46 Rasa Takut

10.4K 807 53
                                    

Evelyn pulang sekitar pukul tujuh malam, baru bisa pulang saat orang tua Kenzo datang ke rumah sakit. Tubuhnya lelah sekali, walau saat menjaga Kenzo pun tidak bekerja berat, namun tetap saja melelahkan.

"Dimana Gerald?" tanya Evelyn pada seorang pelayan yang membuatkan nya teh.

"Beberapa menit lalu Tuan Muda pergi, setelahnya Nona malah pulang. Saya kira Tuan menjemput anda," jawab pelayan nya itu.

"Enggak kok, aku pulang naik taxi," gumam Evelyn lalu menyeruput teh hangat nya sedikit demi sedikit.

Saat minuman hangat itu turun ke perut nya, Evelyn merasa lebih baik. Ia lalu pamit pada satu-satu nya pelayan yang tersisa di rumah ini. Gerald si pemilik rumah memutuskan hanya mempekerjakan sedikit pelayan saja, katanya harus menghemat pengeluaran.

Selesai mandi, Evelyn langsung merebahkan tubuh nya di ranjang. Ia belum mengantuk, padahal biasanya jam segini sudah tidur. Tiba-tiba jadi teringat sesuatu, apa karena belum minum susu ya? Biasanya selalu dibuatkan Gerald.

Entah berapa lama Evelyn tertidur, tapi Ia yang masih setengah sadar dapat mendengar pintu kamar nya terbuka. Tidak lama suara langkah kaki yang masuk dan mendekat ke arah nya. Evelyn belum membuka mata, merasa ini hanyalah mimpi.

"Dia udah tidur belum ya? Kalau gue tidur di sini, takut malah kebangun. Tadi sebelum tidur kan dia gak minum susu itu."

Kernyitan kecil terlihat di kening Evelyn mendengar suara familiar itu, Gerald? Perasaan nya mulai tidak enak merasakan ruang kosong di sebelah nya bergerak. Entah duduk atau ikut berbaring. Evelyn hanya menerka-nerka karena masih pura-pura memejamkan mata.

"Dia sadar gak yah soal tanda merah itu? Hah Gerald, lo benar-benar gak bisa nahan diri ya. Tapi tadi pagi sikap dia gak aneh, kayanya gak sadar deh." Gerald terdengar kembali bergumam.

Tanda merah? Tunggu apa jangan-jangan dua tanda merah yang Evelyn sadari saat mandi tadi pagi? Kenapa Gerald pun bisa tahu? Apa jangan-jangan..

Tubuh Evelyn terlihat tersentak kecil merasakan sebuah tangan mengusap leher jenjang nya. Lebih tepat nya sepertinya menyentuh bekas tanda merah itu yang kini sudah hampir hilang. Jari tangan itu lalu turun menuju dada nya, membuat Evelyn semakin gundah di tempat nya.

Apa yang harus Evelyn lakukan? Apa Ia harus bangun sekarang lalu menampar wajah Gerald karena sudah bertindak kurang ajar?

"Sial hampir aja di luar kendali, kayanya malam ini harus tahan dulu. Dia bisa aja tiba-tiba ke bangun. Dia kan gak minum obat tidur itu." Setelah itu, Gerald pun beranjak pergi keluar kamar.

Mendengar suara pintu kamar nya tertutup lagi dan menduga Gerald sudah benar-benar pergi, Evelyn pun membuka mata nya dan membangunkan tubuh nya menjadi duduk. Dada nya terlihat naik turun, mencari udara untuk bernafas.

Tangannya sampai bergetar mengingat kejadian tidak terduga tadi. Benarkah itu Gerald? Pria itu memang suka masuk ke kamar nya, tapi tidak menyangka saat malam dimana Ia tidur pun datang. Gerak-gerik nya tadi yang terkesan melecehkannya membuat Evelyn takut.

"Obat tidur, apa maksud nya?" tanya Evelyn bingung.

Evelyn tidak pernah minum obat tidur, lalu kenapa Gerald seperti sok tahu begitu? Kepalanya menjadi pusing memikirkan banyak hal. Haruskah besok Evelyn melabrak Gerald menanyakan semua?

Tetapi bagaimana kalau pria itu membantah dan Ia malah mempermalukan dirinya sendiri? Ah sial-sial!

***

Besok paginya Evelyn memilih berdiam mengurung diri di kamar nya. Ia bahkan melewatkan jam sarapan, sanking tidak mau bertemu Gerald. Terus memikirkan kejadian absurd tadi malam, apakah nyata atau hanyalah mimpi?

Tetapi sepertinya rencana Evelyn pupus saat mendengar pintu kamar nya diketuk. Suara Gerald pun terdengar. Di tempat nya Ia berjalan mondar-mandir bingung, haruskah Ia bukakan pintu nya?

"Eve gue bawain sarapan, kenapa belum turun juga? Udah mau jam delapan loh," ujar Gerald kembali mengetuk pintu.

Dengan berat hati akhirnya Evelyn pun membuka pintu kamar nya yang sempat dikunci. Entah kenapa semenjak kejadian semalam, Evelyn merasa harus selalu mengunci kamar nya untuk waspada. Setelah pintu terbuka, Gerald pun nyelonong masuk begitu saja.

"Kok gak turun? Lagi sakit kah?" tanya Gerald setelah menyimpan nampan berisi sepiring nasi goreng dan jus jeruk di meja dekat sofa.

"Hah? Enggak kok, belum lapar aja," jawab nya berbohong. Belum lapar apanya? Perut nya dari tadi terus keroncongan.

"Nih gue bawain sarapan, makan dulu, nanti sakit perut lagi," kata Gerald kembali bersikap perhatian.

Biasanya Evelyn selalu bersikap santai  dan sudah terbiasa dengan sikap pria itu yang perduli. Tetapi pandangan nya sekarang berubah semenjak pria itu yang semalam diam-diam masuk ke kamar nya lalu menyentuh tubuh nya dengan berani.

"Hei kok malah bengong di sana sih? Sini buruan makan, mau di suapin gak?" tegur Gerald.

"Ih gak usah, gue bisa makan sendiri, gue bukan anak kecil!" tolak Evelyn mulai sensi. Ia lalu mendekati Gerald. "Sudah kan? Mending sekarang lo pergi, gue.. Gue pengen sendiri."

"Kalau gue gak mau gimana?" tantang Gerald kembali menggoda nya.

Tetapi Evelyn yang memang tidak nyaman berduaan dengan Gerald di kamar pun bertindak berani dengan menarik tangan pria itu hingga berdiri, menyeret nya ke pintu. Untungnya Gerald pun tidak keras kepala dan menurut saja.

Sebelum Evelyn akan menutup pintu, Gerald sempat menahan nya dengan kaki. "Hei hari ini lo mau ke rumah sakit lagi jagain si manja Kenzo?" tanya nya.

"Enggak, orang tuanya kan udah balik. Hari ini gue pengen istirahat di kamar, jadi lo jangan ganggu!"

Brak!

Hembusan nafas lega terdengar dari bibir Evelyn, perasaan tidak nyaman tadi pun sudah menghilang. Melihat makanan dan minuman di meja yang tadi dibawa Gerald, bukannya Ia makan, tapi Evelyn malah membuang nya ke tong sampah.

Evelyn takut Gerald memasukkan obat tidur ke makanan dan minuman ini, seperti pada susu yang sering dibuatkan untuk nya setiap malam. Ya Evelyn sudah curiga ke arah sana, otaknya yang cerdas ini bisa langsung mengaitkan.

Drrrtt!

Merasakan getaran di ponsel nya tanda ada telepon masuk, dengan segera Evelyn mengangkat panggilan dari Mommy Kenzo. Tetapi yang Evelyn dapatkan adalah kabar buruk, membuat hatinya tidak nyaman.

["Kondisi Kenzo semalam drop lagi, dia kejang-kejang sampai hampir kehilangan nyawa. Setelah kondisi nya tenang, Om dan Tante berencana mengobati nya ke luar negeri. Kami sudah berangkat, maaf terlambat mengabari. Doa kan semoga Kenzo cepat sembuh."]

Sebenarnya kenapa akhir-akhir ini Evelyn banyak menghadapi masalah dan juga kabar buruk dari orang-orang di sekitar nya?

***

Tunjukkan bakat intel kalian guys!

Mantan Tunangan ProtagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang