02

15 2 0
                                    

Jam 17.19 Jaemin dan Haechan memasuki kamar asrama mereka setelah seharian bergulat dengan pelajaran di kelas. Mereka kompak meletakan tas di meja belajar lalu membaringkan setengah tubuh pada kasur milik Haechan, membiarkan kaki panjang mereka menjuntai ke bawah.

"Siapa yang mandi duluan?" Tanya Haechan dengan nafas memburu. Mereka tadi berlari untuk menghindari kejaran sang ketua kelas yang mengamuk, karena mereka tidak menjalankan piket kebersihan.

Hebatnya, walaupun ketua kelas mereka adalah perempuan tapi larinya cepat sekali. Pantas Haechan selalu menjulukinya nona cheetah.

Nona cheetah membuat mereka berlari sampai gerbang asrama.

Sangat gila... Kelas mereka berada di lantai dua gedung tiga yang tentu saja jaraknya tidak main-main untuk sampai ke gerbang asrama. Uhh rasanya kaki mereka akan copot apalagi harus menuruni banyaknya anak tangga.

Haechan dan Jaemin sepertinya lupa dengan kegunaan lift di sekolah.

Nafas Jaemin mulai stabil dengan malas ia berkata, "Kamu duluan."

Haechan berdecak, "Tidak, kamu yang duluan."

"Malas."

"Sama."

Oke, dua orang pemalas ini akhirnya diam sambil memejamkan mata.

Namun tak berselang lama Jaemin kembali membuka mata. Pandangannya terarah pada ranjang Jisung di seberang sana. "Apa Jisung sudah bangun?"

"Tidak tau," gumam Haechan, tubuhnya benar-benar lelah.

Jaemin mendorong Haechan, membuat tubuh lemah temannya itu tengkurap seketika, untungnya kepalanya terantuk bantal yang empuk.

"Hey!! Apa-apaan?!" Haechan protes, tapi dia malah meletakan bantal itu di bawah kepalanya. Menyamankan posisinya dengan miring ke kanan -membelakangi Jaemin-, dan kedua tangannya ditumpu ia letakan dibawah bantal. Tidur sebentar sepertinya tidak apa.

Melihat itu Jaemin semakin jengkel. Ia menarik beberapa helai rambut Haechan.

"Aduhh... Bocah tengik! Kamu ini kenapa hah?" Haechan berbalik sambil meratapi helaian rambut yang tercabut karena ulah Jaemin.

"Periksa dia." Jaemin menunjuk ranjang Jisung dengan dagunya.

"Tidak! Kamu saja. Tubuhku sangat lemas." Setelah menolak dengan keras, ia kembali ke posisi nyamannya.

Dengan mengesampingkan rasa malas dan kesalnya, Jaemin bangun, berjalan menghampiri Tempat tidur Minho dan Jisung. Namun saat ia menaiki dua anak tangga tempat tidur itu, matanya tidak menemukan sosok yang tadi pagi susah di bangunkan.

Dahinya berkerut, Jaemin kembali berjalan dan membuka pintu keluar, bertepatan dengan itu seorang pengawas berjalan melewatinya. Pengawas ini berbeda dari yang berpatroli tadi pagi.

"Maaf ..."

Pengawas berhenti dan berbalik menatap Jaemin. "Ya, Ada apa?"

"Jisung, kamar no 14. Apa anda melihatnya?"

Pengawas itu tampak berpikir sejenak, sebelum menjawab "Dia sakit, tadi siang orang tuanya datang menjemput, dan sepertinya Jisung tidak akan masuk untuk waktu lama."

"Dia bangun? Sakit apa?

"Tentu saja dia bangun. Orang tuanya menginginkan privasi untuk keadaan Jisung."

"Ah baik, maaf sudah mengganggu."

Pengawas itu mengangguk dan kembali berjalan pergi.

Jaemin kembali menutup pintu dan duduk disamping Haechan.
"Jisung sakit, orang tuanya tidak ingin orang lain tahu tentang keadaannya dan penyakitnya."

Crash And Burn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang