Ketika hati sudah tertutup dengan kabut dendam, naka ia tidak akan memandang siapaun itu, mau itu adik, kakak, bahkan orang tua sekalipun.
Seperti kisah ini. 7 bersaudara yang terdiri dari Mark Lee, Lee Renjun , Lee Jeno , Lee Haechan , Lee Jaemin , Lee Chenle dan Lee Jisung .
Tampak tidak ada yang aneh dari keluarga mereka. Namun ketahuilah bahwa salah satu dari mereka merasakan betapa kejam dan kejinya perlakuan saudara kandung terhadapnya.
Ia adalah Lee Renjun
Adik dari Mark Lee dan hyung dari ke-5 adiknya.
Ia sangat dibenci oleh ke-6 saudaranya sebab ke-6 Lee itu mengecap Renjun sebagai seorang pembunuh yang telah membunuh ibu mereka.
Bahkan, ke-6 bersaudara itu tak sudi untuk menyematkan marga Lee pada nama Renjun.
Sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa ibu mereka dihadapan mereka sendiri.
Jadi menurut apa yang Mark lihat, saat itu mereka ber-7 tengah berjalan bersama ibu mereka. Renjun, saat itu ingin membeli es di sebrang jalan sehingga ia dengan nekat menyebrang tanpa memberitahukan ibunya maupun saudara-saudaranya.
Hingga ia tak sadar saat itu lampu lalulintas tengah menyala warna hijau, Renjun sampai ditengah-tengah jalan raya, saat hendak melangkah sebuah truk melaju kencang kearahnya, sebelum dirinya tertabrak, sang ibu lebih dulu mendorongnya dengan kuat sehingga dirinya terlempar begitu saja.
Sedangkan sang ibu sudah tergeletak tak bernyawa dengan tubuh yang bahkan sudah terpisah-pisah dengan darah yang berceceran dimana-mana.
-Mengharapkan seseorang menyayangimu disaat keluargamu sendiri bahkan tidnginkanmu-
-Renva-"Lo yakin mau pulang sendirian Jun? Gak mau Gue anter aja?"
Yang ditanya menghela nafasnya.
"Enggak usah Lin. Aku bisa pulang sendiri kok" tolaknya berkali-kali.
Guanlin, menghela nafasnya. Sahabatnya yang satu ini memang sangat keras kepala.
Seperti sekarang. Mereka barusaja menyesaikan tugas kelompok dan selesai saat jam 10 malam. Entahlah, tugas yang diberikan oleh guru mereka sangatlah sulit sampai-sampai kedua anak terpintar itu saja sulit untuk dengan segera menyelesaikannya.
"Yaudah. Lo hati-hati. Kalo ada apa-apa telfon Gue" peringat Guanlin. Renjun mengangguk saja.
Setelah berpamitan dengan kedua orang tua Guanlin. Renjun melangkahkan kakinya keluar dari gerbang besar rumah keluarga Lai.
Dengan langkah mungilnya, ia berjalan melewati jalanan yang sudah sangat sepi itu, hingga sampai dimana ia haru melewati sebuah gang kecil yang harus ia tempuh untuk memotong jalan agar cepat sampai dirumah.