Sweet Husband - Part 5

124 22 3
                                    

Part 5

"Halo... Assalamualaikum, Bu," sapa Ayana di telepon kepada ibu mertuanya.

"Walaikumsalam, Aya, maaf Ibu menelepon malam begini ganggu istirahat kamu sama Gala."

"Tidak apa, Bu," Kalimat Ayana tersendat, ia mengerti maksud tujuan ibu mertuanya menelepon dirinya.

"Ibu mau tanya tentang permintaan Ibu tadi siang, apakah sudah kamu obrolkan dengan Gala?"

Ayana meneguk salivanya, rasanya dadanya ingin meledak menahan kegetiran sakit menekan ulu hatinya. Tidakkah ibu mertuanya mengerti semua ini sangat dan—sangat melukainya. Namun, ego Ayana kembali surut tertampar dengan kenyataan semua permintaan ibunya karena kekurangannya. Ya, andai saja Ayana bisa memberikan cucu kepada beliau tentu semua ini tidak terjadi.

"Aya, kamu masih di sana, Aya?"

"I... ya, Bu. Aya sudah bicarakan kepada Mas Gala."

"Lalu apa jawabannya? Ibu harap dia menyetujuinya."

Ayana bingung harus mengatakan apa lagi, pada kenyataannya Mas Gala sudah memberikan jawaban tidak akan menerima saran untuk menikah lagi.

"Kata Mas Gala nanti dia akan bicara dengan Ibu."

"Seharusnya kamu bisa membujuk Gala tanpa harus dia bicara kepada Ibu."

Ayana menjadi serba salah di posisinya, dia masih waras tidak mungkin memaksa suaminya untuk menikah lagi sebab semua ini atas keinginan ibu mertuanya bukan dirinya.

"Ya sudah, Ibu tutup teleponnya, Assalamu’alaikum."

"Wa’alaikumsalam salam, Bu."

Ayana menghela napas menjauhkan ponsel dari telinganya. Ayana beranjak menuju kamarnya, ia berbaring di atas ranjang terisak dalam tangisannya. Rasa keputusasaan menekan jiwanya sedemikian rupa melumpuhkan kelemahannya bahwa dia seorang istri yang tidak bisa memberikan keturunan kepada suaminya. Kepercayaan diri Ayana seketika pupus atas permintaan yang mengimpitnya tanpa bisa ia memilih jalan keluarnya. Haruskah Ayana memaksa dan merelakan untuk berbagi suami dengan wanita lain demi permintaan seseorang yang juga sangat berati dalam hidupnya?

Ayana tenggelam dalam kesedihan—mengantarkannya pada kelelapan. Hingga Gala memasuki kamar tersenyum getir memperhatikan Ayana yang sudah tertidur. Gala menarik selimut di mata kaki lalu membungkuskannya ke tubuh istrinya.

Gala duduk di tepi ranjang menatap lekat wajah teduh Ayana, memperhatikan kelopak mata Ayana yang sembap dan Gala tahu istrinya barusan menangis sebelum tertidur.

Tangan Gala terulur menyentuh pipi chubby nan mulus Ayana hingga membangunkan perempuan itu dari tidurnya yang mengambil posisi setengah duduk.

"Mas, maaf aku ketiduran."

"Kenapa harus minta maaf?"

"Karena Aya tidak menemani Mas bersama Mas Rayhan."

"Rayhan barusan sudah pulang." Gala menarik Ayana hingga ia terkesiap kini dalam pelukan Gala.

"Mas...."

"Mas tidak mau kamu menangis, jangan sedih lagi ya, hanya Aya yang Mas cintai dan tidak ada cinta yang lain."

Manik mata Ayana berkaca-kaca, rasanya kebas dan ia ingin menangis kembali.

Tuhan, ketulusan Mas Gala dalam mencintainya begitu besar. Namun, Ayana sebagai istri seharusnya membalas hal serupa bukan, berkorban dalam rasa cinta ini.

***

Bersambung....

Author:
Nda-Aqila
&
Emerald8623

Rabu, 27 Desember 2023, 05.30 wib.

Pdf Ready, harga 15k
137 hlm
WA 0822-1377-8824 (Emerald)
WA 0895-2600-4971 (Aqiladyna)

Sweet Husband by Aqiladyna & EmeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang