BAB 02

315 26 0
                                    

"Membenci hal ghaib, menghindarinya selama bertahun-tahun dan berakhir dengan memasuki lembaran yang lebih kelam dari yang pernah terjadi." _zee_

.

Nunew terlihat buru² keluar dari kamarnya, pergerakannya menciptakan bunyi yang sedikit berisik. Membangunkan seseoarang yang saat ini hampir saja tertidur di depan TV.

"Ada apa sih New? Kenapa sekacau itu."

"Asahi, jangan tidur, Siapkan mobil kamu."

"Uugh ada apa New? Ini sudah malam."

"Zee dalam bahaya!."

"Apa maksudmu-

Pertanyaannya terhenti saat melihat boneka yang di letakkan Nunew di atas meja bergerak kasar.

"Aku mengambil rambutnya saat itu, dan di dalam boneka ini ada garam penetral roh serta rambut Zee. Untuk saat ini Zee masih aman karena serangan roh itu akan lebih dulu di Terima boneka ini. Tapi jika boneka ini rusak, maka nyawa Zee setelah itu."

"Sejak kapan bonekanya bereaksi?."

"10 menit yang lalu, dan dia semakin terlihat bergerak."

"Astaga New, ayo cepat. Apa kau tau dimana Zee saat ini?."

"Eemmm, di gelang tadi ada alat pendeteksi. Gerakan, suara, detak jantung Zee, semuanya dapat aku ketahui."

Mereka bergegas masuk ke dalam mobil, menuju rumah Zee.

"Gelangnya menunjukkan titik lokasi di sini." Jelas Nunew

"Baiklah,itu rumah Zee."

.

"Aku ke kamar dulu  O bāchan, Arigatō."

{Nb : O bāchan : nenek - bahasa Jepang,
             Arigatō     : terima kasih - bahasa jepang}

Zee melangkahkan kakinya menuju kamar. Perasaannya sedikit tidak enak, terlebih lagi saat neneknya tiba-tiba menyuruhnya meminum air suci sebelum ia beranjak tadi.

Apa aku terlalu banyak mengingat hal tadi, sampai aku jadi merasakan perasaan khawas seperti ini.

Zee membaringkan tubuhnya di kasur, menutupi badannya dengan selimut lalu menutup mata.

Mencoba untuk terlelap,

Tapi semakin lama perasaannya semakin tidak karuan, keringat biji jagung terasa dingin mulai keluar membasahi dahi, tangan dan kakinya.

Sesak, Zee merasakan kalau nafasnya tercekat saat ini. Ia mencoba membuka mata dan sedetik kemudian tubuhnya bergetar hebat.

Di atasnya, ada roh yang menimpa tubuhnya. Roh itu menjulurkan lidah melilit lehernya.

Zee ingin berteriak, tapi suaranya tercekat.

Lilitan itu semakin mengerat, tapi Zee menyadari satu hal. Ia masih bisa bernafas, ia masih tidak terlalu merasakan sakitnya.

Badannya terangkat keatas, dan tegantung dengan kaki yang tidak lagi bisa menapak di atas kasur. Ada apa ini, ia bisa merasakan nafasnya Tersengal-sengal tapi kenapa ia masih bisa bernafas.

Apa ini hanya mimpi?

Kalau ini kenyataan, kenapa neneknya tidak segera datang?

.

"Percepat Asahi, bonekanya hampir terputus."

"Uugh baiklah."

Asahi menginjak gas menambah kecepatan mobilnya, jalanan yang sunyi memudahkan dirinya saat itu. Saat ini di fikirannya terlintas wajah Zee terus menerus.

MEETING IN THE DARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang