Chapter 2

70 10 3
                                    

Jeno tersenyum singkat saat ia melihat sebuah toko kamera dari kejauhan, setelah berjalan beberapa menit dari halte bus. Ia mendorong pintu masuk toko bernuansa vintage tersebut dan bergerak menuju seseorang yang berada di meja kasir.

"Annyeong haseo." Sapanya.

Pria kasir itu ikut membungkuk singkat, "Annyeong haseo, ada yang bisa saya ban-...,apa mungkin anda Lee Jeno?" Tanyanya bingung.

Jeno mengangguk singkat, "Ne, apa kamera saya sudah bisa digunakan?"

Pria bertubuh gempal itu mengangguk cepat seraya berjalan tergesa-gesa menuju ruangan lain. Jeno tersenyum kecil saat pria itu kembali ke meja kasir seraya membawa kameranya.

"Kamera anda sudah bisa digunakan kembali, tapi harus hati-hati agar tidak jatuh ke dalam air lagi, Tuan." Ucapnya.

Jeno mengangguk patuh, tentu saja ia harus sangat hati-hati agar tidak ceroboh kembali, karena ia sangat menyayangi kamera yang sedang di pegang oleh pria tersebut. Jeno langsung mengeluarkan beberapa lembar lebih kertas uang untuk membayar jasa pria tersebut.

Pria tersebut langsung membungkuk cepat saat Jeno memberikan banyak tip untuknya, "Terima kasih, Tuan, semoga hari anda selalu menyenangkan!" Ucapnya.

Jeno mengangguk seraya tersenyum singkat. Ia segera keluar dari toko tersebut dengan senyuman tipis seraya menatap kameranya sejenak. Setelah itu, ia langsung bergerak menuju halte bus kembali dan duduk disana untuk menunggu datangnya bus. Hari ini ia harus mencari sebuah penginapan sebelum waktu malam tiba.

Jeno mencari motel terdekat dari ponselnya, namun tidak kunjung ia dapatkan karena banyaknya alasan seperti motel sudah penuh atau motel sedang dalam perbaikan yang di pajang di dalam aplikasi tersebut. Saat bus datang, ia langsung masuk ke dalam kendaraan tersebut menuju daerah pemukiman Desa Suwon. Ia berharap ada motel yang masih tersedia.

Setelah sampai di halte bus yang ia tuju, Jeno segera berjalan kembali ke tempat dimana ia datangi sebelumnya. Ia menghentikan langkah kakinya memandangi jalanan dengan pohon bunga sakura yang terletak di kanan-kiri  jalanan tersebut. Ia bahkan tidak menyadari kalau dirinya akan terdampar di Desa Suwon disaat musim semi tengah berlangsung di desa tersebut.

Senyuman kecil di wajah tampannya seketika menghilang saat mendengar suara omelan seseorang yang tak jauh darinya. Ia memandang heran seorang wanita berpenampilan eksentrik dengan seorang pria seumuran dengan wanita itu tengah membentak begitu kasar pada wanita tersebut. Jeno paham bahwa ia tidak perlu mencampuri urusan orang lain, namun saat pria itu mulai bersikap kasar pada wanita yang memilih diam membuatnya harus mendatangi mereka.

Wanita yang tak lain Bibi Kim, terkejut saat Jeno menarik keranjang belanjaan yang berisi sisa sayuran dari pria botak itu. Ia menatap sayuran yang berserakan di jalanan karena ulah pria mabuk yang bisa Jeno simpulkan karena tercium aroma alkohol yang menguar dari mulut pria itu.

"Yak!, siapa kau?!" Bentaknya seraya mencoba mendorong tubuh Jeno yang tetap bergeming di tempatnya. Menunjukkan bahwa tidak sia-sia Jeno sering berolahraga untuk otot tubuhnya.

"Jangan mengganggunya, atau saya panggil polisi." Ucap Jeno dengan suara beratnya dan tatapan dingin yang mampu membuat pria tersebut terintimidasi.

"Yak!, aku adalah mantan suami wanita bisu ini, aku masih memiliki hubungan dengannya. Aku akan pergi kalau dia memberiku uang!" Bentaknya.

Jeno melirik Bibi Kim yang ketakutan. Ia mendengus kasar menatap pria botak itu seraya berjalan mendekati pria tersebut yang kini sedikit mendongakkan kepalanya menatap Jeno yang menjulang tinggi di depannya.

"Pergilah saat saya masih memberikan anda kesempatan."

Pria botak itu mendengus kasar, dan langsung memaki Bibi Kim sebelum ia memilih pergi dari hadapan Jeno. Setelah Jeno memastikan bahwa pria itu sudah lenyap dari pandangan matanya, ia segera menatap Bibi Kim yang membungkuk berulang kali.

ENCHANTEDWhere stories live. Discover now