Chapter 2 : Si Ceroboh yang Memalukan

8 1 0
                                    

—its your turn—

Bosan, lelah, pusing, lapar, dan mengantuk...

Itulah yang dirasakan kebanyakan mahasiswa saat jam krusial berlangsung. Jam 16.30, terlalu sore untuk menimba ilmu dengan baik bukan? Makanya tidak lebih dari 2 kelas yang berada di jam 16.30.

Dan sialnya Reyna yang memilih satu dari dua kelas itu karena kelas yang lain sudah penuh.

Mata Reyna mungkin menatap dosen, seolah-olah memperhatikan apa yang sedang dosen jelaskan. Tapi pikirannya saat ini melayang tentang apa yang harus dia lakukan saat pertama sampai di basecamp –tempat anggota X.I tinggal– mandi dulukah? Atau langsung tidur? Tapi perut nya terlalu lapar jadi Reyna rasa makan lebih baik, lalu di lanjut dengan tidur. Hmmm, Reyna rasa itu ide yang bagus. Mandi saat bangun nanti.

Reyna dengan terburu-buru memasukan alat tulis dan buku yang bahkan sama sekali tidak digunakannya kedalam tas saat kelas berakhir. Begitu keluar dari kelas, dia melihat sekerumunan mahasiswi. Karena tidak terlalu penting, Reyna hanya berjalan melewatinya.

"Reyna!" panggil seseorang dari arah kerumunan tadi. Reyna menoleh merasa tidak asing dengan suaranya.

"Rafael? Ngapain disini?" Reyna menautkan kedua alisnya menatap bingung Rafael.

Memang aneh melihat Rafael berada dikampusnya, secara Rafael bukan mahasiswa disini. Biasanya dia berada di basecamp seharian entah itu latihan menembak, latihan Muay Thai, atau apapun itu yang bisa di lakukan di basecamp. Jika dia keluar pun itu hanya untuk mendatangi TKP, mendapatkan bukti, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kasus. Diantara mereka berlima memang hanya Rafael yang tidak punya pekerjaan atau kegiatan lain sebagai detektif. Orang tua nya diplomat, jadi Rafael tidak perlu khawatir tentang uang.

Sedangkan Abi dia bekerja sebagai CEO di hotel meneruskan usaha ayahnya. Dan sisanya ya kami bertiga sebagai mahasiswa.

"Ayo pergi." Rafael menarik tangan Reyna setelah terbebas dari kerumunan mahasiswa tadi. Namanya juga perempuan, melihat orang tampan tentu saja dengan sigap menanyakan nama, nomor handphone, sudah punya kekasih atau belum. Ya semacam itu.

Reyna?
Dia dengan cepat menggandeng tangan Rafael, mengerti situasi yang terjadi saat ini. Rafael risih dengan orang asing terutama perempuan yang mengganggunya. Melihat mereka bergandeng tangan, para mahasiswi itu hanya bisa mendesah. Menyenangkan. Mengira itu pacarnya Rafael.

Setelah sampai di parkiran, Reyna melepaskan gandengan tangannya dan langsung masuk mobil Rafael. Tanpa Reyna sadari, Rafael menatap Reyna. Tatapan yang hanya Rafael tau artinya.

"Ngapain ke kampus?" tanya Reyna sambil memakan camilan yang ada dashboard mobil. Didalam mobil Rafael memang selalu ada cemilan, dan anehnya itu semua kesukaan Reyna.

"Sabuk pengaman." ucap Rafael mengingatkan. Salah satu kebiasaan buruk Reyna.

"Oh iya lupa, hehe!" Langsung memasang sabuk pengaman nya. Sementara Rafael menyalakan mobil.

"Abis dari panti asuhan, nyari identitas anak korban yang hilang, sekalian jemput lo. Kata Lya lo ada kelas sore," jelas Rafael, tanpa menoleh ke arah perempuan yang duduk disampingnya itu karena fokus menyetir.

Kasus yang dibicarakan Rafael adalah kasus yang memang belum terpecahkan sejak 12 tahun silam. Tim polisi dan tim detektif yang menangani kasus ini sepakat untuk menutupnya. Karena sama sekali tidak ada jejak pembunuh, walaupun dari hasil autopsi jelas pembunuhan. Big boss mereka yang dulunya salah satu anggota tim detektif yang menangani kasus itu mengundurkan diri karena tidak setuju dengan penutupan kasus. Memilih membuat tim detektif nya sendiri untuk menemukan pembunuh tersebut. Itulah alasan X.I ada.

Its Your TurnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang