not me

270 36 0
                                    

Aku selalu menatap bangku kosong yang ada di sampingku, sudah seminggu lebih Jeno tidak hadir, aku merasa kehilangan, aku merindukannya. Seandainya waktu itu aku menerima tawarannya untuk mengantarkan-ku pulang, mungkin aku bisa bersamanya lebih lama.

Beberapa hari terakhir aku selalu mencarinya, bahkan aku juga mendatangi rumahnya, tapi faktanya itu bukan rumahnya, ibu kedai itu bukanlah ibunya.
Aku hanya bisa merindu tapa bertemu dengannya. Aku merasa kehilangan untuk kedua kalinya.

"Sea," panggil Mina. Aku yang awalnya menatap bangku Jeno beralih melihat Mina saat dia memanggilku.

"kenapa, Mina?"

"begini, Mark baru saja mengirim pesan, dia bilang ingin bertemu denganmu"

"baiklah, nanti aku kesana."

Aku pergi menghampiri Mark yang sedang menungguku di rooftop sekolah, langkahku terhenti saat melihat Mark yang sedang berdiri di depanku.

"kenapa kamu tidak membalas pesanku?"

"ah, maaf, aku lupa membawa handphone." jawabku.

"aku tau kamu sering mencari si cacat," ucapnya tiba-tiba.

"si cacat, yang benar saja. Namanya Jeno- Lee Jeno. Bukan si cacat"

"Benarkah?" ucap Mark dengan ekspresi mengejek.

Aku tidak tidak tau, tapi aku begitu benci mendengar seseorang berbicara buruk tentang Jeno, itu sangat menggangguku.

"kenapa kamu begitu peduli padanya?" Mark menatapku setelah melontarkan pertanyaan.

"karna dia temanku"

"benarkah? Kamu tau? aku tidak suka melihatmu bersama si cacat itu"

"memangnya kenapa? Aku berhak untuk dekat atau berteman dengan siapapun, dan itu urusanku."

"Sea! Apa kau tidak mengerti? Aku cemburu saat melihatmu bersama si cacat itu, setiap aku bertemu denganmu, kamu selalu bersamanya"

Aku terdiam mendengar pengakuan dari Mark, bahkan aku tidak mengerti bagaimana menjelaskannya, kalo aku tidak mempunyai perasaan padanya.

"jangan hanya diam Sea, apa kamu lupa janji kita dulu?"

Benar aku punya janji bersama Mark.

Waktu itu umurku masih 9 tahun, aku berlari menghampiri Mark yang tengah duduk bersama orang tuanya di perkarangan rumah. Aku ingat, waktu itu aku menangis sambil memeluk Mark, sedangkan orang tuaku dan juga abangku 'Moonbin' mengikuti dari belakang. Aku sangat sedih mengetahui kami sekeluarga akan pindah ke busan, aku tak kuasa menahan tangis, aku tidak ingin berpisah dari Mark.

Mark kecil melepaskan pelukannya, aku hanya bisa menundukkan wajahku, tapi saat itu juga Mark mengusap kepalaku.

"aku nggak mau ikut, aku mau tinggal di rumah paman 'Lee' aja" ucapku pelan. Walaupun pelan mereka semua pasti mendengar apa yang aku katakan.

"Sea harus ikut, nanti kalo Sea tidak ikut, kak Moonbin nggak punya teman." ucap ibuku.

"nanti kalo Sea kangen Mark gimana.?"

"tidak apa-apa, kapan-kapan kita bisa main lagi" ucap Mark.

"janji?" ucapku sambil menunjukkan jari kelingkingku. Mark kecil mengangguk sambil menyatukan jari kelingking kami.

"janji, besok kalo Sea kesini jangan lupa bilang sama aku, ya?" ucap Mark.

"mark juga janji besok kalo Sea udah besar Mark harus beliin Sea bunga tulip yang banyak banget" ucapku sambil melebarkan tanganku.

Cacat (Lee Jeno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang