Mimpi Pertama Bagi Seorang Pecundang

3 0 0
                                    

Hellow guys sowryyyy ya baru muncul lagi maklum aku kena block writer :( tolong bantu vote yaa biar semangattt huhu

------------------------------------------------------

Keesekon harinya..

Tak butuh waktu lama, kabar berita kematian Sinta memenuhi gedung sekolah, dari mulai sosial media, mulut ke mulut, bahkan berita itu kini tengah hangat diperbincangkan di pemberitaan media elektronik dan masyarakat umum.

Kini sekolah dipenuhi dengan wartawan dari berbagai macam stasiun televisi. Membuat Hana yang datang kesekolah merasa tak nyaman saat ia berada tepat didepan gerbang. Jihoon yang baru datang dengan menaiki sepeda motornya hanya memperhatikan Hana dari kejauhan.

Hana tampak tak yakin untuk masuk kesekolah berulang kali ia melangkah dan berulang kali pula ia membatalkannya. Kali ini Hana memantapkan diri untuk masuk kesekolah ia berjalan menuju kerumunan itu, kini semua wartawan mendapati Hana tengah lewat diantara mereka.

Awal perjalanan tidak ada yang sadar sampai salah satu suara wartawan mengatakan "Hei itu Kim Hana, saksi mata kejadian semalam." Teriak salah satu wartawan diantara kerumunan wartawan.

Sontak semua wartawan menghadap kearah Hana. Menjejalinya dengan banyak pertanyaan membuat Hana bingung, wajahnya kini berubah pucat, tubuhnya gemetaran, Hana yang tidak tahan hampir kehilangan kesadaran. Ia menutup telinganya, pusing, penglihatannya kabur. Dadanya sesak. Napasnya tersekat, ia kesusahan napas. Bayangan samar memori lima tahun lalu terputar kembali. Rasanya ia ingin pergi dari sini.

"Siapapun tolong aku. Aku mohon, aku takut." Ucapan Hana lirih hampir nyaris tak terdengar sampai akhirnya Hana mendudukkan dirinya diantara kerumunan itu.

Melihat itu, membuat Jihoon berjalan kearah Hana dan ditariknya Hana dari kerumunan wartawan. Membawa ia kabur dari sekolah menggenggam erat tangan Hana untuk bersiap berlari menuju sepeda motornya, diarahkannya Hana kearah sepeda motornya untuk naik.

Dan Jihoon siap dengan helmnya yang satu ia serahkan ke Hana dan yang satunya lagi segera ia kenakan kemudian menyalakan mesin motornya dan melesat dengan cepat. Hana sadar ia segera meletakkannya tangannya di pundak Jihoon, tapi Jihoon mengambil tangan Hana dengan lembut untuk melingkarkan dipinggangnya dengan satu tangannya dan tangan lainnya untuk menyetir motornya.

Mereka kini sudah jauh dari sekolah, Jihoon menepikan motornya dan menghentikan mesin motornya.

"Kamu gapapa?"

Hana hanya mengangguk.

"Tunggu disini."

Jihoon berlalu untuk masuk kemini market pinggir jalan itu. Ia membeli dua minuman. Lalu dibukanya untuk Hana.

"Ini.."

Hana meraihnya dan meminumnya.

"Makasih ya.." ucap Hana tulus.

Jihoon menghela napas panjang.

"Em karna kita udah terlanjur diluar, mau ngerasain bolos sekolah?" Hal ini diluar ekspektasi Hana, Jihoon yang terlihat cuek selama ini ternyata mau mengajaknya pergi.

"Eh gak usah. Kamu sudah membawaku sampai disini juga aku sudah sangat berterima kasih. Aku tidak mau lagi menyusahkanmu. Dan terima kasih untuk tumpangan dan minumannya. Lain kali akan aku balas. Aku pergi ya."

Hana membalikan badannya, untuk melangkah menjauh dari Jihoon, ia sadar tidak boleh lagi membuat Jihoon khawatir.

"Kalau berniat berterima kasih itu yang benar dong. Tidak tau diri banget udah ditolong." Teriak Jihoon tiba-tiba.

Our Battle ListTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang