5 Mengakiri Hubungan

44.3K 3.4K 32
                                    

Lamunan Evelyn terhenti saat tangannya ditarik Tata hingga berdiri dengan tegak, Tata lalu turun satu tangga dan berdiri di sebelah sahabat nya. Gaya tubuh nya itu terlihat seperti sedang menghalangi Evelyn dan Rama.

"Berani banget lo nyentuh-nyentuh Evelyn pakai tangan kotor lo itu, mau gue pukul hah?!" sentak Tata galak sambil menunjukkan kepalan tangan nya.

Tetapi ekspresi wajah Rama tetap datar, tidak ada takut nya sedikit pun pada perempuan itu yang memang selalu meledeki nya dengan sahabat yang berdiri di sebelah nya. "Kalau gak gue tahan Evelyn, mungkin dia udah kejengkang jatuh. Harusnya kalian bilang makasih sama gue."

Kedua mata Tata melotot merasa semakin tersulut emosi karena bisa-bisa nya si murid culun itu membalas perkataannya. Tetapi sebelum tangannya melayang memukul Rama, seseorang menahan nya lebih cepat.

Tata langsung menoleh menatap bingung Evelyn, kenapa malah ditahan? Evelyn lalu menurunkan tangannya itu terlebih dahulu.

"Iya dia bener, kalau tadi gak nahan gue di belakang mungkin gue udah jatuh dan kaki gue makin sakit," ucap Evelyn dengan suara tenang nya.

Perhatian Evelyn lalu tertuju pada Rama. Walaupun Ia lebih tinggi karena dua tangga, tapi posisi mereka tetap sejajar karena Rama punya tubuh tinggi. "Makasih ya udah bantuin tadi," ucap nya yang membuat semua orang di sana syok.

Bagaimana bisa Evelyn malah berterima kasih? Memang sih seharusnya begitu, hanya saja seperti bukan sosok Evelyn.

Semua murid tentu tahu bagaimana sombong nya Evelyn, selalu memandang rendah murid lain dan merasa paling hebat. Lalu sekarang, tidak menduga malah berterima kasih pada Rama, salah satu orang yang sering diganggu nya.

Tata menatap tidak percaya sahabat nya itu. "Evelyn, lo.. Lo kayanya benar-benar hilang ingatan deh, sekarang gue percaya. Astaga benar-benar gak habis pikir." Evelyn yang berterima kasih, kenapa Ia yang jadi ikut malu ya?

Tatapan Evelyn pada Rama terlihat dalam, perasaannya sekarang campur aduk sekali mengingat peran Rama di dalam novel. Rama memang bukan pemeran utama, alias hanya sampingan dan tidak sering disorot.

Tetapi pria itu diam-diam menyukai Evelyn, selalu berusaha perhatian dengan caranya. Rama bahkan tidak sakit hati karena Evelyn yang selalu merendahkan nya. Bukankah itu adalah contoh cinta sejati?

"Ada apa ini, kenapa ramai banget di sini?" Suara seorang pria yang baru datang membuat perhatian semua teralihkan.

Terlihat di bagian paling bawah tangga ada Kenzo, dan di sebelah nya Arumi. Ya mereka kemana pun selalu berduaan, lebih tepat nya Kenzo yang tidak mau berjauhan dari kekasih nya itu. Apakah pantas disebut begitu, sedangkan status pria itu masih tunangan Evelyn?

Tatapan Evelyn dan Kenzo pun bertemu, terlihat kening pria itu mengerut lalu tidak lama mendengus kasar karena berpikiran sesuatu. Kenzo lalu menaiki tangga, membuat beberapa siswa pun memilih menyingkir memberikan jalan.

Dengan santai nya Kenzo mendorong Rama hingga pria itu satu langkah mundur, posisi nya pun otomatis digantikan. Evelyn dan Kenzo pun masih saling bertatapan, tidak mengalihkan sedikitpun.

"Buat masalah apalagi kamu, Evelyn? Baru juga masuk sekolah lagi. Kayanya selama kamu gak sekolah, semua murid ngerasa senang karena gak ada trouble maker kaya kamu, sekarang pas masuk langsung buat kacau!"

Nada suara Kenzo terdengar ketus, dengan tatapan tajam nya yang terhunus pada Evelyn. Tidak bisa menyembunyikan perasaan tidak suka nya.

Mendengar dirinya di tuduh begitu, Evelyn hanya terkekeh kecil namun terdengar sinis. Sepertinya Kenzo terlampau benci padanya, sampai memandang nya selalu salah.

Tetapi belum sempat Evelyn membuka suara, Tata lebih cepat menyela. "Kenzo kamu kok gitu sih sama tunangan sendiri? Harusnya kamu temenin Evelyn di sekolah, dia kan masih sakit!"

Aish dasar anak ini, nanti si Kenzo semakin menjelekan nya! Evelyn langsung mencomot bibir Tata dengan telapak tangannya, membuat perempuan itu menatap nya protes karena belum selesai membela dirinya.

Kenzo hanya mendengus kasar, matanya lalu turun menatap tongkat yang membantu jalan Evelyn. "Itu salah dia sendiri, karma buat orang jahat kaya dia karena mau nyelakain orang lain yang gak bersalah. Tapi kayanya dia belum jera juga, mungkin harus nya sekalian aja lumpuh gak sih?"

Plak!

Orang-orang di sana langsung memekik melihat Evelyn melayangkan tangannya menampar pipi kiri Kenzo. Suasana di sana semakin tegang, namun para murid malah tidak beranjak pergi karena ingin melihat sejauh apa drama berlangsung.

Kalau dipikir Kenzo memang pantas mendapatkan tamparan itu, bicaranya sangat jahat dan tidak punya hati.

Kenzo tersenyum sinis seraya menyentuh pipi nya yang baru saja ditampar, sial Ia merasa harga dirinya diinjak karena dipermalukan seperti ini. Saat Kenzo mengangkat wajahnya menatap Evelyn, bisa melihat sorot mata penuh amarah itu tapi Ia sama sekali tidak tersinggung.

"Kenapa Evelyn? Kok marah. Memang hukuman yang kamu dapat sekarang itu gak seberapa dibanding kejahatan kamu," ucap nya belum mau mengalah.

Rasanya Evelyn ingin sekali kembali menampar wajah Kenzo, kalau bisa juga Ia jorok kan ke bawah tangga hingga terjatuh. Memang kurang ajar sekali pria itu mengatai nya, padahal Ia sedang terkena musibah dan sekarang kaki nya pincang.

Evelyn menghembuskan nafasnya, berusaha tidak tersulut emosi. Ingatkan dirinya nanti untuk membalas Kenzo, tidak akan sekarang karena banyak yang menonton. Merasakan sesuatu di jari manis nya, Evelyn mengangkat tangan kiri nya untuk melihat cincin berlian terpasang di sana. Ini pasti cincin pertunangannya dengan Kenzo.

Dengan perasaan mencak-mencak, Evelyn pun membuka nya lalu melempar cincin itu di depan wajah Kenzo, hingga terjatuh ke bawah dan menggelinding. Ah sayang sekali, pasti harganya mahal. Tetapi Evelyn terlalu kesal.

"Apa-apaan kamu?!" tanya Kenzo kembali kesal dengan tingkah kasar tunangan nya. Ah rasanya tidak sudi sekali menganggap begitu.

Kenzo lalu menoleh ke belakang untuk melihat cincin yang dilempar Evelyn tadi, ternyata Arumi di bawah sudah membawanya dan menatap nya sendu. Kenzo lalu kembali memfokuskan pandangan pada Evelyn, memintanya menjelaskan.

"Mulai sekarang kita bukan siapa-siapa lagi, pertunangan kita batal. Itu kan mau lo selama ini? Terlepas dari cewek ngerepotin kaya gue. Silahkan pergi, gue juga udah gak perduli lagi sama lo. Satu lagi, jangan tunjukkin wajah sialan lo itu di depan gue!"

Nafas Evelyn sampai naik turun setelah mengatakan itu dengan suara lantang nya. Tetapi aneh nya hati nya merasa lega, apa karena Ia sudah terlepas dari Kenzo?

***

Lanjut gak nih?

Mantan Tunangan ProtagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang