Kilat menggelegar, seisi dunia menangis dengan mendung yang menutupi sinar mereka. Langit menurunkan bulir kesedihannya, tetes demi tetes hingga membasahi sekujur tubuh (Name).
"Milim... Nava..," racau Nya sedari tadi dengan tatapan yang amat mengerikan.
Dipeluknya tubuh dingin Yyra. Sudah lebih dari seribu tetesan yang telah membasahi pipi Yyra. (Name) tak kuasa menahan tangisnya. Saat ekspresi wajahnya nampak amat datar di luar, ia menangis dengan pilu, dia berteriak dengan keras memanggil-manggil nama gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri. Sayangnya, orang di luar jangkauan yang diizinkan, tak dapat menyaksikan ekspresi menyedihkan dari gadis berhati dingin tersebut.
"Padahal Aku telah berjanji untuk melindungi mu, tapi Aku gagal karena tak dapat memahami situasi... Maaf."
Di sekanya air mata yang senantiasa mengalir. (Name) berdiri setelah mengistirahatkan tubuh dingin Yyra ke rumahnya.
"Aku bukan pahlawan. Bukan siapa-siapa. Tapi dia merupakan orangku, Octagram," ucap (Name).
(Name) melangkahkan kakinya ke depan tiga kali kemudian menghilang.
***
"Eh... Padahal tadi cuaca nya sangat cerah! Ah..."
Rimuru menatap negara monster yang ia ciptakan. Tenang dan damai. Namun Ranga justru heran. Ia heran karena ekspresi Rimuru kerap kali masam tiap saat dirinya melamun.
"Ranga, bisakah Kau pergi sebentar?" titah Rimuru.
Meski ragu, Ranga tetap mematuhinya.
"Baik Rimuru-dono."
Rimuru mengedipkan kedua matanya berulang kali, berusaha menetralkan napasnya yang tak terkendali akibat keterkejutan.
"Oh? Peka sekali, Satoru."
Dengan rahang yang mengeras dan netra emas yang menajam, Rimuru menatap suara wanita di hadapannya yang telah berdiri di sana sejak tadi.
"Siapa?" tanya Rimuru.
"Wah... Kau melupakanku? Bagaimana dengan...
Ini?"
"Kau telah mengkhianati kami... Mengapa... Mengapa Kau melakukannya!?"
Netra emas Rimuru mengecil, napasnya tercekat akibat terkejut. Suara yang baru saja memasuki kepalanya tanpa izin telah berhasil membuatnya merasa aneh seperti dulu, seperti mimpi di tiap tidurnya belakangan ini.
"Kau...!"
Sosok wanita di hadapannya terkekeh. Lebih tepatnya menghina dengan suara manis tersebut.
"Ya... Beginilah dirimu, memang ya... Tak ada yang bisa diandalkan untuk perkara janji selain diri sendiri yang bahkan terkadang mengingkarinya. Ataukah... Sering?"
"Yah... Hal paling menyakitkan adalah berharap pada manusia. Oh tidak, dulu Kau bukan manusia ya?"
"Apa maksudmu, Nona..?" geram Rimuru.
Sosok wanita itu menghilang, meninggalkan Rimuru yang kini berdecak kesal akibat penasaran.
"Pada akhirnya 'mereka' tidak memberitahuku jawabannya, ya?" gumam Rimuru.
Sebuah tepukan terasa di bahu kiri sang empu, membuatnya menoleh.
'Hm? Gadis kecil?' batin Rimuru.
***
Seorang pria dengan surai merah mengamati tempat yang amat kacau, itu bekas dari medan pertempuran namun sisanya, seperti bekas amukan seekor naga, tidak, lebih kuat daripada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aqila's Dream World
FanfictionTensura x F!Reader Nadeeva (Name), gadis yang kerap kali dirundung semasa sekolahnya dan berakhir dengan dirinya mengisolasi diri di kamarnya selama bertahun-tahun bersama dengan komputer dan anime disekelilingnya. Suatu hari di mimpinya, gadis itu...