48 - Penjelasan dan Penyesalan

78 12 0
                                    

Baca pelan-pelan, yaaa✨
Happy reading🤎

=======
Sweet, Sour, and Love
Penjelasan dan Penyesalan
=======

Ringgo berjalan ke sisi kanan—dekat meja guru. Sedangkan Areta, perempuan itu masih berdiri di sisi kiri—dekat pintu—sambil terus mengunci pandangannya pada Ringgo, dia menunggu laki-laki itu memberikan penjelasannya.

"Gue ...." Ringgo tampak sangat ragu untuk mengucapkan. "Gue ngelakuin kesalahan besar di masa lalu."

"Itu bukan salah Ka—"

"Ini bukan soal Papa gue!" Ringgo menyela cepat. "Ini tentang kesalahan gue," ungkapnya dengan suara yang lebih pelan. Dia kemudian mendudukkan dirinya di kursi lalu menundukkan kepala. "Gue nyesel ngelakuin itu di masa lalu. Gue juga gak pernah mikir ternyata kesalahan itu bisa berdampak ke kehidupan gue saat ini. Termasuk, lo ... Skay."

"A—aku?" Areta dibuat bingung. "Maksud Kakak teror itu?" tanyanya. "Bukannya kita udah sepakat kalo—"

"Bukan itu, Skay. Bukan itu. Ini ... ini lebih buruk, karena gue yang ngelakuinnya." Ringgo menjeda kalimatnya, kedua tangannya dia simpan di atas meja dengan kepala yang makin lama makin ditundukkan—menunjukkan penyesalan dan rasa bersalah yang amat besar. "Maafin gue. Maafin gue, Skay."

"Tapi, apa?" Areta mulai tidak sabar. Kakak kelasnya ini hanya terus meminta maaf tanpa menjelaskan duduk permasalahannya. "Apa yang bikin Kakak ngerasa bersalah gini? Semuanya baik-baik aja sebelum Kakak jauhin aku, gak ada lagi teror atau apapun itu. Terus, kenapa? Aku bingung." Perempuan berbando merah itu sudah tidak bisa menahannya lagi, dia ingin menanyakan ini sejak lama, tapi tertahan karena Ringgo tampaknya sangat enggan bahkan hanya untuk menatapnya. "Tanpa sadar. Kakak, tuh, nyakitin aku! Aku jadi ngerasa bersalah tanpa alasan."

Dulu, Ringgo pernah bilang Bagas cupu karena laki-laki itu datang bersama temannya, 'kan? Sekarang, Ringgo akan menarik kata-katanya tersebut. Bukan Bagas yang cupu. Tapi, dia! Bahkan, dia dengan lapang dada menerima kalau dirinya ini pengecut. Apa lagi julukan yang harus diberikan pada Ringgo yang bahkan menjelaskan saja tidak bisa? Pengecut! Tidak, bukan pengecut. Ringgo merasa dirinya lebih dari itu.

"Kak?" Suara Areta terdengar lebih lembut dan penuh simpati.

"Maaf, Skay. Maafin gue."

Areta mulai kesal mendengar kata maaf itu. "Tolong, berhenti minta maaf. Aku gak bisa nerima permintaan maaf kakak kalo kakak gak bilang apa permasalahannya," ungkapnya. "Kenapa? Kenapa, Kak?"

"Gue, sama temen-temen gue dulu pernah ...." Ringgo menjeda ucapannya. Dia menggigit bibirnya sendiri dengan kuat, tampak sangat ragu baginya untuk menjelaskan. "Kita. Kita ... kita pernah jual video—" Ringgo kemudian mendongak, untuk pertama kalinya dia menatap Areta setelah selama ini dia mati-matian menghindarinya.

"Tapi, itu cuma satu kali, Skay. Gue gak bohong. Itu cuma satu kali! Kita ... kita gak mikir jauh. Awalnya itu cuma buat iseng aja, terus kita jual karena kita diancam. Gak ada tujuan apapun! Ini murni karena kita awalnya cuma iseng dan berakhir diancam," terangnya dengan suara yang cukup keras. Dia mengucapkan itu dengan amat sangat terburu-buru—menunjukkan bahwa dia sangat menyesal dan malu mengakui hal tersebut. "Iya, kita salah! Waktu itu kita gak mikir jauh. Kita ... kita salah .... Tapi, itu cuma satu kali, Skay. Gue gak bohong. Cuma satu kali! Dan, kita semua juga nyesel banget udah ngelakuin hal itu." Selepas mengucapkan kalimat panjang lebar itu, Ringgo menundukkan kepalanya lagi—menatap kedua kakinya di sana. "Maaf, Skay ...."

Areta terdiam di tempat. Makin Ringgo menjelaskan, makin membuat dirinya membeku. Perempuan itu masih belum paham. "Apa? Video apa?"

Ini. Ini yang tidak ingin Ringgo jelaskan. Semakin dia mengingat, semakin dia merasa jijik dengan dirinya sendiri.

Sweet Sour and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang