Part 3
Sejak Gala pulang, sikap Ayana sangat aneh, lebih banyak diam tidak seperti hari biasanya yang menyambut kepulangannya begitu bahagia. Bahkan Ayana selalu menceritakan kegiatan apa saja yang ia lakukan. Namun, tidak kali itu.
Mereka sudah di depan meja makan saling berhadapan menikmati batagor yang dibeli Gala. Namun, kentara sekali Ayana seperti tidak bersemangat menyantapnya.
"Apa batagornya tidak enak?" tanya Gala hingga Ayana menatap suaminya itu.
"Enak kok Mas."
"Lalu kenapa kamu makannya sedikit?"
"Tadi barusan sudah makan bersama Ibu."
"Ibu? Jadi tadi siang Ibu ke sini?"
"Iya Mas, cuma sebentar."
Gala menghela napasnya.
"Pasti Ibu kesepian lagi karena Bapak sudah tidak ada."
Kalimat itu malah makin membuat Ayana bergeming mengingat permintaan ibunya.
"Mas, sebenarnya..." ucapan Ayana tertahan saat ponsel milik Gala bergetar di atas meja. Lelaki itu meraih benda pipih itu lalu mengangkat panggilan telepon.
"Hallo, Rayhan! Apa? Kamu mau ke rumah? Baiklah, aku tunggu." Setelahnya Gala mematikan ponselnya.
"Rayhan akan main ke rumah," kata Gala memberi tahu Ayana yang memang mengenal baik Rayhan sejak perempuan itu menikah dengan Gala.
Rayhan adalah sahabat karib suaminya.
"Oh, kalau gitu aku akan menyiapkan makan malam biar Mas bisa makan bersamanya."
"Juga bersama kamu. O ya, barusan kamu mau mengatakan apa tadi, Sayang?"
"Yang mana Mas?"
"Sebelum aku menerima telepon dari Rayhan."
"Oh... tidak jadi. Aku lupa mau mengatakan apa, nanti kalau sudah ingat lagi aku akan mengatakannya," kata Ayana beranjak dari kursi.
***
Selesai shalat magrib bersama, Ayana masih bertahan dengan doanya. Gala pun tersenyum memandangi istrinya yang begitu cantik di matanya.
Ayana membuka kelopak matanya mengulurkan tangannya pada Gala mengecup punggung tangan suaminya itu, begitu pun sebaliknya Gala mencium tangan dan kening Ayana.
"Istri solehahku yang cantik," puji Gala meronakan wajah Ayana. Selalu suaminya akan memujinya meski telah tiga tahun pernikahan sikap itu tidak pernah berubah.
Perhatian Gala teralihkan pada Chibi yang memasuki kamar melompat ke pangkuan Gala.
Bagitu gemasnya Gala mengunyel Chibi, mencium dan menggendong kucing itu menggambarkan seorang lelaki yang rindu pada kehadiran bayi kecil.
Hati kecil Ayana meringis, kenapa hatinya sangat sensitif padahal pemandangan ini sudah sering terjadi, tapi kali ini Ayana malah menggambarkan kondisi yang berbeda.
"Mas, sepetinya aku sudah ingat apa yang ingin aku bicarakan," kata Ayana sembari melepas mukenanya.
"Apa itu, Sayang?" Gala melepaskan Chibi yang bertahan di atas sejadah.
"Ini tentang kebahagiaan di masa depan."
Kening Gala mengerut heran.
"Maksudmu?"
"Menikahlah, Mas."
Wajah Gala pias mendengar permintaan dari istrinya yang tiba-tiba. Namun, tawa kecil Gala pecah hingga Ayana bingung dengan sikap suaminya.
"Ternyata istriku ini suka bercanda juga."
"Aku tidak bercanda."
Tawa Gala memudar.
"Lalu kamu sakit?" Gala menyentuh kening Ayana.
"Aku sehat, Mas."
Keduanya pun saling bersitatap.
"Ini tidak lucu, Sayang."
"Memang tidak lucu karena aku serius untuk Mas menikah lagi."
"Kamu gila, Ayana." Amarah Gala mulai terpancing.
"Ini permintaan Ibu."
Deg. Pupil Gala melebar dan bergeming tanpa kata lagi.
***
Pdf ready, harga 15k --> promo 12k.
Selama penjualan sampai 17 November 2023 untuk donasi ke Palestina.WA 0822-1377-8824 (Emerald/Putri)
WA 0895‑2600‑4971 (Aqiladyna)Author:
Emerald8623
&
Nda-AqilaSenin, 13 November 2023, 04.10 wib.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband by Aqiladyna & Emerald
RomanceAyana sudah menikah selama tiga tahun dengan Gala, tetapi belum mempunyai anak. Ketika ayah Gala meninggal, ibu lelaki itu yang cemas dengan umurnya, meminta sang putra untuk menikah lagi agar segera bisa menimang cucu. Sanggupkah Ayana jika suaminy...