1

6 0 0
                                    

Di hari pertama Aliya masuk SMA ia sudah dibuat kesal oleh Abang-nya. Padahal mereka satu sekolah, tapi tetep sama Abang-nya tidak mau mengantarkannya kesekolah. Alasannya "males ntar temen-temen gue tau kalau gue punya adek cewek jelek".

Jelek? Jelek katanya. Bukannya sombong ya, tapi Aliya tidak pernah mendengar ada orang yang mengatakan bahwa ia jelek, kecuali Abang-nya itu. Dan tentu saja dia juga mengatak Abang-nya jelek. Padahal tidak pernah juga ada yang bilang kalau Abang-nya itu jelek.

Mereka berasal dari keluarga yang bisa di bilang tidak terlalu kaya dan tidak miskin juga. Aliya bersyukur di lahirkan di keluarga ini, ia tidak merasa hidup nya ada kekurangan dalam hal apapun, dan tidak berkelebihan juga pasti nya.

Mama dan Papa nya selalu mengajarkan Aliya dan Abang-nya untuk tidak boleh sombong, memandang orang lain rendah dan selalu di ajarkan untuk sedekah. Mungkin karena ajaran itu juga kami tumbuh menjadi anak yang baik sekarang.

...

Sesampainya disekolah, Aliya sangat bersyukur hari ini mendung dan sesuai perkiraannya tadi bahwa akan turun hujan, bener saja saat Aliya masuk kelas, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya.

'Syukur deh, artinya gak bakal ada di jemur-jemur di lapangan nih' batin Aliya.

Aliya duduk di bangku yang kosong di bagian ujung kiri urutan ke 3 dari depan dan belakang. Ia sembarang duduk saja, karena ini hari pertama mereka masuk kelas, dan seperti nya belum ada yang duduk disini.

Saat Aliya sedang asik menscroll tiktok di handphonenya, tiba-tiba ada seseorang yang duduk disebelahnya, membuat Aliya menoleh melihat siapa teman sebangkunya. Orang itu mengulurkan tangannya, "hai kenalin gue Shafa", Aliya menerima uluran tangannya, " hai gue Aliya" dengan begitu saja mereka menjadi teman sebangku, dan saling mengobrol tentang berbagai hal.

Pukul 7 tepat, semua murid baru telah masuk ke kelas masing-masing yang telah di bagi. Kemudian masuk beberapa kakak osis ke dalam kelas kami, yang sebelumnya dari kelas sebelah. Dan dari salah satu anggota osis itu ada Abang-nya Aliya. Ia tampak acuh saat Aliya menatapnya, seakan-akan tidak mengenalinya.

"Halo Adek-adek semuanya, kami dari pihak osis akan melakukan sesi perkenalan diri, seharusnya kita ngadain ini di lapangan secara bersama-sama dengan murid baru lainnya, tapi karena cuacanya tidak mendukung, dan sepertinya doa-doa kalian semua terkabul ya." Mendengar ucapan salah satu kakak osis itu, seisi kelas pun tertawa membenarkan.

"Baiklah, saya mulai ya, perkenalkan nama saya Victor Gabriel, kalian bisa panggil Victor atau Gabriel terserah kalian aja. Dan jabatan saya sebagai Ketua Umum Osis. Selanjutnya teman-teman saya akan memperkenalkan dirinya" semua orang terlihat takjub dengan cara berbicara Kak Victor dan juga ketampanannya. Tapi jujur saja Aliya hanya memperhatikan seseorang yang berdiri tepat di sebelah Abang-nya.

"Halo Adek-adek semuanya, perkenalkan nama aku Clara Andita, jabatan aku sebagai Sekretaris Osis." Murid-murid cowok di kelas itu langsung bertepuk tangan setelah Kak Clara memberikan senyuman diakhir perkenalannya. Dan Aliya akui memang Kak Clara cantik.

"Halo adek-adek gemes, perkenalkan nama gue Pratama Aljuan Putra, jabatan gue sebagai Wakil Ketua Osis. Salam kenal semuanya" nah ini nih, tukang gombal memang, kenapa temen-temen ceweknya terpana melihat laki-laki ini, Aliya tidak suka dengan dia, mau itu dirumah maupun di sekolah. Ya betul, Pratama Aljuan Putra adalah abang Aliya yang sangat ia benci itu.

Dan ini yang Aliya suka, dan perhatikan sejak tadi. "Halo semuanya, kenalin nama gue Askara Buana, terserah mau di panggil apa. Jabatan gue Ketua 1 Osis." Seperti Aliya, anak cewek di kelas itu terpana dengan ketampanan Kak Askara itu.
"Sebelum ada yang nanya 'kenapa ketuanya ada dua kak' gue langsung bilang aja ya, karena kalau Bang Victor lagi sibuk gue penggantinya. Dan Bang Victor juga bakal lulus sebentar lagi, jadi ntar gue bakal jadi Ketua Umum Osis nya"

Begitu lah penjelasan yang di berikan Askara, dna berlanjut dengan anggota lainnya perkenalkan diri masing-masing. Setelah selesai, anggota Osis pun keluar kelas dan lanjut ke kelas berikutnya.

Kelas langsung heboh saat mereka keluar, membicarakan siapa yang ganteng dan cantik dari anggota osis di sekolah mereka ini.
"Al, Bang Pratama itu ganteng banget yaa" ujar Shafa membuat Aliya menoleh.

"Hah? Gak salah denger gue nih Shaf?"

"Enggak kok, emang ganteng kali. Emang menurut lo enggak ganteng?"

Aliya menggeleng, "Sama sekali enggak, ganteng dari mana coba curut itu" ujarnya.

Shafa terlihat heran, "Curut? Emang lo kenal sama Bang Pratama?"

Aliya ngelagapan, "Eng enggak sih, gue asal sebut aja hehe. Gantengan Bang Askara gak sih?" Tanya nya mengalihkan. Shafa seperti berfikir untuk menjawab pertanyaan Aliya, " Ganteng juga, sama-sama ganteng lah." Ucap Shafa. Aliya hanya diam, tapi ia mengakui sih Abang nya itu memang ganteng, tapi nyebelin banget.

Suasana kelasnya yang tadi heboh, tiba-tiba diam saat seseorang masuk ke dalam kelas.
'Astaga Bang Askara' batin Aliya.

Askara Buana, masuk ke dalam kelas 10.3 yaitu kelasnya Aliya, ia terpilih menjadi pembimbing di kelas ini bersama temannya yang sedang ke wc katanya mau berak. Kebiasaan kalau pagi-pagi dan hujan pula.

"Halo semuanya, gue dipilih jadi pembimbing kelas ini, sama temen gue. Tapi dia lagi pergi berak" mendengar ucapan Askara semua murid kelas 10.3 tertawa. Dan baru aja di ketawain orangnya dateng, "halo ketemu lagi kita". Ucapnya.

"Al, Bang Pratama juga disini" girang Shafa melihat tukang berak itu.

Aliya hanya tersenyum paksa dan angguk-angguk aja, karena ia sebenarnya muak melihat wajah itu, dirumah udah ketemu. Masa di sekolah juga ketemu dia lagi. Hadeeeh..

Setelahnya mereka melakukan kegiatan ospek di dalam kelas, karena hujan tidak kunjung berhenti. Begitu terus sampai besoknya, karena cuaca masih sama. Jadi kegiatan OSPEK untuk tahun ajaran baru ini ditiadakan karena cuaca yang kurang mendukung, tapi para siswa baru sangat lah senang, 'doa mereka terkabul' begitu kata Bang Victor.

...

Buana & Dua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang