Hey there!
Welcome back🎉🕸🕸🕸
Pemuda dengan seragam sekolah yang masih melekat ditubuhnya itu memasuki rumahnya, rambut dan seragam pemuda itu benar-benar sangat urakan, membuat seseorang yang tengah duduk sembari menikmati acara televisi, langsung menatap tak suka."Genta, lo tawuran?"
Suara berat khas dari seseorang itu membuat pemuda yang tengah berjalan refleks berhenti, permen karet dimulutnya yang sempat menggembung itu ia letuskan, menatap ke arah sumber suara, lantas ia bertanya, "Kenapa emang?"
"Kenapa lo bilang?" tanyanya tak percaya.
"Ya, kenapa?"
Mendengar balasan dari lawannya membuat dia semakin kesal. Apa-apaan orang dihadapannya ini, dia sangat tidak sopan berbicara dengan seorang yang lebih tua darinya.
"Udah pinter lo segala ikut tawuran?"
Pemuda yang diketahui sebagai adiknya itu mengangkat salah satu sudut bibirnya, alisnya terangkat, lalu tangannya menunjuk kepalanya, "Mau ngaku bodoh, tapi isi kepala gue isinya materi sekolah semua," ia berkata dengan nada mengejek.
Keynan berdecak. Bagaimana bisa dirinya melupakan sebuah fakta bahwa adiknya itu memang sangat pintar, seharusnya dia berkata tentang kekurangannya.
"Udah lah, Kenan, gue capek pen istirahat. Nggak usah ganggu deh," Genta mengibaskan tangannya beberapa kali, lalu ia melanjutkan langkahnya kembali.
Keynan menatap kepergian Genta, mata pemuda 22 tahun itu jelas menyorot tajam. Dia sangat tidak suka dengan seseorang yang berlagak seperti itu kala bersama orang yang lebih tua, bukankah seharusnya anak muda bersikap sopan kepada yang lebih tua? Bagaimana bisa adiknya yang sekurang ajar itu? Apa itu sudah menjadi kebiasaannya?
"Tunggu," seakan tersadar dengan sesuatu, Genta yang sudah berada di atas dengan segera menengok ke bawah, lebih tepatnya ke arah Keynan, "Sejak kapan lo balik? Ngapain lo kesini? Duit lo abis segala balik, huh?"
Keynan bisa melihat wajah adiknya itu marah, namun apa pedulinyapedulinya. Toh, ini rumah orang tuanya juga.
"Bebas gue balik apa gak."
"Gila! Lo kan diusir dari rumah sama Papa karena lo gila, Kenan!"
"Brengsek!" teriakan itu terdengar marah, menggelegar di dalam rumah. Kepalang emosi, dengan gerakan kilat Keynan menyusul adiknya ke atas. Sudah berada di samping kiri adiknya, "Gue gak gila," desis Keynan tepat ditelinga Genta.
"Terus lo ngapain kesini?"
"Oh, gue tau! Pasti Tante Mora juga ngusir lo karena ketahuan lo punya gangguan jiwa, 'kan?" tanpa takut Genta kembali bersuara, bahkan kali ini dia tertawa.
"Jaga mulut lo!" Keynan melayangkan tinjuan tepat dirahang Genta, membuat permen karet yang masih dikunyah langsung terbuang begitu saja. Genta yang tersungkur hanya terkekeh dan mengusap rahangnya, memang sedikit sakit.
Dengan nafas yang memburu, Keynan melangkah untuk melihat keadaan sang adik, tangannya terulur untuk menyentuh Genta. Namun, dengan cepat Keynan urungkan niatnya itu, justru dengan tidak manusiawi ia memberikan pukulan kembali ke wajah adiknya, "Biar muka lo makin cakep, gue tambahin tuh."
Genta tak membalas, dia cukup lelah karena kegiatan tawuran tadi, dan ia tak mau membuang-buang energinya hanya untuk orang gila macam Keynan.
"Ada untungnya juga gue gak tinggal bareng orang tua lo, seengaknya gue gak jadi anak kurang ajar kaya lo, Gen," Keynan bangkit, "Satu lagi, percuma lo pinter, tapi akhlak lo nol besar," pungkasnya lalu berjalan meninggalkan Genta.
Orang tuanya tak pernah ada waktu untuk anak, tak heran jika melihat keduanya yang menjadi seperti ini. Berterimakasihlah kepada Mbak Kiran, karena beliau sudah berusaha keras mengajarkan beberapa pelajaran sekolah kepada anak-anak itu sejak kecil.
Genta berdecih, "Udah gak pinter, gila lagi."
Pemuda itu segera bangkit, mengelap bibirnya yang terasa perih. Genta menyeka sedikit darah yang mengalir dibibir, menepuk seragamnya, seakan terkena debu-debu.
***
ADA YANG BARU WKWKWKWKWKWKKWKW!!!!
Yang lalu? Biarkanlah 😁😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT THEM
Short Story(cerita pengganti dari 𝟏𝟐𝟎 𝐇𝐚𝐫𝐢 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐀𝐛𝐚𝐧𝐠! ) _______ 𝐌𝐚𝐧𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐤𝐮𝐚𝐭, 𝐚𝐩𝐢 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐚𝐢𝐫? 𝐊𝐞𝐝𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐚𝐦𝐚-𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐮𝐚𝐭. 𝐇𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐩𝐢 (𝐤𝐞𝐛𝐚𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧) 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐤𝐞𝐣𝐚𝐦 𝐤...