005

169 48 20
                                    

Jaemin benar-benar membawa Jisung ke hadapan kedua orang tuanya, dia membawa Jisung saat jamuan makan malam. Jaemin menggenggam tangan Jisung dengan erat saat melihat kekasihnya hanya berjalan dengan wajah yang tertunduk, pikiran-pikiran buruk menguasai Jisung, Jaemin hanya bisa  menenangkan dengan mengelus tangan Jisung.

"Kenapa kamu bawa orang kampung ke sini?" Tanya ibu Jaemin, nafsu makannya jadi hilang karena melihat Jisung yang kampungan.

"Ayah! Ibu!" Ucap Jaemin kesal, kenapa kedua orang tuanya selalu melihat orang berdasarkan harta?

"Ck, jadi kenapa kamu membawa dia ke sini? Dia butuh sumbangan?" Tanya ayah Jaemin dengan pandangan merendahkan Jisung.

Menurut kedua orang tua Jaemin, Jisung itu hanya menginginkan harta Jaemin. Jisung adalah benalu yang menempel sangat lengket di anak mereka.

"Ayah, Ibu. Jaemin ingin mengakui sesuatu," ucap Jaemin dengan sedikit gemetar, dia memejamkan matanya guna memantapkan hati agar bisa mengatakan hal yang sebenar-benarnya.

"Apa?" Tanya Ibu Jaemin.

"Jaemin menghamili Jisung," ucap Jaemin, dia merasakan Jisung meremas tangannya dengan keras.

"CK, Jalang!" Ibu Jaemin bangkit dari duduknya, dia menarik tangan Jisung.

"Aku sudah menduga kau akan melakukan hal ini! Kau sengaja kan menjebak putraku agar dia tidak lepas dari dirimu kan? Aku sudah tahu sifat jalangmu itu! Dasar murahan dan tidak tahu malu!" Hina ibu Jaemin, dia menarik tangan Jisung dengan paksa.

"Ibu! Lepaskan Jisung! Lagipula bagaimana bisa ibu menghina Jisung? Yang berbuat salah adalah aku! Akulah yang menghamilinya, jadi jika kau ingin memaki orang maka yang pantas dimaki adalah aku, putramu sendiri!"

Jaemin memeluk Jisung, dia menahan tubuh Jisung yang ditarik-tarik ibunya dengan kasar, Jaemin merasakan bahwa tubuh Jisung bergetar, dia tahu bahwa kekasihnya ini sedang menangis karena mendengar hinaan yang keluar dari mulut ibunya.

"Jaemin! Bisa-bisanya kau membentak ibumu sendiri demi jalang murahan ini? Kau benar-benar kelewatan batas!" Bentak ayah Jaemin, sungguh Jisung membawa pengaruh buruk untuk putranya.

"Ayah juga sama! Bagaimana bisa mulut orang-orang terpelajar seperti kalian mencaci maki seorang remaja? Apakah kalian tidak punya hati?" Tanya Jaemin dengan suara yang keras, dia tidak pernah menyangka bahwa kedua orang tuanya akan menghardik Jisung dengan sangat keras.

"Jaemin kamu harusnya sadar, dia itu hanya memanfaatkan dirimu, dia menjebak mu agar tidak keluar dari hidupnya, dia hanya seorang pelacur murahan yang menginginkan uangmu!" Jerit ibunya, dia benar-benar tidak menyukai Jisung hingga tidak bisa berpikir jernih.

"Apa yang dikatakan ibumu benar, Jaemin! Lagipula siapa yang bisa menjamin jika itu adalah bayimu? Dia kan pelacur bisa saja itu anak haram dari lelaki lain!" Tambah sang ayah.

Jaemin naik pitam saat mendengar ucapan ayahnya, dia langsung menonjok ayahnya sendiri hal itu membuat ibunya menjerit histeris.

Bugh!

"Bagaimana bisa ayah mengatakan hal seperti itu kepada calon cucu ayah sendiri?" Marah Jaemin, dia benar-benar memukul ayahnya tanpa ampun.

"Jaemin! Berhenti! Jaemin, dia ayahmu!"

Ibu Jaemin berusaha untuk melerai keduanya tetapi sia-sia saja, ibu Jaemin kini beralih melihat ke Jisung yang sedang menangis.

Plak!

"Puas kamu? Puas? Telah membuat anak dan suamiku berkelahi? Dasar jalang sialan! Pergi dari sini! Pergi bersama anak harammu itu!"

Ibunya Jaemin menampar Jisung, memaki Jisung. Melampiaskan segala amarahnya kepada Jisung, Jaemin mendengar makian itu langsung beralih menuju Jisung.

"Ibu! Apa yang kau lakukan?" Marah Jaemin.

"Karena dia, kau jadi seperti ini! Gara-gara jalang sialan ini..."

"Jalang! Jalang! Kalian benar-benar memalukan, Jisung! Ayo kita pergi, aku sudah tidak tahan mendengar hinaan untukmu!" Jaemin membawa Jisung pergi, ini semua salahnya.

"Jaemin! Kau lebih memilih jalang itu daripada orang tuamu?" Teriak ibu Jaemin.

"Iya! Aku lebih memilih Jisung!"

"Jaemin, jika kau benar-benar pergi dari sini maka aku akan menganggap mu sudah mati! Kamu tidak akan mendapatkan harta warisan dari kami!" Teriak ayahnya.

"Baiklah, jika itu keinginan kalian! Anggap saja anak kalian sudah mati!" Jaemin kini membawa Jisung pergi ke mobilnya.

Mobil ini adalah harta Jaemin satu-satunya, mobil hadiah dari sang kakek yang kini tinggal di desa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Mistake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang