Perempuan itu cukup lama mencerna hal yang baru saja terjadi. Sampai dengan beberapa detik yang lalu, ia percaya bahwa ia adalah seorang perempuan yang memiliki nama biasa saja, penampilan biasa saja, juga kehidupan biasa pula.
Memang tidak semua kejadian di hidup YN layaknya kisah fiksi di novel. Ia bahagia di beberapa aspek, namun juga tidak bahagia di beberapa aspek lain.
Perempuan 20 tahun itu lahir di keluarga yang biasa saja. Ayahnya pekerja kantoran dengan gaji standar, ibunya tidak bekerja dan sekedar di rumah, juga memiliki adik perempuan yang sempurna di segala aspek. Segalanya mulai terasa ganjil saat ayahnya kena PHK dan badai kesulitan ekonomi menghantam mereka di usia sang gadis yang menginjak 18 tahun.
Sang ayah mulai sering marah tanpa sebab. Orang pertama yang menjadi sasaran amarah itu adalah putri sulungnya yang tak tahu diri bisa-bisanya gagal masuk perguruan tinggi.
"Coba lihat adikmu, menang olimpiade tingkat nasional. Sudah pasti bisa masuk perguruan tinggi terbaik dengan beasiswa. Seharusnya kau sedikit lebih berguna. Minimal jangan jadi beban lah. Jangan kebanyakan makan dan tidur saja. Kerja!"
YN menatap ibunya penuh harap. Ia berharap perempuan yang melahirkannya itu bisa menjadi tameng dan pembela. Namun, jangankan raut iba, ibunya justru memandangnya sinis.
"Aku bahkan harus berutang ke saudaraku untuk biaya les masuk perguruan tinggi. Sudah malu, tekor pula," tambah sang ibu.
Hatinya ngilu. Ada belati tak kasat mata yang ditancapkan orang tuanya sendiri tepat di dadanya. Ia merasa tak lagi dicintai. Dan perasaan itu adalah perasaan paling menyakitkan di dunia.
"Kak, jangan menangis," adiknya membujuk. Saudara selisih umur 5 tahun itu terlihat tulus khawatir.
Akan tetapi, rasa cemburu berkobar lebih besar ketimbang akal sehatnya. YN menepis tangan sang adik. Adiknya yang begitu sempurna, yang menjadi kebanggaan orang tuanya, yang menjadi pembanding bagi dirinya. Ia tak suka. Ia benci.
"Kau tak mengerti!" ujar YN malam itu, saat ia mengemasi barang-barangnya dan memutuskan hidup mandiri.
Seorang nenek baik hati memberinya izin tinggal di kontrakan murah yang boleh dibayar setiap akhir bulan. YN juga sudah diterima parttime di konbini dekat sana. Setidaknya ia yakin ada tempat untuk tinggal dan ada makanan untuk mengisi perutnya sebulan ke depan.
Hidupnya tak mudah. Susah mencari pekerjaan dengan ijazah setingkat sekolah menengah atas. Kebanyakan pekerjaan yang ia dapatkan hanya parttime pelayan di restoran atau pun tukang bersih-bersih di kantor. Ia harus pergi sebelum matahari terbit dan pulang tengah malam demi hidup dan menabung mimpinya.
"Kapan tesnya, YN?" nenek pemilik apartemen bertanya. YN senang malam ini ia diundang makan bersama sang nenek. Ia jadi bisa menghemat uang makan malamnya.
"Minggu depan, Nek." jawab YN.
Sejak memutuskan keluar dari rumah, YN sudah bertekad untuk mengumpulkan uang dan mencoba masuk kuliah tata boga. Tahun lalu ia dipaksa orang tuanya mengambil kuliah hukum. Ia gagal dan merasa tak perlu kembali mengambil jurusan itu hanya untuk membuktikan diri.
Lebih baik fokus memperjuangkan apa yang tersisa ketimbang fokus meratapi apa yang sudah hilang.
Prinsip itu YN pegang sejak dulu. Ia tidak akan menangisi apa yang direnggut darinya, apa yang hilang darinya, apa yang kurang darinya. Ia akan berjuang pada hal-hal yang masih bisa ia perjuangkan.
Saat gagal mengambil kuliah hukum, YN memutuskan fokus belajar memasak. Dari dulu ia senang dan berbakat memasak. Orang tuanya tidak melihat itu sebagai bakat, namun YN melihat banyak potensi dari kemampuannya itu.
"Nanti saat aku sudah lulus, aku akan membuka restoranku sendiri. Nenek harus datang ya. Aku traktir," canda YN.
Mimpi itu kian dekat. Ia merasa persiapannya matang. Ia yakin kali ini akan berhasil. Tes terasa mudah dan cepat baginya. Baik tes teori atau pun tes praktik dilaluiya dengan decak kagum para penguji.
"Ah, bahagianya!" ujar YN di perjalanan pulang.
Hatinya hangat saat barusan melihat namanya di list nama pendaftar yang lolos tes. YN tak sabar untuk kembali ke apartemen dan memberitahu nenek.
"YN!" Suara tak asing membuat gadis itu membeku di tempat.
Di seberang jalan, ayah dan ibunya dengan penampilan yang tak banyak berubah dari tahun lalu berdiri menghadapnya. Sang ayah kembali berteriak memanggil namanya.
Apa yang harus ia lakukan? YN sama sekali tak siap untuk kembali bertemu dengan mereka.
Apa mereka mencariku?
Harapan itu datang tanpa mengira-ngira. Ada rasa asing di perutnya yang membuat YN serasa ingin melompat kegirangan. Harapan bahwa orang tuanya menyayanginya.
"Tunggu disana anak sialan! Kau harus pulang. Gara-gara kamu kami dimarahi sanak saudara dikatai membuang anak."
Apa?
Barusan ayah bilang apa?
Lampu lalu lintas berubah merah. Para pejalan kaki berhamburan memenuhi jalan untuk menyebrang. Lelaki dan perempuan suami istri itu salah satunya.
"Kamu harus pulang. Nenekmu marah-marah karena kamu pergi dari rumah," ujar sang ibu memegang lengan si putri sulung.
Seolah tersadar, YN memberontak. Ia ingin pergi. Ia tak ingin menghadapi kenyataan di depan matanya.
Bagi seorang anak, adakah hal yang lebih menyakitkan ketimbang tidak dicintai orang tuanya sendiri?
Dengan sekuat tenaga YN melepaskan cengkraman ibunya. Gadis itu segera berlari tanpa berpikir panjang. Orang tuanya mengejar, namun langkah mereka tak sekencang gadis itu.
Tiba-tiba, ramai orang bersorak. Ia tak menyangka, dari arah samping, sebuah mobil melaju kencang ke arahnya.
YN menutup mata.
Gelap menemaninya.
Bruk!
Sakit. Wajahnya sakit.
"Buka matamu, Hinata! Shinobi tidak bisa bertarung dengan mata tertutup ketakutan seperti itu!"
YN membuka mata. Di hadapannya, sebuah kepalan tangan bersiap menyambut.
Bruk!
Sakit. Kali ini ia tak mampu lagi berdiri.
Apa yang terjadi? Mengapa ia malah berada di ruangan kayu dan bukannya jalan raya?
"Hinata!"
Siapa yang dipanggil orang itu Hinata?
.
.
.
To be continuedHalo semua
Finaly cerita ini rilis setelah sekian lama dianggurin di draft.
Enjoy the story ya
Semoga kita bakal sering jumpa.
I love the comments and dms from you all. Love you 🥰

KAMU SEDANG MEMBACA
Menyelamatkan Uchiha || Itachi x Hinata x Sasuke
FanfictionHantaman tangan Neji di kepalanya saat sedang berlatih membuat Hinata tiba-tiba melihat kenangan asing berputar di kepalanya. Ia adalah seorang perempuan usia 20 tahun yang baru saja lolos tes masuk perguruan tinggi. Saat ia melintas jalan tiba-tiba...