribadi yang sudah lama di pendam."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crash And Burn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang