Perjalananku ke Rusia berawal dari rasa penasaran dan tertarik tertarik kepada presidennya yang sudah lama memimpin Rusia, ya siapa lagi kalau bukan Vladimir Putin. Ketertarikan ini dimulai semenjak sahabatku Mur bercerita tentang presiden Rusia yang sebelumnya tidak aku tahu siapa itu. Semenjak itu aku mulai memiliki ketertarikan besar terhadap Rusia dan membuatku ingin melanjutkan studi disana.
Bagiku atau bahkan bagi orang lain, Rusia – negara yang begitu misterius dan sulit dijangkau berita kebenaran dari Negara kita ini. Tapi entah kenapa aku merasa tertarik dengan berita Politik dan Ekonomi yang terjadi disina. Pepatah mengatakan seribu kali kita mendengar akan dikalahkan dengan sekali kita melihat sendiri.
Dalam setiap resolusi kutuliskan untuk belajar Postdoctoral (S3) di Negara Beruang Merah ini tetapi Allah Maha Mengetahui yang terbaik, akhirnya keisenganku berbuah hasil yang indah. Aku mendapatkan beasiswa Master Degree (S2) dari pemerintah Federasi Rusia (Russia Government Scholarship) pada tahun 2021. Sama halnya saat aku ke Cambridge – The UK untuk kuliah sarjana, dalam setiap resolusi kutuliskan untuk belajar disana dan akhirnya berbuah manis meskipun tidak belajar master degree sesuai dengan keinginanku. Pelajaran dari sini adalah tuliskan apa yang menjadi keinginanmu lewat media apapun dan jangan lupa berdoa, sungguh Allah Maha mendengar dan mengabulkan doa.
Beasiswa ini mengantarkan aku ke kota yang berada di paling ujung timur Rusia yang dekat dengan perbatasan Korea Utara, Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang. Sebenarnya semua penerima beasiswa diminta untuk memilih enam universitas yang menjadi prioritas mereka tetapi Pemerintah Federasi Rusia yang berhak menentukan dimana kita bisa belajar. Akan tetapi untuk jurusanku hanya tersedia di 3 Universitas yang berada di kota yg berbeda yaitu Moskow state university di kota Moskow, St. Petersburg state university di kota St. Petersburg dan Far Eastern Federal University di kota Vladivostok sehingga akupun hanya bisa memilih 3 Universitas tersebut. Ternyata takdir membawaku ke kota kecil nan Indah di timur jauh Rusia dengan Universitas terbaik yaitu Far Eastern Federal University (FEFU).
11 Januari 2022
Aku menginjakkan kaki pertama kali di Vladivostok International Airport. Malam itu kami sampai di bandara internasional di Vladivostok. Aku dan satu teman perempuanku – namanya Fika, anak Madura yang berangkat bersamaku akibat gagal berangkat sebelumnya. Ini juga yang aku sebut dengan takdir karena awalnya aku berniat berangkat sendiri sedangkan beberapa teman sudah berencana berangkat satu minggu lebih dulu. Tetapi entah kendala apa yang membuat mereka harus mengundur perjalanannya dan akhirnya Fika memutuskan untuk berangkat bersamaku. Dari sini aku mendapatkan pelajaran bahwa segala sesuatu harus direncanakan dengan baik dan tidak terburu-buru, termasuk baik dalam memilih dengan siapa kita akan berangkat.
Turun dari pesawat kami disambut oleh dinginnya udara musim dingin yang membuat hidungku sakit dan wajah kebas. Untungnya aku sudah memakai jaket musim dingin sebelum turun walaupun dinginnya masih terasa di kulit. Setelah turun dari pesawat kita menaiki Bus untuk mencapai gedung bandara dan ke bagian imigrasi. Kami naik bus kurang lebih selama 5 menit (aku tidak tahu pastinya karena waktu terasa sangat lama akibat udara dingin yang tetap terasa walaupun berada di dalam bus yang berdesakan).
Sampai di gedung bandara, kami hanya mengikuti orang- orang yang berjalan di depan kami karena kami juga tidak tahu dimana letak bagian imigrasi. By the way, disini hanya ada kami yang merupakan warga asing yang lainnya adalah warga Rusia. Sampai di bagian imigrasi, aku mengantri dibelakang Fika meski setelah itu aku putuskan pindah disebelah dia karena loket imigrasi ini sedikit peminat.
Proses imigrasi berjalan mudah, Alhamdulillah. Setelah kami selesai dengan proses imigrasi beberapa petugas kesehatan bandara langsung menjemput dan melakukan swab untuk memastikan negatif COVID-19 baru setelah itu kita diperbolehkan masuk ke wilayah VVO. Menurutku metode jemput bola yang diterapkan ini bagus dan sampel kita juga dapat digunakan sebagai sampel penelitian tentang varian virus yang baru dan belum terdeteksi di Rusia.
Selesai melakukan swab, kami mengambil bagasi dan berjalan menuju tempat penjemputan. Alhamdulillah, dua teman baru kami dari PERMIRA VVO (Perkumpulan Mahasiswa Indonesia Raya Kota Vladivostok) sudah menunggu kedatangan kami. Mereka adalah Chelsea dan Sella, dua orang mahasiswa jurusan Sarjana Hubungan Internasional dan Magister Kesehatan Masyarakat.
Setelah menaiki taksi selama 1 jam dari bandara, akhirnya kami sampai di hostel (Общежитий dibaca Obshiziti) pada jam 1 malam untuk karantina. Pihak Universitas FEFU menyarankan kami melakukan tes PCR di Bandara saat kedatangan, yang sudah kami lakukan tadi di bandara.
Sesampainya di asrama karantina, kami diantarkan oleh sekuriti asrama ke bagian admin untuk mengisi administrasi dan mendapatkan kamar. Setelah itu kita diantarkan ke kamar kami yang berada di lantai 4. Luar biasanya asrama ini sama dengan asrama di Inggris yaitu tidak ada Lift. Bayangkan kami harus mengangkat 4 koper yang berukuran sebesar badanku ke lantai 4, untung saja ada bantuan dari teman-teman Permira sehingga semua masalah tersebut dapat diatasi dengan sempurna – Thank you all.
Setelah 2 teman dari Permira yang menjemput dan mengantarkan kami ke asrama pulang, aku mulai beres-beres koper. Tak selang berapa lama aku mulai merasa lapan dan bertanya kepada temanku
"Fika, kok aku lapar ya?". Itu adalah percakapan pertama antara aku dan teman perempuanku setelah kita sampai di kamar.
"Iya, sama mba aku juga lapar pake banget tapi kita mau makan apa mba?" Sahutnya sambil rebahan dikasur.
"Makan mie aja sama ayam. Aku bawa ayam rendang nih" sahutku.
"Terus kita masak mie pake apa mba? Kan kita gak punya air panas" jawab Fika
"Coba kamu minta ke ibu sekuriti, mungkin dia punya air panas atau bisa memanaskan air" kataku
"Tapi aku tanyanya pakai bahasa apa mba? Bahasa Rusiaku kan gak bagus, trus ibunya juga kelihatan judes" Fika menjawab dengan kebingungan.
"Udah coba aja pake google translate, ketimbang kita makan mie mentah" sahutku lagi
Lalu Fika memberanikan diri pergi bertanya kepada ibu sekuriti. Tak berapa lama akhirnya dia kembali membawa air panas sambil tertawa dan berkata "ternyata ibunya baik cuma kelihatannya aja judes hehe"
Akhirnya kita berdua memasak mie dan memakan rendang ayam sambil berharap besok pagi dapat sarapan gratis. Selesai makan kita bersiap untuk tidur, udara malam ini minus 18 derajat. Ini pertama kalinya aku berada di freezer tapi merasa kepanasan dan sumpek, akhirnya aku buka jendela kamar biar udara malam yang dingin bisa masuk dan alhasil kita kena marah juga sama sekuriti. Setelah beberapa kali didatangi sekuriti karena membuka jendela yang awalnya tidak kami tahu bagaimana dia tahu kita membuka jendela kamar kita, akhirnya kami mengakalinya dengan mengganjal pintu agar tidak berbunyi akibat angin dari jendela yang kita buka. Setelah beberapa lama tidak terdengar suara apapun, asrama ini begitu sepi dan sesekali hanya terdengar suara sekuriti marah-marah gara-gara ada membuka jendela, lalu akhirnya aku bisa terlelap tidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Story in Russia
Non-FictionCerita ini mengisahkan perjalanan Siti yang memutuskan untuk mengejar impiannya berkuliah di Negeri Beruang Merah. Bagaimana perjuangan, tantangan, dan keberanian Siti dalam menghadapi budaya baru, bahasa asing, serta perbedaan agama dan tradisi. Di...