Akan ada kalimat-kalimat kasar dan kejadian mungkin akan memicu pembaca. Ingat, ini semua hanya bacaan saja, tidak ada hubungannya dengan idol dan apabila ada hal-hal yang menyinggung, tolong diharapkan kebijakan dari setiap yang membacanya. Sekali lagi ini semua hanya karangan, fiksi semata. Terima kasih. Semangat Mley.
___________________🦋🐺__________________
"Jooooooooooeeeeeeelllllllllllll....... Ya Allah Joel, Joel, bangun, hei ini saya Joel, Ya Tuhan, maafkan saya, Joel". Sekuat tenaga Hanenda membopong Joel yang sudah kolaps ditanah. Hanenda sudah tidak peduli apakah nanti akan ada gunjingan yang akan dia terima apabila ada murid yang melihatnya membopong Joel kedalam mobilnya. Tidak henti-hentinya Hanenda merapalkan doa semoga Tuhan mau sudi mendengarkan Hanenda dan menyelamatkan yang dia sayangi. Hanenda melirik ke arah kursi Joel dan mengecek apakah Joel dalam keadaan baik-baik saja. Hanenda sangat kuatir, sangat memyesal telah berbuat hal tercela kepada Joel. "Joel maafkan saya Joel. Saya mohon bangun Joel, kalau kamu nanti mau nuntut ataupun memukul, saya ikhlas Joel, ku mohon bangun Joel". Begitu lirih dan sedih Hanenda merapalkan doa-doanya, sesekali menyentuh pucuk kepala Joel, Hanenda diliputi rasa bersalah yang dalam. Tidak seharusnya Hanenda mengikuti emosinya, sehingga kejadian ini tidak akan terjadi.
Mobil berhenti didepan pintu ruang UGD, dengan cepat Hanenda membopong kembali Joel, panik melanda Hanenda dikala suster membawa brankar kehadapan Hanenda."Tolong Suster, tolong, dia tidak sadarkan diri sedari tadi, badannya kaku dan sangat dingin" Hanenda semakin panik. "Bapak tolong menunggu diruang tunggu dulu, biarkan dokter dan suster yang mengambil alih, nanti akan kami panggil" kata suster menenangkan Hanenda.
"Loh Enda, ada apa Dek?"
"Daeng, Ya Allah Alhamdulillah, saya lupa rumah sakitmu disini Daeng". Hanenda menghela nafas sambil memegang pundak orang yang menegur Hanenda tadi yang ternyata seorang Dokter dirumah sakit yang Joel tempati tak lupa menyalami Dokter itu.
"Kenapa ki Dek? [Kamu kenapa Dek?]"
"Daeng itu, anak muridku emm pingsan tadi disekolah". Jawab Hanenda sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal tapi terlihat kepanikan diraut wajahnya.
"Ohh oke, nanti Daeng cek ki sebentar. Tapi tidak apa-apa jaki kita toh Dek?. Saya cek ki muridmu, kau dudukmi dulu, nanti dipanggil ji itu untuk urus berkasnya. Tenang janganmi tegang begitu. [Ohh oke, nanti Abang cek sebentar. Tapi kamu g apa-apa kan Dek? Aku cek murid mu, dan kamu duduk dulu, nanti bakalan dipanggil untuk isi berkasnya. Tenanglah, g usah tegang begitu]".
"Iya Daeng Yos, terima kasih, tapi soal berkas saya tidak terlalu tau tentang anaknya Daeng"
["Kalau soal urusan itu tidak apa-apa nanti Daeng yang bertanggung jawab tapi kamu tau kan nama dan alamat rumahnya? Ehh kamu tidak menghubungi orang tuanya Dek?"]
Ada jeda sebelum Hanenda menjawab pertanyaan Abang Dokter nya. "Joel, Joel Sagala nama anak itu Daeng". ........... sambil menggelengkan kepala yang tertunduk lesu, Hanenda melanjutkan bicaranya "rumahnya Enda tidak tau Daeng, jadi bagaimana saya mau menghubungi orang tuanya, dan Joel nya pun tidak punya hape sepertinya".
["Susah kalau begitu Dek, takutnya ada apa-apa, urusan begini bakalan you know-lah ama kepolisian Dek. Apalagi kamu yang bertanggung jawab membawa muridmu kesini. Apa ada hal yang Daeng tidak ketahui?. Bukan kamu yang rundung dia kan?].
Masih tertunduk lesu, sambil menangkupkan wajahnya, Hanenda menarik nafas dalam-dalam. "Enda tidak tau Daeng, Enda........." Hanenda tidak sanggup untuk melanjutkan bicaranya. Buntu, baru kali ini otaknya buntu untuk berbicara dan menyanggah lawan bicaranya, padahal sebelum ini, Hanenda seorang pendebat unggul yang tidak mengenal kalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Syama Artjuni [HIATUS]
FanfictionHanenda - Joel, didalam sebuah utasan kelam semesta. Mereka hanya inginkan kisah mereka laksana Asmaraloka tapi sayang norma diatas asmara. Mereka tak punya kuasa untuk melawan takdir Pemilik Kehidupan.