"Dunia ini penuh kebetulan. Dan kebetulan yang paling aku syukuri adalah bertemu denganmu." ~ Sandyakala Eidan."
Mentari terbit memulai untuk mengawali hari. Sorot cahaya nya masuk dari jendela seorang gadis yang sudah bangun untuk memilih baju yang cocok untuk ia kenakan hari ini. Dia mengobrak abrik semua isi lemarinya. Matanya terhenti di sebuah baju yang dibelikan oleh Mama nya tahun lalu.
Dia mengambil baju itu dengan tatapan rindu. Jarak menjadi penghalang dia untuk bertemu dengan Mama nya. Sudah tiga tahun lebih dia tidak bertemu dengan orang tuanya, karena pekerjaan Papa nya sedang dalam masa krisis, yang membuat mereka tidak bisa pulang.
Gadis itu mencoba baju itu, takutnya sudah tidak muat karena itu sudah sangat lama sekali, saat dia menginjak kelas 2 SMP. Namun, karena tubuhnya yang kecil jadi dress itu masih muat di badannya. April berdiri di depan cermin dan mencopot kuncirnya. Kata orang-orang dia itu sangat mirip dengan Mama nya waktu rambutnya diurai seperti ini. Dia berjalan dengan santai ke ladang kakek sembari hidungnya yang tidak henti-hentinya menghirup udara segar di perdesaannya.
Disisi lain, seseorang tampak sedang grasak-grusuk memakai double jaket dan sepatu nya. Ditambah rambut yang masih sedikit acak-acakan belum disisir. Dia lupa membawa sisir dan teman-temannya pun tidak ada yang membawanya. Soalnya tujuannya kesini juga buat naik gunung, dan menurutnya penampilan itu tidak penting ketika mendaki. Pendaki itu walaupun muka kumuh, pakaian kotor berlumpur mirip gelandangan yang gak makan lima bulan pun mereka tetap merasa ganteng waktu di track.
"Mau kemana Sen? Jangan bilang mau kencan sama Maya lagi?" tanya Jefri yang melihat Sean yang pagi buta begini sudah rapi. Dia saja mau mandi ogah-ogahan karena dinginnya minta ampun. Namun, temannya itu malah udah dandan rapi. Walaupun style nya udah kayak mau ke kutub utara aja.
"Sotoy lo."
"Lah terus nyewa motor segala ngapain coba kalo gak kencan sama Maya?" ucap Jefri sambil melirik motor yang ada di perkarangan halaman penginapan, entah dari kapan motor itu ada disana.
"Kencan sama nenek Gayatri," jawabnya sambil pergi menaiki motor yang dia sewa tadi malam.
Tanpa berpamitan, Sean melajukan motornya untuk pergi meninggalkan Jefri sendirian. Melewati jalanan berkerikil untuk menuju ke arah gubuk Kakek Rahmad. Sebelum masuk ke gubuk, dia memarkirkan motor tidak jauh dari sana. Karena motor tidak bisa masuk disana. Jadi dia memilih jalan kaki dan membelah dua rerumputan ilalang yang menutupi gubuk tersebut.
Terlihat dari jauh, seorang gadis sudah duduk diam disana. Rambutnya yang hitam lebat itu tampak terbawa oleh angin yang berhembus. Gadis itu menunduk menatap kakinya yang sengaja dia goyang-goyangkan. Sean tersenyum tipis melihatnya kemudian laki-laki itu segera berlari menghampirinya.
"Sorry telat," ucap Sean.
April yang mendengar suara itu langsung mendongak menatap Sean yang menghampirinya. April menatap dari atas sampai bawah penampilan cowok itu. Tampaknya laki-laki itu kedinginan sampai harus double jaket seperti ini. Tangannya dimasukkan ke dalam kedua saku jaketnya dan tudung jaket yang dia kenakan menutupi rambutnya. Dan ada sebuah kamera yang dia kalungkan di lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Varsha & Ancala
Teen FictionAprilia Ranjena, gadis desa yang selalu bertemu dengan laki-laki yang tidak dikenal di dalam mimpinya. Laki-laki itu tidak memiliki nama jadi dia selalu memanggilnya dengan nama Varsha. Varsha dalam bahasa sansekerta artinya adalah hujan. Karena sa...