🧡🧡🧡
Hari-hari Rama dan Anggi kini seperti baru kembali. Mereka benar-benar saling menjaga dan mencintai. Rama pun tak lagi sembarangan meminta pada Anggi untuk memenuhi hasratnya. Anggi juga mengimbangi dengan lebih menjaga penampilannya. Ia tak lagi mengumbar aurat.
Sementara itu, Marina dengan kehidupannya bersama Husin dan keluarganya, masih tak jauh berbeda. Selain kedua adik Rama yang sudah semakin besar dan semakin tinggi tingkat pendidikannya, Agam pun mendapatkan jabatan yang lebih baik di kantor.
Kesempatan untuk berolah asmara dengan mertuanya pun, makin mudah didapatkan Marina. Sebab, kedua anaknya, Arumi dan Arfan pulang sekolah lebih sore, dan seringkali beriringan dengan Agam juga.
Tapi, ada satu hal yang tak mendukung kesempatan itu. Seiring berjalannya waktu, Husin pun mengalami penurunan kemampuan tubuh. Usianya yang makin menua, menyebabkan ia tak bisa lagi bergerak selincah dulu. Hingga kesempatan untuk bersetubuh dengan Marina pun sering terbuang percuma.
Seperti saat pagi itu. Marina uring-uringan dengan Husin.
"Papa kenapa lagi sih?,""Aduh sayang, encok papa kayaknya kambuh. Pinggang papa sakit nih,"kata Husin sambil mengelus pinggangnya yang terasa nyeri.
"Nggak jadi lagi deh, ngentotnya,"ujar Marina dengan cemberut.
"Maaf lah sayang. Nanti kalau papa sudah lebih baik, kita main. Sekarang papa mau istirahat dulu,"
Marina hanya diam dengan mulut manyun. Hatinya benar-benar kesal. Sudah hampir dua minggu ia tak mendapat jatah main kuda-kudaan dengan Husin. Karena mertuanya itu sering mengeluhkan sakit yang macam-macam.
Marina akhirnya masuk ke kamarnya. Ia bermain ponsel untuk menghilangkan kekusutan hatinya. Sebuah pesan masuk dari suaminya, menyuruhnya untuk bersiap datang ke kantor nanti malam. Ada undangan pesta dari atasan Agam.
Marina lalu mencari gaun malam yang sekiranya cocok untuk dikenakan. Berpindah-pindah tangan indahnya memilah gaun-gaun miliknya. Beberapa ia hempas ke ranjang, untuk ia pilah lagi.
Setelah mendapat beberapa gaun untuk diambilnya satu nanti, Marina menutup almari pakaiannya. Dia beranjak ke ranjang, memilah kembali empat gaun yang sudah ia sisihkan tadi. Berganti-ganti ia coba gaun-gaun itu di depan kaca.
Akhirnya, pilihannya jatuh pada gaun hitam yang jika dipakai akan menampakkan beberapa bagian tubuhnya.
Malam tiba. Agam menunggu Marina yang masih berdandan di ruang tamu.
Beberapa waktu kemudian, istrinya itu pun keluar. Ketukan sepatu high heels nya memecah kesunyian ruang tamu. Bersamaan itu, keluarlah pula Husin.Ia sempat bersitatap dengan Marina, tapi menantunya itu segera menoleh kembali ke depan. Sampai di samping suaminya, Marina berhenti.
"Ayo mas. Aku sudah siap,"Agam yang baru saja menutup ponselnya, segera menoleh ke arah Marina. Ia lihat dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas, penampilan istrinya malam itu.
"Ini..., nggak salah Na?,"
Marina ikut menatap dirinya sendiri.
"Memang kenapa mas?,""Pakaian ini terlalu terbuka, Na,"
"Aku rasa gaun malam ini pas untuk menghadiri acara pesta bos kamu itu mas,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marina (2)
Short StorySequel lanjutan dari cerita Marina... Masih area dewasa ya...