"Oke fine, gue kasih lo satu kesempatan lagi. Dan hal yang harus lo ingat adalah, gak bakal ada lagi kesempatan ketiga atau keempat buat seorang pembohong kaya lo!" ucap Lia disertai penekanan pada setiap kalimatnya. Ia benar-benar muak saat ini.
"C...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Maaf jika nanti terdapat typo, penulis hanyalah manusia biasa yang gak luput dari kesalahan :D
••••
Sekarang ini, Lia dan Jessi sedang berada di kantin bersama dengan kedua wajah baru yang hari ini Lia kenal. Mereka adalah Reanita Anggraeni dan Kania Putri Hermawan atau yang lebih akrab disapa Rea dan Kania. Mulai saat ini, mereka bertiga akan menjadi teman-teman baru Lia di sekolah ini.
Lia merasa sangat beruntung karena di hari pertamanya pindah saja, ia sudah mempunyai beberapa teman yang menyambutnya dengan baik. Ia merasa kepindahannya kali ini tidak lah buruk karena kehadiran mereka. Benar kata orang, Bandung dan seisinya memang indah, rasanya Lia akan betah untuk menetap lebih lama di Kota ini.
"Li, lo mau pesen apaan?" tanya Rea.
"Gue samain aja sama lo semua."
Rea pun mengangguk paham dan mulai beranjak dari tempat mereka untuk menuju stand makanan yang berada di kantin.
Tak lama kemudian, seisi kantin mendadak heboh dikarenakan kehadiran sekumpulan pemuda yang cukup terkenal di sekolah mereka. Mereka adalah fouracha, empat orang yang berada di circle tersebut sudah tak diragukan lagi ketampanannya, itu lah mengapa alasan seisi kantin berteriak heboh ketika para pemuda tersebut menginjakkan kakinya di kantin.
Mari berkenalan dengan anggota fouracha, yang pertama ada Mavelino Adicakra, si tampan dan ketua ekstrakurikuler dance yang paling banyak disukai oleh siswi perempuan di sekolah mereka, kedua ada Devon Cakra Anuuraga, jagonya dalam bidang seni dan mempunyai wajah bak dewa yunani, ia sering disebut-sebut sebagai saingan Lino dalam hal ketampanan, yang ketiga ada Hanafi Narendra, sang pelawak sekaligus kapten tim futsal SMA mereka, dan yang terakhir ada Mahesa Jodhipati, si paling kalem dan cerdas, berkali-kali mengikuti oliampiade dan berhasil mendapatkan beberapa medali hasil kejuaraan olimpiadenya. Fouracha tidak hanya terkenal oleh ketampanannya saja tetapi bakat dari keempat pemuda tersebut menambah poin plus di mata para siswa-siswi maupun guru-guru di SMA Negeri 25 Bandung.
"Mereka siapa?" tanya Lia kepada Jessi dan Kania, kalau Lino dan Devon dia sudah tahu tetapi untuk dua pemuda yang lain, Lia sama sekali tidak mengenalnya.
"Fouracha, keempat cowok yang lo liat tadi tuh udah kaya F4 nya SMA kita, yang mukanya ganteng terus rambutnya agak gondrong itu namanya Devon, yang mukanya mirip tupai terus lagi cengengesan namanya Hanafi atau Han, nah yang mukanya adem kaya ubin masjid namanya Mahesa atau Esa, kalau Lino pasti lo udah kenal kan?" jelas Jessi panjang lebar, Lia pun mengangguk mengiyakan pertanyaan terakhir Jessi.
"Kalo menurut lo, yang paling ganteng di antara mereka semua siapa Li?" tanya Kania.
"Devon mungkin?" jawab Lia ragu.
Jessi pun menanggapi dengan anggukan setuju, "Iya sih, saking gantengnya si Rea aja sampe demen sama dia."
Lia dan Kania pun hanya terkekeh pelan sampai Rea datang dengan membawa nampan yang berisi makanan pesanan mereka, Rea meletakkan nampan tersebut di meja mereka dan langsung mengambil tempat duduk di sebelah Jessi.