BAB 22 ( BABY PANDA )

24 5 0
                                    

" Baby panda gue bisa imut juga ternyata. "

* Dava *

" Cilla, Cilla bangun! Cilla! "

Cilla mengerjapkan beberapa kali untuk membantunya sadar dan agar penglihatan tidak memburam. Matanya yang terbuka lebar itu terus mengarah ke seluruh sisi ruangan dan berakhir melihat Ilona dan Zoya duduk di sampingnya.

" Gue di mana? "
" Lo di UKS. Udah baikan? "

Cilla bangkit dari tidurnya dan dibantu oleh Ilona. Kepalanya seketika berdenyut sakit.

" Gue mau pulang. "
" Lo masih sakit, Cil. Setidaknya istirahat dulu. " Zoya memperingati Cilla.

Cilla menatap kedua tangannya itu dengan tatapan sinis. Ilona dan Zoya langsung terdiam dan hanya melihat kepergian Cilla dibalik pintu UKS.

" Cilla kenapa? " Zoya menunjukkan ekspresi khawatir.
" Sok banget lama-lama. "

Dengan kesal Ilona mengambil tas yang ia letakkan di kursi lalu keluar dari UKS seperti Cilla. Zoya terdiam. Ada yang aneh hari ini. Dia merasa semua ini ada kaitannya dengan Arka yang membuat Cilla berubah.

*💧*

Jam makan siang sudah berlalu. Biasanya setelah makan siang orang-orang akan tidur siang atau melakukan hal lain. Berbeda dengan Zeeva yang masih sibuk dengan buku-buku dan laptop di meja belajar.

Jari-jemari Zeeva yang lentik tak henti-hentinya menari di atas keyboard untuk membuat beberapa tugas yang disuruh oleh dosennya. Karena terlalu fokus, Zeeva tidak menyadari jika Dava sudah masuk ke kamarnya.

Dava meletakkan secangkir air putih di samping piring buah tepatnya di sudut meja belajar gadis itu. Zeeva tersontak kaget. Ia spontan menatap Dava yang sudah berdiri di sebelahnya dengan kedua tangan yang lagi bersidekap dada.

" Fokus banget," Dava melirik ke atas tugas-tugas Zeeva.
" Kok, kakak masuk nggak ketuk pintu? Gak bagus tau masuk ke kamar cewek kayak gitu. Kalau waktu kakak masuk Zeeva lagi ganti baju gimana? "
" Iya,gue salah. Lagipun udah sejam gue gedor gak ada yang bukain. Karena khawatir, ya gue masuk terus. " Dava menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
" Yaudah, jangan diulangin lagi. Eh, tumben bawain air. Kesambet apa? " Zeeva meneguk air itu sampai habis.
" Kesambet apa,ya? Kesambet bidadari Zeeva mungkin. "

Rasanya tubuh Zeeva sudah panas dan berasap mendengar godaan Dava setiap hari. Ingin rasanya Zeeva membungkam mulut itu agar Dava tidak bisa berbicara sepatah katapun.

" Kan, bidadari gue itu Ze--hmpp!! "
" Berisik! "

Dava yang belum sempat menyelesaikan kata-katanya malah duluan disumpal buah apel kedalam mulutnya sehingga membuatnya terdiam. Dava mendengus kesal lalu mengambil obat-obatan dalam laci meja dan meletakkannya kesamping Zeeva.

" Minum, "
" Zeeva gak punya waktu minum obat. Sibuk banget soalnya. "
" Gak usah keras kepala. Mi-num! "

Dava sengaja memberi penekanan di setiap katanya. Melihat itu Zeeva buru-buru menurut dan meminum semua obat itu tanpa menatap Dava sedikitpun.

" Udah. "
" Pinter, " Dava menepuk pelan kepala Zeeva. " Zeeva! "
" Apa? "
" Sore keluar,yuk? Gue pengen hirup udara sambil minum Cappuccino susu. Mau? "
Zeeva kembali menatap Dava dengan heran. " Kakak ngidam? Tuh, perut gak ada isinya,kan? "

Secret 8,3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang