Prolog

1.5K 120 2
                                    

Suara hujan bergemuruh kencang, membiarkan sosok laki-laki rapuh yang telah menyerah didalam hidupnya berdiri di atas gedung pencakar langit. Namanya Deanno Antaraksa.

Tubuhnya yang jakung dibaluti oleh hoodie hitam, menatap puluhan rumah-rumah serta gedung yang tergolong rendah dari sana. Matanya sayu, tidak ada cahaya kehidupan lagi disana. Deanno menyerah. Tapi Deanno takut melangkah dari atas sana, Deanno takut ketinggian. Tapi satu-satunya agar Deanno langsung pergi dari bumi itu.. Hanya lompat dari gedung yang sekarang ia pijaki.

"Anak tolol! Kalo mama bilang jagain adik kamu ya jagain! Adik kamu masih kecil, Dean!" Mama Deanno berucap dengan lantang di taman, menarik perhatian seluruh mata dari sana.

"Tapi mah, adik udah besar.. Udah sepantasnya kalo adik bisa jagain dirinya sendiri, Dean juga punya kesibukan yang dimana Dean ga bisa lirik adik bahkan sekalipun." Jelas Deanno, hatinya sedikit sakit.

"Diam! Mama ga butuh penjelasan kamu, yang mama mau sekarang, kamu jaga adik kamu, Dean!" Tuntas Mama Deanno.

Deg-

Lumayan sakit, tidak apa-apa, ini masih level 1. Hati Deanno terbuat dari baja. Tidak apa-apa.

_______

"Dean! Ini apa?! Piringnya pecah karena kamu ga jaga adik kamu sama sekali! Mama udah bilang, jaga adik kamu! Kamu denger mama ga sih?! Mau mama mati ya?!!"

Piringnya pecah, tapi bukan salah Deanno, melainkan adiknya. Oh, maksudnya anak tercinta mamanya.

"Mah? Itu kan salah adik, bukan Dean, emangnya kalo makan, Dean juga harus jaga adik? Dean ga perlu makan gitu? Harus jaga adik 24 jam?"

Brak-!

Meja makan dipukul oleh mama Deanno, gawat. Mama marah sama Deanno lagi..

"Anak kurang ajar! Tau gitu mama ga pernah lahirin kamu! Sialan!"

Maaf mah, Dean ga salah apa-apa..

_________

"Eh, ini... Nilai aku bagus! Mama pasti bakalan sayang sama aku... Kalo nilai aku bagus, kan? Iya, kan?" Pekik Deanno, ia senang.

Deanno pulang dengan gembira walau wajahnya babak belur karena mamanya, tidak apa-apa. Deanno ga pernah dendam sama mama. Mama malaikat pelindung Deanno yang pernah ada. Deanno ga papa kalo mama selalu marah. Jadi, Dean dapet nilai bagus.. Semoga mama sayang sama Dean.

Plak-!

"Apa.. Apaan sama nilai kamu! 80?! Nilai yang bahkan akan membuat mama muntah ketika melihatnya. Oh Tuhan! Salah apa aku hingga melahirkan anak yang se bodoh ini! Harusnya aku ga pernah lahirin anak sial ini!"

Tamparan mama ga sakitin Deanno. Tapi perkataan mama sakitin hati Deanno. Deanno udah berusaha supaya dapet nilai bagus... Ternyata ga memenuhi persyaratan mama, ya? Maaf ya, mah..

"Kamu lihat nilai adik kamu, begitu sempurna. 99. Kamu? Bisa apa? Dapet nilai jelek? Hm? Dean, mama ga pernah ajarin kamu hingga se bodoh ini." Jemari mama Deanno meraih daun telinga Deanno, dan menariknya kencang.

Mah, telinga Dean sakit..

"Mama nyesel pernah lahirin kamu. Kamu anak yang sangat tidak berguna, bisa apa kamu di masa depan? Hm? Gelandangan? Pengamen? Pengemis? Pemungut sampah? Mama ga mau anak mama seperti itu Dean. Kamu coba di posisi mama, pasti rasanya sakit, sangat sakit. Sakit karena tidak bisa mendidik anaknya dengan benar dan baik. Kamu belum punya anak mana bisa ngerasain kayak beginian."

Deanno AntaraksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang