26 - Kebohongan dan Amarah

116 17 0
                                    

=======
Sweet, Sour, and Love
Kebohongan dan Amarah
=======

Areta melangkah keluar kelas, pelajaran telah selesai dan sekarang waktunya pulang. Ternyata, sudah ada Ringgo menunggunya di luar. Laki-laki itu berdiri di samping pintu sambil menyandarkan tubuhnya ke tembok. Tangan kanannya memegang ponsel, sedangkan tangan kirinya dimasukkan ke dalam saku celana.

Saat Areta berada di samping pintu, laki-laki itu langsung menoleh seolah-olah tahu dan sadar orang yang ditunggunya sudah keluar. Ponselnya dimasukkan ke dalam saku celana, lalu membenarkan posisi berdirinya.

"Hai, Skay," sapanya dengan senyuman manis.

Ah, tolong hentikan. Jika Ringgo memberikan senyum itu, Areta makin bingung dia harus melakukan apa.

"Hai," jawab Areta pada akhirnya.

"Ayo, pulang," ucap Ringgo dengan tangan yang terulur—berniat menggenggam tangan Areta.

Dengan cepat, Areta menarik tangannya menjauh. Ringgo dibuat bingung karena hal itu.

"Kenapa? Enggak mau dipegang?"

Areta menggeleng perlahan. Dia ingin pulang bersama Ringgo, tapi teror tadi masih memenuhi pikirannya. Menurutnya, mungkin sekarang lebih baik mereka harus sedikit menjaga jarak, jangan sampai orang-orang berpikir mereka sedang dekat. Jika keadaannya membaik, mereka bisa berhubungan seperti biasa. Kira-kira itulah keputusan yang Areta pikirkan sekarang.

"A—aku ada ekskul."

Bohong. Ringgo tahu Areta berbohong. Akan tetapi, Ringgo tidak mau menanyakan alasannya sekarang. Pada akhirnya, lelaki itu hanya melemparkan senyum. "Ya udah, gue tungguin."

Areta menggeleng cepat. "Enggak usah, bakalan lama," tuturnya. "Aku enggak suka kalo ada orang yang nungguin, soalnya aku bakal ngerasa enggak enak."

Areta bohong.

Ringgo tidak mau memperpanjangnya saat ini. Laki-laki itu tahu, Areta pasti punya alasan untuk kebohongannya, dan yang harus Ringgo lakukan sekarang adalah mendukung kebohongan Areta agar dia bisa mendapatkan alasannya nanti. Jika dia menanyakan alasan kenapa Areta berbohong saat ini, kemungkinan besar Areta akan sangat tidak suka dan mungkin akan terjadi pertengkaran kecil di antara mereka. Ringgo tentu saja tidak mau itu. Jadi, laki-laki itu pun tersenyum.

"Lo pulang sendiri? Gapapa?"

Kini, Areta yang tersenyum. "Gapapa. Kakak pulang aja."

Tangan Ringgo akhirnya bergerak menepuk kepala Areta dua kali. "Oke, kalo gitu ... gue duluan," pamitnya diiringi senyuman. Ringgo pun melangkah menjauh meninggalkan Areta.

Terkadang, pura-pura percaya akan mendatangkan kebaikan.

Setelah beberapa saat berjalan, langkah Ringgo diperlambat ketika melihat Bagas melewatinya. Laki-laki itu melirik sinis pada Ringgo dan berjalan menjauh dengan cepat.

Ringgo mengedikkan bahu. Tidak heran, mungkin Bagas masih cemburu karena hal di kantin tadi. Akan tetapi, tatapannya itu sedikit dirasa aneh. Ringgo jadi memikirkan ulang dugaannya. Selain Bagas yang menatap seperti itu, Areta juga berbohong padanya seolah-olah ingin menjauhinya.

Apa Bagas mengatakan sesuatu pada Areta agar perempuan itu menjauhi dirinya?

Di lain sisi, Areta yang sudah mengatakan kebohongan itu langsung masuk kembali ke dalam kelasnya. Dia akan diam di sini beberapa saat, sampai Ringgo benar-benar tidak ada di sekolah. Jika dia pergi sekarang, bisa-bisa Ringgo akan bertemu dengannya dan membuat kebohongannya diketahui.

Sweet Sour and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang