Sunghoon sedang di kamarnya mempraktekan bahasa isyarat yang ia pelajari dari buku. Ia mulai tertarik bahasa isyarat karena ingin berkomunikasi dengan tunarungu.
Sunghoon pikir kalau berbicara dengan tunarungu tidak usah repot-repot mengeluarkan suara kalau berbicara, bukan karena apa-apa. Sunghoon merasa kalau berbicara dengan orang normal, saat Sunghoon bercerita kebanyakan tidak pernah didengar.
Jangankan didengar, diperhatikan saja tidak. Padahal Sunghoon merasa ia sudah menjadi pendengar yang baik.
Hal itu juga yang membuat Sunghoon malas mencari teman.
Sunghoon merasa tenggorokannya kering, padahal tidak berbicara sama sekali. Ia keluar dari kamarnya, berjalan menuju dapur.
Sunghoon bertemu dengan adiknya yang sedang memakan makan malamnya sendirian. Sunghoon mengambil gelas lalu menuangkan air di teko ke dalam gelasnya.
Selama ini mereka tidak pernah bertegur sapa karena adiknya tunarungu, dia pun tidak pernah terlihat sedang tersenyum di depan Sunghoon. Wajahnya benar-benar flat, menggambarkan kehidupannya sehari-hari.
Tidak sekolah, tidak punya teman, hanya berdiam di rumah, beruntung tidak mendengar orang tuanya bertengkar setiap hari.
Orang tuanya mana peduli, mereka normal, tidak bisa memakai bahasa isyarat. Mereka hanya memberinya beberapa buku.
Sunghoon yang selalu diprioritaskan walaupun anak adopsi. Masa depan Sunghoon terlihat lebih cemerlang dibanding adiknya.
Makanya orang tua Sunghoon push habis-habisan menjadikannya untuk selalu yang pertama tanpa tahu ia tertekan.
Adik Sunghoon selesai dengan acara makan malamnya, ia mencuci piring tanpa memperdulikan kehadiran Sunghoon.
Sunghoon berniat untuk berkomunikasi dengan adiknya. Dipikir-pikir kasihan juga selama hidup dia tidak bisa mengungkapkan isi pikiran dan perasaannya. Lalu ia menepuk pundak adiknya itu.
Adiknya menoleh.
Sunghoon menarik adiknya untuk masuk ke dalam kamar. Adiknya menolak, tapi tetep diseret sama Sunghoon. Baru kali ini adiknya masuk ke kamar kakaknya.
Sunghoon menepuk sisi ranjangnya, menyuruh adiknya untuk duduk. Ia menunjukkan buku yang ia beli, buku bahasa isyarat. Sunghoon mengajarkan adiknya untuk mengeja namanya. Beruntung adiknya tidak buta huruf.
"J U N G W O N."
Senyuman Jungwon tercetak sedikit. Mereka lanjut belajar bersama sampai waktu menunjukkan pukul 8 malam, Sunghoon mengantarkan Jungwon ke depan kamarnya dan menyuruhnya untuk segera tidur.
"Tidur yang nyenyak."
"Terima kasih, kak Sunghoon. Nanti ajari aku bahasa isyarat lagi, ya."
Sunghoon mengangguk. Merasa senang Jungwon bisa berinteraksi dengan seseorang. Setelah Jungwon menutup pintu, ia kembali ke kamarnya untuk tidur. Baru saja berbaring, Sunghoon mendengar hp-nya berbunyi.
Jay menelepon. Ia kira Jongseong.
"Apa, Jay?"
"Kangen."
"Dari pagi sampe sore gue sama lo terus ya, kangen dari segi mananya lo?"
"Kangen pokoknya."
"Terus?"
"Pengen denger suara Sunghoon."
"Gak bisa tidur lo, ya?"
"Tau aja lo, Hoon."
Terdengar helaan nafas dari seberang.
"Kali ini apa yang ganggu pikiran lo, Jay?"
"Sunghoon, nanti besok jemput gue ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfume [jayhoon] ✅
FanficJay gemes banget sama Sunghoon, diam-diam bau vanilla yang aslinya bau sandalwood. ! 。*゚Vanila adalah orang yang riang dan pandai bersosialisasi. 。*゚Kayu cendana atau sandalwood adalah orang yang perfeksionis. Ia juga suka mengkritik, terutama men...