12 AM: Diam-diam

9 0 0
                                    

"Itu siapa?"

Semua orang mulai menatap, mereka kemudian mendekat ke arah Binar sembari berbisik pelan di telinga gadis manis itu.

"Pacarnya Amam"

"Hah serius?"

Benarkah? Binar yang selama ini naksir berat hanya dianggap seperti angin lalu, memang sih mereka tidak pernah ngobrol atau hanya bertukar sapa, karena Amam tidak begitu mengenal Binar, begitupun sebaliknya.

Yang Binar tahu adalah Amam satu-satunya cowok paling tampan di desanya. Ini bukan bualan, untuk apa juga berbohong.

Pujian yang Amam dapat mungkin tidak sedikit, Amam itu memiliki tubuh yang lumayan tinggi, mungkin sekitar 179 cm, wajahnya begitu tegas dengan alis tebal serta bibir bawah yang berisi. Kulitnya putih bersih, hidungnya juga tergolong mancung, mata indah Amam dihiasi oleh bulu mata yang lentik.

Sudahkah kalian membayangkan wajah tampan milik Amam?

Siapapun yang bertemu atau melihat Amam pasti akan menyempatkan diri untuk melihat dua kali, wajah sempurna ciptaan Tuhan itu tidak bisa ditolak pesonanya.

"Biasa aja ya?" tanya salah satu tetangga Binar.

Binar hanya nyengir, bingung mau berkomentar apa. Dia tidak boleh berkomentar sembarangan tentang fisik seseorang, karena Binar juga bukan makhluk sempurna. Wajahnya juga biasa saja, menurut dirinya sendiri sih begitu.

"Cinta itu buta mbak" jawab Binar akhirnya sedikit berkomentar.

"Ini sih bukan buta, emang sengaja nutup mata kayaknya" sahut Eri, salah satu tetangga Binar.

Julid sekali ya tetangga jaman sekarang, batin Binar menyela.

"Amam itu kelas berapa?" tanya Binar kembali, karena kepo.

"2 SMK kayaknya sih, kalian bukannya seumuran ya?" bingung Eri, balik bertanya.

"Nggak tau, kalau dia baru kelas 2 SMK sih pasti lebih muda dari aku"

"Ga ngaruh, umur hanyalah angka" pungkas Nadin ikut berkomentar.

Apa-apaan maksudnya?

......

Itu cerita tahun 2019 ya, sudah lewat 4 tahun yang lalu. Namun Binar masih mengingat jelas wajah lesu Amam saat itu, dengan seragam putih abu serta gadis seusianya yang dibonceng olehnya sore itu.

Binar menggelengkan kepalanya, sejak bertemu dengan Amam tadi malam, pikirannya tidak bisa fokus, padahal ia harus berdandan dan mendampingi temannya yang menikah hari ini sebagai pagar ayu.

Ting. . . .

C. Amam :

"bangun, katanya mau make up"
"gue kayaknya bakal telat deh ke acaranya si Ela"

Orang ini sinting ya?

Binar yang baru saja bangkit dari ranjangnya kembali lagi memeluk bantal, memukul sisi kasurnya berkali-kali. Ia membiarkan pesan dari Amam beberapa menit, memangnya boleh ya se-salting ini?

Ngapain juga Amam chat sepagi ini, baru juga jam 04.50. Binar mendudukan dirinya, ia kemudian merapikan rambutnya yang acak-acakan. Harus dibalas apa ya? Ia bingung, takut kalau terlihat terlalu excited.

Binar Asmara E. :

"Aku udah di tempat kok"

C. Amam :

"aneh tadi malem pakek gue-gue,
sekarang aku-aku"

Binar Asmara E. :

"Emang kenapa? Gaboleh?"
"Suka-suka aku dong wlee"

Binar bergegas, ia bahkan membiarkan selimutnya begitu saja tanpa ia rapikan. Acara akad nikahnya jam 7 pagi, kalau sampai Binar telat datang bisa-bisa ia dikatai tidak profesional.

Selesai mandi, Binar mengambil segala perlengkapan yang mungkin akan dibutuhkan nanti. Ia segera keluar dari rumah menuju ke rumah tempat dimana calon pengantin dan sang MUA berada.

Hari ini lumayan cerah ya, seharusnya hujan tidak akan turun. Besar harapan Binar untuk melihat senyum Amam yang tidak kalah cerah dari matahari pagi ini.

Binar benar-benar naksir Amam ya?

......

Jangan lupa vote dan komen guys, thankyou💗.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

12 AM: After SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang