5

716 65 2
                                    

Waktu sudah memasuki jam makan malam. Kini Jennie bersama Jisoo tengah menyantap hidangan dihadapan mereka dengan tenang

"Perut mereka belum terisi daritadi, kenapa tidak diajak makan bersama sekalian?" Jisoo menatap Jennie yang berada di hadapannya

"Hanya karena tidak makan malam tidak akan membuat mereka mati" Jawab Jennie terlampau santai

"Mama tidak mengajarkanmu seperti itu. Berikan makanan ini pada mereka" Jisoo menyerahkan nampan yang sudah terdapat dua piring berisi menu makan malam hari ini pada Jennie

"Biarkan saja, jika lapar juga akan keluar" Ucapnya terus melahap makanan yang masih tersisa di piringnya

"Kamu melarang mereka untuk keluar jika lupa, berikan sekarang atau mama saja yang berikan"

"Ck, menyusahkan" Jennie mengambil nampan tersebut dan membawanya menuju lantai atas

Jennie membuka pintunya, namun dia tidak mendengarkan adanya suara tangis seperti terakhir kali dirinya meninggalkan mereka di dalam. Kamar juga dalam keadaan gelap karena lampu yang tidak dinyalakan.

Jennie melangkah masuk dan mencari saklar lampu untuk dinyalakan. Pandangan pertama yang dia lihat adalah dua anak di dalam sana yang tengah tergeletak di lantai tak sadarkan diri di sudut ruangan

Jennie meletakkan nampan yang semula berada ditangannya ke atas meja yang tersedia di samping tempat tidur. Kemudian dia menghampiri dua anak tersebut

"Lemah" Setelah mengucapkan kata tersebut, Jennie kembali melangkah ke luar kamar

"Pak Ahan, pindahkan mereka ke atas ranjang" Jennie memanggil satpam di rumahnya

"Baik non" Pak Ahan memindahkan Minji dan Ahyeon secara perlahan

"Maaf non, badannya panas" Pak Ahan bisa merasakan betapa tingginya suhu badan kedua anak itu, wajah mereka juga terlihat pucat dengan kedua mata yang bengkak

"Pak Ahan bisa kembali ke depan" Jennie tidak menghiraukan ucapan pak Ahan barusan

"Ada apa pak?" Jisoo mencegah pak Ahan yang melewati meja makan

"Kedua anak di dalam badannya panas, saya disuruh nona Jennie untuk memindahkan mereka ke atas ranjang karena mereka pingsan di lantai, nyonya"

"Terimakasih pak, pak Ahan bisa kembali bekerja"

Jisoo dengan tergesa menyusul Jennie yang masih berada di lantai atas

"Gimana keadaan mereka Jen?"

"Hanya demam, tidak perlu khawatir seperti itu"

"Panggilkan dokter, biar mama yang menjaga mereka" Jisoo merasa kesal dengan putrinya. Bagaimana bisa dia membiarkan anak sekecil mereka demam tanpa ada penanganan?

"Panggilkan bibi Lee, suruh ke sini membawa air hangat dan dua kain bersih"

***

Jennie yang tengah bersantai kembali dibuat berdecak saat Jisoo mendatanginya dengan membawa nampan berisi dua mangkuk dan dua gelas air putih

"Suapi mereka bubur setelahnya berikan obatnya"

"Mama tidak melihat aku sedang sibuk?"

"Sibuk apa? Subuk nonton drakor maksudmu? Tidak usah banyak alasan, berikan ini pada mereka. Kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu yang membuat mereka jadi seperti ini"

"Mama saja kan bisa"

"Jika begini caranya, biarkan saja pria itu membawa mereka. Mereka akan mendapatkan kasih sayang yang mereka butuhkan"

"Ck, berikan nampannya. Aku tidak akan pernah membiarkan pria itu membawa mereka" Jennie berjalan ke arah kamar yang kini telah terisi dua anak perempuan di dalamnya

"Cepat makan" Jennie menyondorkan sesendok bubur ke arah mereka secara bergantian

Dua anak itu memperhatikan Jennie dengan kedua sudut bibir yang tertarik ke atas membentuk sebuah senyum manis

"Telan buburnya bukan malah senyum senyum seperti itu" Jennie kembali menyuapkan sesendok demi sesendok bubur kepada mereka

"Tante tau? Buburnya terasa enek saat tante yang menyuapi" Ahyeon kembali tersenyum

"Pantas saja anak anak panti suka jika tante yang menyuapi, ternyata rasanya seenak ini"

"Tante kenapa jika dengan anak panti yang lain sangat baik? Sedangkan dengan kita menatap saja tidak mau?"

"Tapi aku merasa senang bisa merasakan genggaman tangan tante. Kak Chae bilang suatu saat nanti kita bakalan dibawa sama tante dan sekarang ucapan kak Chae terbukti" Minji merasa senang dengan fakta bahwa dia dan Ahyeon dibawa oleh Jennie

Jennie terdiam, bagaimana bisa mereka merasa senang saat dirinya genggam dengan sangat kasar kemarin? Mereka tidak marah dengannya karena perlakuan kasarnya?

"Apa Minji dan Yeonie bisa memeluk tante?" Lagi lagi Jennie dibuat diam, lihatlah bagaimana binar mata bening itu memancarkan kilatan kebahagiaan di dalamnya

"Jangan banyak omong, habisin buburnya dan minum obatnya. Supaya tidak terus merepotkan ku" Akhirnya hanya kalimat ini yang keluar dari mulut Jennie

***

Hari demi hari telah berlalu, jam yang terus berganti menandakan waktu terus berjalan. Waktu berlalu begitu cepat hingga tak terasa sudah satu minggu lamanya dua anak itu tinggal bersama Jennie. Menghabiskan waktu dengan berdiam diri di dalam kamar tanpa melakukan apapun selain tidur dan makan jika sudah tiba waktunya.

Di lain tempat, sepasang suami istri baru saja sampai di depan sebuah rumah yang tampilannya tak berbeda jauh dari rumah orang tua Jennie. Rumah dengan gaya modern yang di dalamnya memperlihatkan setiap interior dan furnitur yang megah dan tentunya nyaman untuk ditempati

"Berani-beraninya kamu membawa wanita ini ke rumah mama?" Wanita paruh baya menatap tak suka pada wanita yang berdiri di samping putra sulungnya

"Dia itu istri Tae ma, menantu mama. Wajar jika dia ke sini bersama Tae"

"Mama tidak pernah punya menantu seperti dia. Jangan harap setelah kalian lama menikah, mama akan menerima dia. Itu tidak akan pernah terjadi" Irene selaku ibu dari Taehyung pergi dari hadapan mereka dengan memperlihatkan raut wajah tak bersahabat

"Kita memang salah Tae, tidak seharusnya dulu kita menikah tanpa restu dari keluarga kamu. Mungkin karena itu sampai sekarang kita belum juga mendapatkan keturunan" Joy menunduk menampilkan wajah sedihnya

"Sttt... Jangan ngomong gitu, selagi ada kamu di sampingku itu sudah lebih dari cukup" Taehyung merangkul bahu istrinya dengan sesekali memberikan usapan lembut di sana

"Kita pulang?" Tanya Taehyung

"Kita baru aja sampai masa mau pulang gitu aja?" Joy menatap manik kembar sang suami

Taehyung balik menatap Joy dengan tatapan dalam yang mengisyaratkan betapa dalamnya dia mencintai wanita dihadapannya sekarang ini

"Kenapa natap aku begitu? Aku gak papa ishh"

"Jangan dengerin perkataan mama, oke?" Usapan lembut pada surai hitam panjangnya kembali Joy dapatkan

Joy mengangguk dan menatap Taehyung dengan senyumannya seolah memberi tahu pada sang suami jika dia baik-baik saja.

Tak berselang lama suara langkah kaki menuruni tangga terdengar nyaring di telinga. Terlihat Irene yang berjalan dari lantai atas menuruni tangga dengan pakaian yang sudah rapi

"Mama pergi arisan bersama teman mama. Jika mama pulang nanti, pastikan wanita ini sudah tidak ada di sini lagi" Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Irene melanjutkan langkahnya menuju pintu utama menuju mobil yang sudah disiapkan di depan sana.

Sorry [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang