001

737 99 12
                                    

Di Senin yang menyebalkan, terlihat sepasang kekasih sedang asik suap-suapan. Mereka duduk di pojok kantin, mereka melakukan adegan mesra tanpa malu dilihat orang-orang.

"Asik banget yang udah punya pasangan," gumam seorang pemuda yang baru saja kembali dari toilet.

"Ya, mangkanya jangan jomblo!" Ejek pemuda yang sedang menyuapi kekasihnya.

Yang diejek hanya berdecak kesal, kemudian duduk di hadapan keduanya, "Jika saja Jisung menolakmu, maka kau juga akan menjadi jomblo yang menyedihkan, Jaemin!"

Mendengar ucapan kesal dari temannya, Jaemin dan Jisung tertawa lepas.

"Maaf, Jeno jika kami membuatmu iri," ucap Jisung dengan senyuman manisnya.

"Tidak! Kalian tidak membuatku iri sama sekali!" Bantah Jeno.

Jaemin dan Jisung saling menatap lalu kembali sibuk pada dunia mereka sendiri, hal itu membuat Jeno lagi-lagi mendengus.

"Kalian begitu lengket seperti perangko, aku curiga kalian sudah melakukan hal yang lebih daripada ini!" Ucap Jeno, dirinya menelisik Jisung dan Jaemin disaat yang bersamaan.

Jaemin yang mendengar itu menyeringai, "Menurut mu kami sudah melakukan apa?"

Jeno menatap Jaemin dengan tatapan tidak percaya, bisa-bisanya pemuda itu menantang dirinya untuk menebak perbuatan apa yang sudah mereka lakukan.

"Jisung! Kau dipanggil guru Kim!" Seru seorang gadis yang datang menuju meja Jisung.

Setelah mengucapkan hal itu gadis belia itu langsung pergi dari sana, dia tidak ingin melihat romansa picisan khas anak SMA.

"Jaemin, aku pergi dulu ya!" Jisung berpamitan, dia mengecup pipi Jaemin.

Jisung sudah pergi, kini Jaemin dan Jeno saling menatap dengan tajam.

"Melihat dirinya yang sudah berani mengecup pipimu di depan umum, aku rasa kalian sudah bermain cukup jauh," ucap Jeno.

"Bermain apa?" Tanya Jaemin berpura-pura tidak mengerti dengan ucapan yang dilontarkan oleh Jeno.

"Aku tau kau tidak bodoh, Na! Ku tebak kau sudah melakukan sex dengannya kan?"

Mendengar tebakan Jeno, Jaemin berhasil dibuat tertawa. "Kau benar, kami sudah berulang kali melakukan sex, memangnya kenapa?"

Jeno benar-benar berdecak kesal, "Kau dan Jisung masihlah remaja, kalian benar-benar mengambil keputusan yang sangat besar!"

Menurut Jeno, Jaemin dan Jisung benar-benar berani dalam mengambil keputusan dan terkesan ceroboh, bagaimana jika Jisung hamil karena kelakuan mereka? Ayolah, baik Jaemin maupun Jisung masihlah sangat muda, jiwa remaja masih terlalu labil mereka belum siap menjadi orang tua, selain itu pastinya cacian dan makian orang-orang kepada mereka jika hal yang ditakutkan oleh Jeno terjadi.

Jaemin hanya tertawa mendengar ucapan Jeno, "Kau tidak perlu khawatir karena selama ini aku menggunakan pengaman jadi hal-hal yang kau bayangkan tidak akan terjadi."

"Terserah kau, tapi aku harap jika terjadi kejadian seperti itu kau harus bertanggung jawab." Peringat Jeno, dia tidak ingin temannya menjadi seorang pengecut.

Jaemin mengangguk, menepuk bahu Jeno guna meyakinkan sahabatnya jika dia bukanlah seorang pengecut, "Aku akan bertanggung jawab, berani bertindak maka berani bertanggung jawab akan akibatnya!"

"Lalu bagaimana dengan kedua orang tuamu? Bukankah mereka masih tidak merestui hubunganmu dengan Jisung?" Tanya Jeno.

Jaemin menggeleng, orang tuanya masih terus menentang hubungan mereka karena menurut keduanya Jisung adalah pemuda yang tidak memiliki masa depan belum lagi kehidupan Jisung dan Jaemin bagaikan langit dan bumi. Kedua orangtua Jaemin berpikir bahwa Jisung mendekati Jaemin karena Jisung menginginkan harta Jaemin, apalagi Jisung adalah orang miskin.

"Kau tau perbuatanmu ini mungkin saja akan membuat Jisung semakin sulit mendapatkan restu kedua orang tuamu!"

"Entahlah, jika mereka masih tidak merestui hubungan kami. Maka aku akan melakukan kawin lari saja," canda Jaemin.

"Memangnya kau bisa meninggalkan kehidupan mu yang sangat nyaman itu? Kau kan dibesarkan sebagai seorang pangeran!"

"Aku belum berpikir sampai sejauh itu, tapi jika seandainya aku harus memilih antara Jisung ataupun kedua orang tuaku, maka aku akan memilih hal yang membuatku bahagia,"

"Apakah kau akan meninggalkan aku?" Tanya Jisung, dia mendengar segala pembicaraan yang dilakukan oleh Jaemin dan Jeno.

Jaemin menggeleng, "Kebahagiaan ku adalah kamu, mana mungkin aku meninggalkan dirimu!"

•••

Jaemin menatap kedua orang tuanya yang memarahi dirinya karena kedapatan masih berhubungan dengan Jisung.

"Sudah berapa kali ayah katakan bahwa tinggalkan pemuda itu! Asal-usulnya saja tidak jelas! Dia hanya akan merusak nama baik kita!" Marah ayahnya. 

"Iya! Carilah yang setara dengan kita, kau ini berasal dari keluarga kaya raya, yang cocok denganmu adalah orang kaya juga bukannya orang miskin seperti pacarmu itu!" Peringat ibunya.

Jaemin mendecih, "Sudah aku katakan berapa kali, Ayah! Ibu! Aku tidak menginginkan orang lain lalu berhenti mengatur-atur hidupku seakan-akan kalian peduli kepada ku! Bagaimanapun yang aku inginkan hanyalah Jisung bukan yang lain!"

Setelah berkata seperti itu Jaemin bangkit dari duduknya, dia membanting pintu dan mulai mengendarai mobilnya menuju kemana saja.

Jaemin mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia sesekali mendecih. Ayah dan ibunya adalah orang yang terlalu suka mengatur padahal mereka saja sibuk pada pekerjaannya tanpa peduli padanya. Mereka hanya tau bagaimana caranya menuntut tanpa tahu cara mengapresiasi dirinya.

Namun, semuanya berbeda ketika dia bersama Jisung. Pemuda itu selalu menghargai dirinya bahkan hal kecil yang dilakukan oleh Jaemin mampu membuat Jisung memuji dirinya. Oleh karena itu Jaemin merasa nyaman bersama Jisung, semua yang tidak dia dapatkan didapatkannya dari Jisung.

Karena pemikiran yang kacau tanpa sadar Jaemin mengarahkan mobilnya menuju bar. Sepertinya dengan minum akan membantu Jaemin melepaskan segala ketegangan yang bersarang di kepalanya.

°°°

Our Mistake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang