Chapter 2

241 30 2
                                    

Jisung menatap malam yg berubah jd fajar dan matahari perlahan naik menyinari wajah lesunya. Malam itu ia lewati dengan menatap malam tiada akhir, dinginnya bahkan sampai menusuk tulang. Jisung duduk di kursi belajar menghadap jendela, duduk semalaman tak beranjak sekalipun.

Ketukan di pintu menyadarkannya, suara lemah wanita setengah baya memanggilnya.

"Jisungie bersiap-siaplah. Kita akan pergi menemui Renjun"

Menemui Renjun?

Maksudmu abunya?

Jisung beranjak dan seketika tubuhnya oleng merasakan pusing dan sakit di kepalanya. Tenggorokannya kering dan matanya terlihat sangat lelah.

Ibu Jisung mengetuk lg namun anaknya tidak menyahut, dengan perasaan khawatir ia langsung membuka pintu itu.

".. Jisungie" ibu Jisung langsung berlari ke arah Jisung yg tengah setengah berbaring di samping kasurnya. Tangan kanannya menopang tubuhnya agar tidak ambruk dan tangan kirinya di lantai.

Mata Jisung perlahan naik menatap nyonya Park yg memeluknya. Matanya suram seperti kehilangan cahayanya. Jisung masih terdiam tak bersuara ketika nyonya Park menangis sambil memeluk anaknya.

"Jangan seperti ini nak. Renjun akan sedih melihatmu seperti ini"

"Bu... Renjun dimana?" Lirih Jisung

"...."

"Aku telah menyakitinya... Aku membunuhnya" Jisung menenggelamkan kepalanya ke pelukan ibunya

"Tidak. Tidak! Kamu anakku yg paling baik" Isak nyonya Park menyamarkan tangisan Jisung. Pelukannya menyembunyikan kesedihan Jisung dan tangan hangatnya merangkul tubuh lemah Jisung.

Saat malam ketika dia sendirian. Kesedihan itu tidak ada, rasa frustasi dan marah itu tak terjangkau. Semuanya kosong dan dia linglung semalaman. Tapi ketika seseorang memeluknya, ia menyadari kalau ia sudah menyakiti sahabat satu-satunya, ia menyadari kalau dunianya sudah tak ada cahaya dan ia menyadari kalau Renjun telah meninggalkannya.

🕑🕑🕑

Rumah duka telah di penuhi oleh pelayat. Baik dari pihak sekolah maupun kerabat. Nyonya Huang berdiri sendirian dengan pakaian berkabung. Satu persatu teman sekelas memberi penghormatan terakhir di depan foto Renjun yg tersenyum dengan cerah. Tangis para siswi memenuhi ruangan, diantaranya adalah teman dekat Renjun di kelas. Tumpukan bunga semakin meninggi dan hari semakin sore.

Orang-orang minum bir sambil mengobrol juga ada yg menangis tanpa henti.

Di tengah suasana duka Jisung baru hadir bersama ibunya. Mungkin dia orang terakhir yg melayat Renjun. Nyonya Park memeluk tubuh Nyonya Huang memberinya kekuatan. Mereka telah berteman dari jaman sekolah hingga anak-anak mereka juga jadi sahabat. Seperti halnya keluarga nyonya Huang menumpahkan segala kesedihannya dan sekali lagi menangis meratapi anaknya yg telah pergi.

Jisung masih tak bergeming berdiri di depan foto Renjun, menatap kosong pada senyuman cerah di foto itu. Baru saat pundaknya di tepuk itu adalah Jaemin yg masih di sana membolos dari kelas.

"Berikan bunganya. Mungkin dia menunggu itu darimu"

Jisung melangkah untuk mengambil bunga krisan putih lalu menyimpannya di depan foto Renjun ia memejamkan matanya lalu membungkuk cukup lama.

Selamat tinggal Renjun

🕑🕑🕑

Seminggu telah berlalu dan suasana kelas kembali kondusif. Meskipun ada desas desus yg kurang enak perihal kematian Renjun. Teman baik lainya hanya menganggap itu angin lalu dan hanya mencoba yg terbaik untuk tetap berbicara kebaikan yg pernah di lakukan oleh mendiang Renjun.

(END) Rasa Yang Kamu Tinggalkan || SungRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang