Cho Kyuhyun's POV
Aku melajukan mobilku dengan tenang menuju apartemen. Setelah resmi bekerja di Cho Corporation, aku memutuskan untuk tinggal di apartemenku sendiri. Dan untungnya, ayah dan ibuku tidak melarangnya. Hari sudah mulai gelap. Aku melirik ke kaca spion—untuk kesekian kalinya—dan merasa aneh saat mendapati mobil hitam itu lagi. Mobil itu sudah mengikutiku sejak aku keluar dari kantor. Baru saja aku berpikiran untuk mengabaikannya, tiba-tiba mobil itu bergerak mendahului hingga berhenti di hadapanku dengan satu injakan rem. Membuatku ikut menginjak rem sedalam-dalamnya. Aku mengernyitkan alis saat kulihat mobil-mobil yang lain berdatangan. Membuatku terjebak dalam lingkaran tiga buah mobil. Dari masing-masing mobil turun beberapa orang berpakaian hitam.
Aku keluar dari mobilku. Menatap mereka dengan pandangan dingin dan tajam. Tidak merasa terintimidasi meskipun jelas merasakan bahaya sedang mendekat.
"Maaf. Siapa pun kalian, aku tidak merasa memiliki urusan apa pun dengan kalian," katalu berusaha menekankan situasi. Faktanya, aku memang tidak mengenal mereka.
"Jangan terlalu percaya diri, Tuan Cho Kyuhyun. Kau memiliki urusan yang jelas dengan kami," jawab seorang pria bertubuh tegap yang mungkin adalah pemimpin komplotan ini.
Merasa tidak membutuhkan penjelasanku, salah satu di antara mereka mendekatiku dengan langkah lebar dan langsung mengarahkan pukulannya padaku. Aku menangkisnya dengan gerakan tepat. Tidak peduli apakah aku memang memiliki urusan dengan mereka atau tidak, yang jelas kali ini aku akan melawan orang-orang tidak tahu aturan ini.
Setelah satu orang itu tumbang, orang-orang itu mulai melawanku satu per satu. Mereka benar-benar berniat menghabisiku. Kurasakan seseorang memukul wajahku, lalu aku membalasnya dengan pukulan keras di perutnya. Dan sebagai penutup, aku membuat tulang hidungnya patah hingga ia tumbang. Pria-pria yang lain maju kembali. Dua orang pria lain memegangi tanganku hingga ruang gerakku menjadi terbatas. Kemudian pria yang lain kembali memukul perutku dengan wajah yang membuatku jijik. Aku terbatuk. Tak butuh waktu lama bagiku untuk menendang pria itu dan memutar tubuhku ke belakang mereka. Menendang kaki mereka dan memukul punggung mereka dengan sikuku. Melancarkan segala perlawanan yang kuarahkan untuk mereka. Sebelum akhirnya kurasakan seseorang memukul belakang tubuhku dengan tongkat kayu. Membuatku refleks terbungkuk.
Aku terdiam sambil berusaha mengatur napas. Beberapa orang itu mulai menyerbuku, membuatku bangkit dan membalas serangan mereka. Menghadiahkan tinjuan-tinjuan keras pada dada dan wajah pria-pria itu, dan mengakhirinya dengan tendangan yang langsung membuatnya rubuh. Membelitkan tangan mereka, menendang tulang kering hingga perutnya dan memukul tengkuk mereka sampai membuat orang-orang itu terduduk di tanah.
Meskipun aku menangkis dan melumpuhkan mereka dengan baik, tapi nyatanya aku tidak terhindar sepenuhnya. Seorang dari mereka berhasil meninju ulu hatiku dengan telak. Membuatku merasakan ngilu yang teramat sangat. Detik berikutnya kurasakan kepalan tangan menumbuk wajahku hingga bisa kurasakan asin darah di bibirku. Saat kulihat sebuah tongkat mengayun ke arahku, aku menghindar dan langsung menendang tangan pria itu. Merebut tongkatnya dan menghadiahkannya pukulan yang menghasilkan bunyi debuman keras. Baku hantam itu terus terjadi hingga akhirnya aku berhasil menghabisi pria terakhir yang kini terburu-buru masuk ke mobil yang kemudian pergi meninggalkan tempat itu.
Aku melemparkan tongkat yang kupegang ke sembarang tempat. Meludahkan darah yang membuatku mengernyit ngeri. Dan jawaban jelas yang kudapatkan selama kejadian ini hanya satu. "Jauhkan dirimu dari Tuan Putri Shin Je Wo!"
***
Aku keluar dari kamar mandi sambil meringis. Sial! Kejadian tadi benar-benar meninggalkan bekas yang tidak sedikit. Memar kebiruan di wajahku masih terlihat. Dan aku juga yakin kalau punggungku kini juga memar. Berusaha mengabaikannya, aku memakai baju kaus putihku lalu berjalan ke luar kamar. Aku membuka lemari di ruang tengah lalu menarik keluar kotak obat. Berniat membukanya, tapi kegiatanku terhenti saat kudengar seseorang memanggilku dari luar. Kulangkahkan kakiku ke arah pintu, bermaksud membukanya. Tapi sebelum mencapainya, pintu itu sudah lebih dulu terbuka. Pemandangan di baliknya membuat mataku melebar.

KAMU SEDANG MEMBACA
This is Love
Fanfiction[BELUM DIREVISI, SELESAI TAHUN 2015] [Pernah diikutsertakan dalam FF Contest di blog Chairun Najmi - Peringkat 2] Cho Kyuhyun tidak menyangka keputusannya untuk kembali ke Seoul akan membuat kehidupannya menjadi segila ini. Ia hanya berencana untuk...