Prologue

162 15 2
                                    

Pria antar pria, wanita antar wanita adalah hal yang wajar dan memang sepatutnya terjadi. Namun, amarah bisa menutupi segalanya, bahkan nurani.

Itu semua terbukti kala seorang pria kini tengah mencekik leher dari seorang wanita dengan surai merah jambu yang tengah menggendong bayinya, terlihat amat kejam. Itu memang kejam. Namun, pria itu tak peduli.

Seorang pria datang menyerang pria dengan surai biru langit yang telah melukai wanitanya. Pria itu memiliki surai biru keunguan sepundak, dan netra emas yang menatap tajam pria berambut biru di hadapannya.

"Kau biadab, Gale."

Pria dengan surai nila itu menatap penuh amarah saat dia mengutuk pria bernama Gale yang kini pun menatapnya dengan tajam.

"Setidaknya Aku bukan pengkhianat," cemooh Gale.

Orang-orang milik pria berambut nila itu tak menyerang Gale, mereka menyerang wilayah Gale. Tanpa titah, melainkan hasrat amarah.

Wanita dengan surai seputih salju menatap sendu kearah kerusakan-kerusakan yang dihasilkan kedua pria itu. Amat sedih kalbunya mendapati kehancuran dari keindahan yang Ia fana-kan. Wanita itu menyadari kehadiran segerombolan orang, terdengar langkah kaki mereka bergemuruh.

"Apakah bahkan kehadiran Ku mengganggu kenyamanan kalian berdua dalam mengadu kasih? Setidaknya biarkan Aku hidup untuk menatap senyum kekasih Ku."

Suara lirih wanita itu tentu tak didengar oleh telinga-telinga yang tengah mengikuti langkah gemuruh dari para makhluk yang hendak menghabisinya. Dia mengetahui bahwa itu semua adalah akibat dari cintanya, dan wanita itu mengetahui bahwa mereka tak berniat untuk menghabisinya. Namun seperti kebutaan kekasihnya yang memilih wanita lain saat belum memutus hubungan mereka berdua, orang-orang itu juga buta. Dibutakan oleh amarah yang menutupi nurani.

Wanita itu menutup matanya, membiarkan mereka melakukan segalanya sesuai keinginan mereka.

Aqila's Dream WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang