Akhir

2.5K 265 47
                                    

Hari ini Jian sudah diperbolehkan untuk pulang ke Rumah, kondisinya sudah membaik dia hanya perlu pemulihan untuk luka di tangannya. Tapi Jian belum di perbolehkan untuk masuk sekolah, Mahen ingin Jian benar-benar pulih.

"Tidur dulu dek, kamu masih harus banyak istirahat" Kali ini Rian yang menemani Jian di rumah karena yang lain sedang ada jadwal Kuliah dan Mahen pergi ke Rumah Sakit. Jadi hanya ada Rian dan Kian yang menemani Jian.

Jian mengangguk, dia kemudian menarik selimut sampai menutupi seluruh badannya, banyak hal yang kini berputar di kepalanya.

Bagaimana kehidupan sekolahnya nanti?

Kenapa bunda belum menghubunginya?

Apa bunda tidak tahu kalau Jian sakit?

Ataukah bunda tidak peduli?

Jian memegangi kepalanya, dia ingin menghentikan pikiran-pikirannya. Kepalanya terlalu berisik.

"Hiks..." Jian menangis.

"Tolong..." 

"Jian sudah ga sanggup lagi" Gumam Jian.

Jian mencengkram selimut yang menyelimuti seluruh badannya, rasa sakit yang dia rasakan bukan karena tangannya, bukan karena luka-luka yang ditimbulkan karena kecelakaan. 

Perlahan Jian tertidur, dia merasa lelah.

Tapi hanya berselang 30 menit Jian sudah terbangun, dia tidak bisa tidur. Jian mengambil handphonenya.

"Bunda..."

"Jian, ada apa sayang?"

"Jian hanya kangen aja Bun"

"Gimana kabar kamu? Kamu udah sehat?" Tanya Bunda.

"Ah, Jian baik-baik saja bun, udah pulang juga ke rumah"

Ah, ternyata Bunda sudah tahu, pikir Jian.

"Syukurlah, lain kali hati-hati Dek, jangan bikin panik semua orang, kamu tahu kan kalau Kian sampai shock apa yang akan terjadi?"

Deg.

Hati Jian hancur.

Padahal dia yang hampir mati disini.

"Tapi Jian juga terluka bun, Jian hampir mati" Ucap Jian.

"Kamu ini bicara apa? Jian ingat, Jian itu sehat, Kian itu sakit, jadi Jian yang harus bertanggung jawab atas Kian, kamu sehat dek, sementara Kian...."

"Cukup Bun, maafin Jian, lain kali Jian akan hati-hati"

Jian menutup sambungan telponnya. Dia membenamkan wajahnya. Menangis.

Pergi Jian.

Untuk apa kamu disini?

Tidak ada yang menginginkanmu.

Kamu selamanya hanya akan menjadi bayang-bayang Kian.

"Diam.." Jian menutup kedua telinganya.

"Jian mohon diam"

"Berisik"

Jian beranjak dari tempat tidurnya, dia berlari keluar dari rumah, entah kemana dia hanya berlari mengikuti kata hatinya.

Sementara itu Rian dan Kian yang baru saja berbelanja dari minimarket heran dengan pintu rumah yang terbuka begitu saja.

"Loh ko pintunya terbuka?"

"Dek, Jian"

Hening.

Kian berlari ke kamar untuk mengecek Jian.

"Jian?" Tapi di kamar mereka tidak ada siapapun.

"Mas, Jian ga ada di kamar"

Rian mengecek ke dapur, taman belakang, tapi Jian tidak ada.

Kian mencoba menghubungi handphone Jian, tapi hanphone Jian tergeletak di atas meja belajarnya.

"Mas Jian ga ada, handphonenya juga disini" Ucap Kian sambil menunjukkan handphone milik Jian.

Rian tampak khawatir, kemana adiknya pergi tanpa berpamitan.

Jian ga ada di rumah, tolong cari Jian.

Begitu isi chat Rian di grup whatsapp.

"Kian, kamu tunggu disini siapa tahu nanti Jian pulang segera kabarin Mas ya"

Kian mengangguk, dia sangat khawatir, kemana Jian pergi?

~~~
Sementara itu Jian berjalan gontai, dia tidak tahu asa dimana, kakinya sidah terluka karena dia berlari tanpa memakai alas kaki.

Tapi perih di kakinya tidak sebanding dengan apa yang dirasakan hatinya.

Pandangan mata Jian kosong, dia tidak memiliki tujuan, tidak tahu akan pergi kemana.

Hanya terus berjalan.

Jian tampak putus asa, beberapa orang yang berpapasan dengannya hanya melewatinya tanpa mengatakan apapun.

Tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras. Jian menghentikan langkahnya membiarkan air hujan membasahinya. Perlahan dia menangis, bukankah saat hujan turun air mata akan tersamarkan?

Jian terus berdiri ditengah tengah hujan yang mengguyur tubuhnya, pelan, Jian melangkahkan kakinya. Jalanan tampak sepi, siapa pula yang akan bepergian disaat hujan seperti ini? Orang-orang lebih memilih berteduh di tempat yang nyaman.

Diam terus berjalan tanpa arah.

Haruskah aku akhiri?

Kini Jian sudah berada dipinggi jebatan, dia menatap danau yang ada didepannya.

Aku lelah.

Aku ingin mengakhiri semuanya.

Akankah rasa sakit ini pergi?

Tbc.

Kyaaaa, aku update lagi~~~

Kali ini ga akan ada double update kekekeke

See you, san jangan lupa vomen 💚

Blue | Park Jisung | NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang