Dàjiā hǎo. Selamat datang di cerita Askara, utamakan vote kalau mau bacaa!
Untuk para pembaca lama, aku saranin agar baca dari awal supaya nyambung. Karena aku sudah merombak alur cerita Askaravela, jadi pasti beda dengan yang sebelumnya.
Selamat membaca dan semoga suka🩰🩰🩰💗
PROLOG
“Jatuh cinta sama lo, menarik. Ze”
Jika di bumi, ada penduduknya. Maka di jiwa ini ada seseorang yang hanya bisa mencintai, tanpa dicintai. yang saling menaruh harsa saja bisa berakhir lalu setelah itu asing. Apalagi antara aku dan kamu, yang hanya menjalani kisah tanpa rasa. Apakah hanya dengan bersama-sama akan menjamin suatu hubungan berakhir dengan indah?.
Perempuan pemiliki rambut kecoklatan, dan tahi lalat di samping mata sebelah kirinya. Mengamati rupa laki-laki yang kini sedang berhadapan langsung dengan dirinya, perempuan itu memiliki ribuan pertanyaan yang belum tersirat di benaknya. Mungkin, jika dikatakan satu persatu, bisa menghabiskan waktu yang lama.
"Gue, Avela. Benci dijodohin sama lo!." Sosok perempuan itu berteriak sekencang mungkin di telinga Askara.
Perkataan itu justru membuat Askara terkekeh kecil, menampilkan deretan gigi yang tersusun rapi. "Lo bisa benci, dendam, dan nggak suka sama gue. Tapi gue cuma minta tolong sama lo. Izinnin gue untuk mencintai lo sekali lagi, ya, Ze?." mohon Askara pelan.
Tanggan laki-laki itu, meraih jari manis milik Avela. Memasangkan kembali cincin brilian kepada sangat pemilik. "Sekali udah terpasang, nggak bisa dilepaskan begitu aja," ucap Askara
Sorotan mata teduh, dari laki-laki yang biasa membuat onar entah itu di dalam sekolah, maupun luar sekolah. Selalu berhasil mengalihkan perhatian Avela. Dia laki-laki yang rela menurunkan emosi dan egonya di depan perempuan penyuka hujan ini. Dia Avela, sosok yang selama bertahun-tahun menerangi kehidupan Askara, walau. Jarak antara mereka begitu jauh.
"Jangan jadi bego, dan rela nurunin harga diri lo. Hanya demi sebuah ketidak pastian, Ra." Avela mencoba untuk membuat Askara tidak berharap lebih pada dirinya. Ia merasa tidak pantas untuk mendapatkan ketulusan dari siapapun.
"Avela, gue senang menunggu ketidak pastian dari lo. Gue bisa menjadi bego karena mencintai lo, dan juga. Gue rela nurunin harga diri, hanya untuk lo. Sekalipun tidak ada balasan, gue senang karena pernah menjadi bagian dari kisah lo." tutur Askara dengan lembut, membiarkan Avela merasakan ketulusan di setiap kalimat yang ia ucapkan barusan.
"Jika dikatakan, bisa dipastikan lo bakal benci, sebenci-bencinya sama gue, Ra. Jadi, mending akhir hubungan antara lo dan gue," saran Avela yang tentu saja ditolak keras oleh Askara. Bukan bermaksud memaksa Avela agar trus bersamanya, namun ada janji yang tidak bisa diingkari.
"Maka jangan dikatakan, kadang ada hal yang nggak perlu dijelaskan, Ze. Kalau berbicara tentang mending, mending kita balapan, gimana?," ajak Askara, laki-laki itu mengalihkan topik pembahasan, karena tidak ingin berdebat dengan Avela.
Avela tersenyum tipis menanggapi tawaran Askara, "Yaudah, ayok!." seru Avela
"Bisa liat lo senyum, aja gue udah bahagia, Ze. Apalagi bisa buat lo jatuh cinta." Gumam Askara dalam hati
Untuk Prolog nya segitu aja, terimakasih sudah mau sekedar mampir untuk membaca cerita ini. Semoga betah-betah sampai ending
Ayok bergabung, bersama kisah mereka!
Jangan meles-meles buat vote yaa!🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
ASKARAVELA
Teen FictionKata menunggu memang sangat membosankan untuk didengar atau dilakukan. Namun, kalau itu tentang Kamu, aku tidak punya alasan untuk mengatakan tidak. Karena semua tentang kamu begitu indah. *** Askara Radja Bragarapi. Laki-laki bermata elang yang mem...