Dan entah mulai dari mana, semua perasaan ini. Perasaan yang selalu membuat ku merasa harus selalu ada untuk mengobati semua luka yang ada. Luka batin yang menggores hati, yang meninggalkan luka yang mendalam.
Anak rambut ku tersingkap angin, sayup sayup terdengar suara tarian dari pohon yang seolah olah ikut menari membuat perasaan ku menjadi sedikit de javu. Dan suara bising dari kendaraan yang berlalu-lalang seketika membuat ku tenang dan resah.
Disini tubuhku terdiam memikirkan semua yang tak bisa aku ucapkan, ada banyak kalimat yang tak pernah aku ungkapkan atau lebih tepatnya belum mau mencoba mengatakan keinginanku.
Entah kali ke berapa aku melarikan diri dari dunia ini bagai pencuri yang ketakutan karena ketahuan oleh warga.
Takdir ada ditangan mu sendiri. Kalimat tersebut terus berputar-putar bak suara kaset yang disetel berulang kali.
Sore ini ketika semburat berwarna kejinggaan yang nampak indah serta burung burung berterbangan seolah ikut merayakan datangnya sang rembulan. Ada setitik perasaan damai, untuk sementara.
Bunyi dering handphone mengalur dengan berisik, melihat sekilas ah ternyata nomor asing, dirinya kembali acuh tak acuh barangkali itu nomer asing yang sedang iseng sembari kembali hanyut dengan pikirannya. Belum ada semenit kemudian, dirinya kembali menerima panggilan suara, sebenarnya enggan menerima panggilan yang masuk. Karena sudah tak tahan lagi, kemudian diangkatnya handphone yang sedari tadi tergeletak di bangku kursi taman. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari nomer tersebut.
"H-halo?" Sapanya dengan se ramah tamah nya.
"Oh God, kamu dari mana aja sih? Aku telfon ga diangkat angkat. Sharelok cepet! Kamu ini kebiasaan banget hp mode dnd. Kamu baik baik aja kan?" Serobot nya dengan suara panik dan sedikit lega?
"Uh, siapa ya?" Tanya ku bingung sembari memiringkan kepala, kebiasaannya ketika bingung. Suaranya sangat amat asing, dan oh perasaan apa ini? Perasaan hangat ketika mendengar rentetan cerewet suara pria asing yang menguar dari handphone nya.
"Lah? Ini siapa?" Tanya dia balik dengan keadaan yang sebenarnya sangat amat canggung.
"Saya Keithari, maaf kamu siapa ya?" Tanya ku lagi.
Hening melanda keduanya. Diseberang sana, pria tersebut merutuki perbuatan yang dia lakukan. Ya apa boleh buat, kepalang panik jadi dia sampai salah nomer.
"Ekhem, saya Jazel maaf ya Keith sepertinya saya salah nomer." Jawabnya dengan nada yang canggung. Sayup sayup dirinya mendengar suara ringisan.
"Saya kira ini nomor pacar saya, ternyata malah nomor kamu. Sekali lagi saya minta maaf karena telah mengganggu waktu kamu." Sambungnya lagi.
"Oh iya gapapa mas Jazel. Kalo gitu saya tutup ya." Kata ku, malas untuk basa basi lagi.
Belum sempat mendengar balasan dari pria asing tersebut, dirinya buru buru mematikan panggilan tersebut. Kembali meletakkan handphone, kepalanya mengadah menghadap langit. Masih sama, perasaan hampa kembali menghampirinya.
Bangkit dari acara nya, untuk pulang ke kost-an yang sudah ia tinggali dari awal masuk kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
my liberation notes
Short Storydan entah sejak kapan dirinya terjebak dengan perasaan yang asing juga menghangatkan suasana hatinya