chapter three

198 22 7
                                    

Aku segera berjalan ke kamar mandi saat perkumpulan itu di batalkan, dan berlari menuju closet.

Menatap tajam pada cermin, mengusap wajahku dengan air, terlihat prustasi ya itu memang benar.

"Kenapa dia harus kembali? "

"Aku sudah sangat bersusah payah untuk melupakannya"

Deg.. Deg.. Deg..

"Sial.. Bahkan jangungku saja masih terus berdegup kencang"

"Dan perasaanku juga masih sama"

Net Thanawat  adalah orang yang ku sukai sejak aku masih sma, betapa bodohnya dulu aku yang selalu mengejarnya dan berusaha untuk dekat dengannya.

Aku mengepalkan tanganku pelan dan memukulnya pada meja yang terbuat dari marmer, dan membenturkan kepalaku pada dinding, benar-benar meratapi masa laluku.

"Hah.. Dulu aku sangat senang karna selama kenal dengannya, aku tidak pernah melihat dia berkencan dengan siapapun"

"Tapi sekarang mungkin dia sudah memiliki kekasih bukan? "

Tanpa kesadaranku ada seseorang yang masuk kedalam closet, dan aku masih membenturkan kepalaku dengan pelan.

"Jika bisa aku sangat ingin memotong kepalaku" ucapku terlihat prustasi.

"Wow nong.. bukankah itu sangat mengerikan" timpal seseorang itu.

Aku terkaget mendengar ada suara yang menimpaliku, setauku aku sedang sendiri, dan aku segera melihat orang itu.

Aku mengerjap kaget saat melihat orang itu, melihat wajahnya yang sedikit khawatir apa dia masih mengenali dan mengingatku?.

"Nong.. Apa kamu baik-baik saja? Sepertinya kamu sedang ada masalah? " ucapnya khawatir.

"Yya - eh tidak.., a-aku baik baik saja pak" ucapku sedikit terbata, dan langsung berbalik meninggalkan closet.

"Sejak kapan dia di sana? Apa dia sedari tadi mendengarkanku? Sial jika memang iya."
Gerutuku dalam hati.

Aku berusaha fokus pada pekerjaanku, jangan sampai kehadiran dia membuat pekerjaanku terganggu.

Sedangkan di sisi yang lain.
----

Aku masuk kedalam closet dan terkejut ketika seseorang sedang membenturkan kepalanya, aku menimpali ucapannya dan melihat wajah prustasi itu.

Saat dia meninggalkan closet, tidak sepertinya dia sengaja meninggalkanku.

Aku hanya tersenyum simpul, menurutku dia masih sama anehnya dengan yang dulu ku kenal. Dan aku senang, aku bisa kembali bertemu dengannya lagi.

---

Jam sudah menunjukan pukul 19.00 hari ini cafe di tutup lebih awal dari biasanya, mengingat akan adanya pesta penyambutan manager baru kami.

Sebenernya aku tidak ingin ikut tapi thomas dan yim terus membujukku untuk ikut saja. Aku tidak mungkin kan memberikan alasan bahwa aku tidak mau bertemu dengan manager baru itu lebih lama.

Oh mereka pasti akan mengira bahwa aku ada masalah dengannya, dan jika atasan tau itu bukankah lebih tidak sopan dan terlihat tak menghargainya?.

Kami pergi ke tempat tujuan dengan kendaraan masing-masing. Tentu saja 1 mobil kecil milik atasan tidak muat untuk menampung seluruh staff.

Aku sampai di tempat tujuan, dan memikirkan motorku di parkiran, berjalan masuk ke ruang yang sudah di pesan.

Kini semua sudah ramai, mereka asik dengan dunianya, sedangkan aku hanya duduk memperhatikan saja, dan sesekali ikut menimpali jika yim atau thomas mengajakku bernyanyi dan menari.

Aku benar-benar di nuansa yang entah kenapa jadi tidak mood, apa lagi saat seseorang itu duduk di sebelahku.

Dan aku hanya terfokus memperhatikan yang lain dan sesekali meneguk beer yang ada di tanganku.

Aku sebenarnya sudah sedikit mabuk, karna tanpa sadar meminum banyak alkohol. Aku berusaha menahan kesadaranku, jika tidak bagaimana aku bisa pulang.

Tapi berada di dekatnya membuat jantungku berdegup tidak karuan, dan itu membuatku gugup yang akhirnya membuatku tanpa sadar kembali menghabiskan beberapa botol beer.

Semakin larut orang-orang mulai berpamitan, ya aku juga harus pulang, aku berusaha berdiri dan mengajak thomas untuk pulang.

"Thom.. Ayo kita pulang.. " ucapku berusaha membangunkan thomas.

Aku merasa seseorang menarik tanganku, yang membuat tubuhku bertabrakan dengan tubuhnya. Aku menatap orang itu dan tersenyum sayu, sampai kesadaranku benar benar hilang.

Aku merasakan tubuhku di gendong, dan di bawa masuk kedalam mobil, saat orang itu akan berusaha memasang sabuk pengaman pada tubuhku.

Aku melingkarkan satu tanganku pada lehernya dan menarik mendekat kepalanya tepat di depan wajahku. Aku membuka mataku perlahan dan menatapnya.

"Thom.. Kenapa tiba-tiba wajahmu seperti crush ku? " ucapku sembari tersenyum dan mengetuk hidungnya dengan jariku.

Aku melepaskan lingkaran tanganku di lehernya dan memalingkan wajahku menghadap jendela, berusaha menyadarkan diri.

Saat mobil mulai berjalan, aku kembali melirik seseorang itu, dan kembali tersenyum kecil.

"Astaga.. Aku pasti sudah gila, karna terlalu mencintainya, sehingga melihatmu aku malah melihat orang yang ku suka" ucapku mulai meracau.

" kau tau Thom.. Aku sangat menyukainya sejak masa sma-ku, bahkan perasaanku sampai sekarang masih sama"

"Tapi aku masih merasa kesal padanya, dia tak pernah membalas perasaanku, dan hanya menganggapku sebagai adiknya"

"Thom.. Aku merasa malu, mengingat dulu sangat mengejarnya"

Ucapku meracau di sepanjang jalan. Aku merasakan mobil berhenti dan merasakan seseorang itu mendekat dan berbisik.

"Kenapa harus malu nong, aku menyukainya"

"Lihat.. Bahkan suaramu sama persis" ucapku masih memejamkan mata.

Aku merasa sudah lelah mengacau, dan hanya terdiam. Saat mobil melaju dia menanyakan alamat rumahku. Aku memberi tahunya alamat bibi, tentu saja aku tidak memiliki rumah.

Saat sampai dekat area rumah bibiku, aku turun dan jalan sedikit terhuyung. Sebelumn seseorang orang menahan tubuhku.

Aku melihat orang yang menahan tubuhku dan tersenyum, aku berusaha sadar untuk tetap berjalan dan di tuntun olehnya.

Aku melihat bibiku sudah menunggu dengan jimmy yang terlihat sedang terkantuk-kantuk, aku menghampirinya dan memberi salam.

"Oh.. Bagus kau baru pulang larut malam, sampai lupa pulang dan membuat kami kelaparan?"
Ucap bibiku ketus.

"Maaf bibi ak-" belum selesai menjelaskan bibiku sudah menyela.

"Oh.. Rupanya kau sudah lelah jadi anak baik dan menjadi.. " bibi melihat penampilanku dari bawah hingga atas, dan melihat temanku dengan sinis.

"Seorang lacur? " sambung bibiku. Lalu bibi melihat temanku dan bertanya berapa bayaran yang telah dia berikan padaku.

Mendengar pertanyaan yang di lontarkan bibiku pada temanku terasa sakit dan hancur,aku melepaskan bantuan tangannya, dan meninggalkan keduanya, masuk kedalam kamar.

Aku ambruk seketika badanku sudah sangat lelah, di tambah ucapan bibiku yang membuatku hancur hingga aku tertidur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ma Crush Ma In Love - NetJamesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang