Hari ini Itachi tak datang ke danau. Hanya ada Hinata dan Sasuke. Kata Sasuke, kakaknya kian sibuk menyiapkan misi. Namun Itachi berjanji akan menjemput mereka di sore hari.
Mendekati hari H, Hinata kian tak tenang. Satu-satunya cara yang bisa ia pikirkan adalah membujuk Itachi. Tak ada jalan lain. Itachi lebih kuat darinya, ia tak akan menang. Hinata pun tak punya orang dewasa lain yang bisa ia percaya untuk membantunya. Salah-salah ucap malah bisa membuat kondisi kian runyam.
Duduk berdua di tepi danau dengan Sasuke tidak membuat Hinata tenang. Ia ingin melakukan sesuatu. Tapi apa?
"Aku bosan. Mau ikut jalan-jalan ke pasar?" tawar Hinata.
Sasuke menatap tak suka. Ia tak suka jalan-jalan ke pasar. Disana banyak anak perempuan berisik yang suka berteriak tiap melihatnya. Ia lebih suka berada di tempat yang tenang.
"Tidak!" jawab Sasuke.
"Ya sudah. Aku pergi dulu ya!"
Sasuke kelabakan. Ia pikir Hinata tak akan pergi kalau dia tak pergi. Berdua saja sudah membosankan, apalagi sendiri.
Tapi kalau dia jalan-jalan ke pasar dengan Hinata, pasti nanti akan muncul gosip. Sasuke tak suka gosip.
Langkah Hinata kian menjauh. Dengan ragu, Sasuke mengikuti diam-diam.
Setidaknya ia tak akan bosan dengan mengikuti Hinata diam-diam.
.
.
.
Menyelamatkan Uchiha
A fanfic by ChocohugChapter 7: Teman Seumuran
.
.
.
Ada banyak anak kecil sepantarannya di Konoha. Wajah-wajah mereka terlihat asing, bukan karakter penting dalam serial. Meski demikian, semua karakter tidak penting ini menjalani hidup mereka tanpa tahu siapa karakter utama dan siapa yang tidak. Hinata pikir, ketidaktahuan adalah berkah tersendiri.Berkah yang tak ia miliki.
Hinata mengetahui semua yang akan terjadi. Di satu sisi, ini menguntungkannya. Namun di sisi lain, hal ini membuatnya merasa asing. Seolah-olah ia mengerti semua orang namun tak ada orang yang mengerti dirinya.
"Lihat! Itu si bocah kuning jabrik bikin ulah lagi!" bisik-bisik terdengar.
Di ujung gang terlihat orang-orang mulai berkerumun. Ada lelaki tua gendut yang marah-marah karena kedainya terlihat dicat tulisan 'makanan disini rasa sampah'. Dari kerumunan itu melompat bocah yang menjadi sebab keributan: Uzumaki Naruto.
Ini pertama kalinya Hinata melihat langsung Naruto pasca mendapat ingatan masa lalunya. Naruto kecil, serupa sekali dengan penggambaran di serial animenya.
Uzumaki Naruto berambut kuning terang. Kulitnya agak coklat kemerahan karena senang berpanas-panasan. Ada garis halus layaknya rubah di pipi anak itu yang masih gembil. Kalau bukan karena keusilan dan kecerewetannya, Hinata yakin Naruto bisa lebih terkenal di kalangan perempuan. Wajahnya kan lumayan tampan.
Hinata merona. Barusan ia memikirkan apa? Naruto tampan? Wah! Dia beruntung sekali akan jadi istri Hokage ke-7 di masa depan. Visual dan kekuatannya tidak main-main.
"Awas!" teriak Naruto berlari sambil menenteng kaleng cat yang terbuka. Kakinya lincah melewati kerumunan orang-orang, meniti jalan yang Hinata sadari menuju padanya.
"Awas!" teriak Naruto lagi. Orang-orang mulai menghindar karena tak mau terkena kaleng cat, kecuali satu orang. Anak perempuan seusianya yang tak bergerak walau disoraki.
Hinata tak sempat menghindar saat Naruto berlari ke arahnya. Mereka terjatuh. Naruto menghimpit tubuh Hinata yang sepantarannya, membuat jarak fisik keduanya terpangkas. Kaleng cat melayang, siap jatuh menimpa mereka berdua yang masih merintih kesakitan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menyelamatkan Uchiha || Itachi x Hinata x Sasuke
FanfictionHantaman tangan Neji di kepalanya saat sedang berlatih membuat Hinata tiba-tiba melihat kenangan asing berputar di kepalanya. Ia adalah seorang perempuan usia 20 tahun yang baru saja lolos tes masuk perguruan tinggi. Saat ia melintas jalan tiba-tiba...